Memahami Vaksin Covid-19 dan Risikonya
Pada awal tahun 2022, kita semua dihebohkan dengan kemunculan sebuah virus dan penyakit baru. Penyakit tersebut bernama Covid-19 atau coronavirus disease 2019. Covid-19 merupakan penyakit pernapasan yang diakibatkan oleh infeksi virus SARS-CoV-2. Penyakit ini berhasil menghebohkan seluruh dunia pada awal tahun 2020 dikarenakan proses penyebarannya yang sangat cepat dan gejalanya yang mirip dengan flu.
Dari hasil identifikasi, penyakit ini berasal dari kota Wuhan, provinsi Hubei, China. Kasus pertama Covid-19 tercatat pada bulan November 2019 dan menyebar dengan cepat ke seluruh dunia hanya dalam kurun waktu 3 bulan. Hingga akhirnya Covid-19 ditetapkan sebagai pandemi oleh WHO pada tanggal 11 Maret 2020 setelah terdapat 118.000 kasus di 114 negara dan 4.291 orang telah meninggal.
Wabah pandemi yang terjadi di seluruh dunia ini tentunya harus dengan cepat diatasi. Banyak kebijakan yang diberlakukan untuk oleh pemerintah di berbagai negara untuk menekan tingkat penyebaran Covid-19 ini, seperti pemberlakuan pembatasan aktivitas di luar ruangan, peraturan untuk bekerja dari rumah atau WFH (Work From Home), kewajiban untuk selalu menggunakan masker, dan vaksinasi.
Berbeda dengan kebijakan-kebijakan lainnya, vaksinasi merupakan kebijakan yang bersifat jangka panjang. Tujuan utama dari kebijakan vaksinasi ini adalah untuk menciptakan kekebalan tubuh terhadap virus penyebab Covid-19 agar tidak mudah terinfeksi dan mengurangi risiko kematian saat mengalami Covid-19. Selain itu, saat sebagian besar populasi telah divaksin maka akan terbentuk suatu kondisi yang dinamakan kekebalan kelompok atau yang biasa dikenal sebagai herd immunity. Kondisi ini perlu dicapai agar kelompok yang telah divaksin dapat melindungi orang-orang yang tidak dapat menerima vaksin.
Meskipun begitu, tidak mudah untuk meyakinkan semua orang agar mau mendapatkan vaksin terlebih lagi dengan adanya misinformasi dan konspirasi mengenai vaksin covid-19. Penelitian yang dilakukan di Jerman menyebutkan bahwa terdapat enam kategori utama kenapa seseorang menolak untuk divaksin:
- Persepsi terhadap vaksin
- Rendahnya perspepsi terhadap risiko dampak terkena covid-19
- Alasan kesehatan
- Kurangnya informasi
- Ketidakpercayaan terhadap pemerintah
- Alasan keagamaan
Secara sederhana, vaksinasi dapat diartikan sebagai proses mengenalkan sistem imun tubuh terhadap virus yang menyebabkan suatu penyakit dengan cara menyuntikannya ke dalam tubuh kita. Virus yang terdapat di dalam vaksin tentunya sudah dilemahkan dan direkayasa sedemikian rupa oleh peneliti agar imun tubuh dapat membuat atibodi untuk melawan virus tersebut.
Hal tersebutlah yang sering “dipelintir” oleh sebagian kelompok dengan tujuan untuk membuat kegaduhan dan kebingungan. Narasi-narasi yang menyebutkan bahwa vaksin covid-19 berbahaya karena dapat membuat kematian, terdapat chip di dalamnya, dll. di mana semua itu hanyalah narasi konspirasi. Jika dipikirkan dengan akal sehat, narasi konspirasi tentang vaksin Covid-19 tersebut sangatlah tidak masuk akal. Tidak hanya itu, berdasarkan hasil laporan autopsi dan deskripsi klinis dari VAERS (Vaccine Adverse Event Reporting System) di Amerika Serikat, disebutkan bahwa tidak terdapat hubungan sebab-akibat antara kematian yang terjadi setelah vaksinasi dengan vaksin Covid-19 itu sendiri.
Vaksin covid-19 memang memiliki efek samping bagi tubuh manusia, tetapi efek tersebut adalah indikator yang menunjukkan jika tubuh penerima vaksin merespon vaksin yang disuntikkan. CDC menyebutkan beberapa reaksi yang dapat timbul setelah menerima vaksin diantaranya adalah:
- Demam
- Sakit di bagian bekas suntikkan
- Kelelahan
- Sakit kepala
- Nyeri otot
- Menggigil
- Nyeri sendi
- Mual-mual dan muntah
- Tidak enak badan
- Pembengkakan kelenjar getah bening
Semua reaksi tersebut adalah reaksi ringan yang akan hilang dalam beberapa hari saja.
Namun, di luar dari reaksi yang telah disebutkan sebelumnya, terdapat juga efek jangka panjang yang mungkin untuk terjadi, tetapi kemungkinannya sangatlah kecil dan berdasarkan banyak penelitian tidak terdapat hubungan yang kuat antara vaksin Covid-19 dengan dampak jangka panjang yang dapat terjadi tersebut. Oleh sebab itu, kita tidak perlu lagi takut terhadap efek yang dapat ditimbulkan setelah mendapatkan vaksin Covid-19.
Sumber gambar:
COVID-19 vaccine myths debunked. (2022, March 30). Mayo Clinic Health System. https://www.mayoclinichealthsystem.org/hometown-health/featured-topic/covid-19-vaccine-myths-debunked
Referensi:
Cucinotta, D., & Vanelli, M. (2020). WHO Declares COVID-19 a Pandemic. Acta bio-medica : Atenei Parmensis, 91(1), 157–160. https://doi.org/10.23750/abm.v91i1.9397
Al Khames Aga QA, Alkhaffaf WH, Hatem TH, Nassir KF, Batineh Y, Dahham AT, Shaban D, Al Khames Aga LA, Agha MYR, Traqchi M. Safety of COVID-19 vaccines. J Med Virol. 2021 Dec;93(12):6588-6594. doi: 10.1002/jmv.27214. Epub 2021 Jul 28. PMID: 34270094; PMCID: PMC8426829.
covid19.go.id. (2021, November 8). Laporan Terbaru CDC Mengenai Efek Samping Vaksin COVID-19. https://covid19.go.id/p/artikel-kipi/laporan-terbaru-cdc-mengenai-efek-samping-vaksin-covid-19
Fieselmann, J., Annac, K., Erdsiek, F., Yilmaz-Aslan, Y., & Brzoska, P. (2022). What are the reasons for refusing a COVID-19 vaccine? A qualitative analysis of social media in Germany. BMC Public Health, 22(1). https://doi.org/10.1186/s12889-022-13265-y
What are the long term health effects of the COVID-19 vaccine? (n.d.). CT.gov. https://portal.ct.gov/vaccine-portal/Vaccine-Knowledge-Base/Articles/Long-Term-Effects?language=en_US
What to Expect after Getting a COVID-19 Vaccine. (2022, September 14). Centers for Disease Control and Prevention. https://www.cdc.gov/coronavirus/2019-ncov/vaccines/expect/after.html
WHO Director-General’s opening remarks at the media briefing on COVID-19 - 11 March 2020. (2020, March 11). https://www.who.int/director-general/speeches/detail/who-director-general-s-opening-remarks-at-the-media-briefing-on-covid-19---11-march-2020