PEMBELAJARAN ONLINE DI ERA COVID-19 DALAM KAJIAN SOSIOLOGI
PENDAHULUAN
Covid 19 ialah virus mematikan yang telah menyebar secara luas ke berbagai negara termasuk Indonesia. Persebaran virus ini sangat cepat dan mudah menular sehingga banyak warga negara Indonesia yang terjangkit. Virus ini hampir menyerang 235 negara dan total yang terkonfirmasi positif sebanyak 651.918.402 sedangkan yang meninggal dunia totalnya 6.656.601. Di Indonesia sendiri jumlah persebaran warga yang terkonfirmasi positif virus corona per tanggal 28 Desember 2022 sebanyak 6.717.395, total pasien yang smebuh sebesar 6.540.260 sedangkan warga yang meninggal dunia sebanyak 160.560. Menanggapi kasus persebaran tersebut maka pemerintah dari tahun 2020 sudah menerapkan berbagai kebijakan seperti PPKM, Pembelajaran daring, isolasi mandiri yang bertujuan untuk memutus mata rantai covid-19. Dalam artikel ini, penulis lebih memfokuskan pada kebijakan pembelajaran online dan akan menganalisanya dengan perspektif sosiologi.
PEMBAHASAN
A. Fenomena Belajar Online
Di awal tahun 2020 sekitar bulan februari pemerintah menerapkan berbagai kebijakan untuk mencegah persebaran virus covid-19 yang salah satunya ialah belajar online atau daring. Kebijakan ini dilakukan dikarenakan virus covid-19 yang berasal dari Wuhan, China telah menyebar ke wilayah Indonesia. Sejatinya, pembelajaran online merupakan kegiatan beajar yang dilakukan dari rumah dengan memanfaatkan teknologi komunikasi seperti handphone, laptop dan lainnya. Proses penyampaian materi dan diskusi pun dilakukan dengan memanfaatkan fitur zoom, google meet, classroom, whatsapp maupun youtube.
B. Analisis Fenomena Belajar Online di era covid-19 dengan Teori Fungsionalisme Struktural Talcott Parsons
Pada artikel ini dibutuhkan sebuah teori yang memiliki peran sangat penting dimana teori yang digunakan dijadikan landasan atau acuan dalam menganalisis fenomena pembelajaran online atau daring. Adapun teori yang digunakan dalam penelitian ini yaitu fungsionalisme struktural yang digagas oleh salah satu tokoh sosiologi yaitu Talcott Parsons dengan konsep AGIL. Asumsi dasar dari teori ini yaitu antara satu sistem dengan sistem yang lain saling berkerja sama untuk menciptakan keseimbangan. Sebaliknya, jika ada satu sistem yang bermasalah maka sistem lainnya pun terpengaruh. Artinya, jika ada perubahan sosial maka dapat menyebabkan kestabilan masyarakat terganggu sehingga perlu adanya integrasi dan peran dari masyarakat atau organisasi untuk menciptakan keharmonisan. Berikut ini konsep teoritis dari Talcott Parson berupa AGIL akan dijelaskan sebagai berikut:
1. Adaptation (adaptasi):
Artinya, sisem harus bisa beradaptasi dengan sistem dan lingkungan yang ada disekitarnya. Dapat penulis analisis bahwa para murid dan guru harus bisa beradaptasi dengan media teknologi komunikasi yang dijadikan perangkat dalam pembelajaran selama pandemi covid-19. Tidak hanya itu, selama pembelajaran para murid dan guru juga diharapkan mampu beradaptasi secara cepat dengan fitur-fitur seperti zoom, google meet, classroom yang bertujuan untuk mempermudah pelaksanaan kegiatan belajar mengajar agar lebih efisien dan efektif.
2. Goal Attainment (tujuan)
Memiliki arti, bahwa suatu sistem harus mampu mencapai tujuan yang telah ditentukan. Disini menandakan bahwa murid dan guru secara bersama-sama harus menetapkan point-point penting yang dijadikan landasan dalam kegiatan belajar agar kendala-kendala yang dialami dapat segera diminimalisisr.
3. Integration (integrasi)
Integrasi berarti sistem satu dengan sistem lainnya harus mampu bekerja sama sehingga tercipta hubungan-hubungan yang mengarah pada keseimbangan. Artinya, para guru dan murid saling bekerja sama untuk mencapai proses pembelajaran yang efektif di era covid-19. Kerja sama dapat dilakukan apabila kedua belah pihak mentaati peraturan dan sling mengingatkan satu sama lain sehingga beberapa konflik yang terjadi dapat teratasi.
4. Latency (pemeliharaan pola)
Menandakan bahwa antara satu sistem dengan sistem lain harus memiliki hubungan yang baik dengan cara memelihara para anggota seperti memberikan motivasi maupun pola-pola yang terstruktur baik kultural ataupun sosial. Bisa dianalisis bahwa selama proses pembelajaran guru sebagai pengajar harus mampu memelihara para siswa dengan cara memberikan motivasi dan semangat untuk belajar meskipun dalam keadaan online di era pandemi covid-19 karena tantangan dari pembelajaran online ialah para siswa kurang fokus dengan materi yang disampaikan sehingga sebagian siswa kurang memahami isi materi dan itu membuat mereka semangat belajarnya menurun.
PENUTUP
Dari pernyataan diatas dapat penulis simpulkan bahwa pembelajaran online di era covid-19 ialah suatu fenomena yang baru dan para murid dan guru diharap mampu beradaptasi agar kegiatan belajar dapat terlaksana dengan baik. Meskipun covid-19 membawa dampak perubahan akan tetapi jika melihat analisis yang telah dilakukan dengan teori AGIL maka tujuan utama dari pembelajaran online di era covid-19 yang dilakukan yaitu agar para siswa tetap menerima materi pembelajaran dari guru serta bisa berinteraksi dengan teman-teman
Ritzer, George. 2012. Teori Sosiologi Dari Sosiologi Klasik Sampai
Perkembangan Terakhir Postmodern. Yogyakarta, Pustaka Belajar