Dampak Negatif Pandemi COVID 19 Terhadap Kesehatan Mental
Tak asing lagi bila mendengar seulas kata Corona Virus Disease 2019 atau yang biasa disingkat sebagai COVID-19, sebuah penyakit menular yang disebabkan oleh SARS-CoV-2. Nah biasanya penderita yang terinfeksi Corona virus mengalami gejala seperti :
- Demam / meriang
- Batuk kering
- Kesulitan bernafas
COVID-19 dapat menyebar dari satu orang ke orang lain melalui percikan (droplet) dari saluran pernapasan yang sering dihasilkan saat bersin atau batuk. Paparan virus hingga timbulnya gejala klinis akan terasa antara 1 sampai dengan 14 hari, adapun rata rata nya yaitu sekitar 5 hari. Dan tahukah kamu? Jika COVID-19 tak hanya menyerang fisik, namun juga dapat menyerang kesehatan mental para remaja remaja di dunia akibat pandemi COVID-19. Menurut studi dari World Health Organization (WHO) dari seluruh populasi dunia, tingkat kecemasan dan depresi selama tahun pertama terjadinya pandemi COVID-19 meningkat. Apa saja tanda atau gejala dari dampak negatif pandemi COVID 19 terhadap kejiwaan?
- Cemas
- Ketakutan secara irasional yang menetap
- Ketegangan otot, gemetar, berkeringat, jantung berdebar
- Iritabilitas
- Mual, diare, keluhan perut - Depresi
- Hilang tenaga
- Masalah tidur
- Masalah makan
- Perasaan sedih menetap
Pada Oktober 2021 lalu pandemi COVID-19 menyebabkan peningkatan pada kasus gangguan jiwa dan depresi hingga 6,5% di Indonesia.
Kasus COVID-19 yang menggejolak hingga menyebabkan pembatasan sosial atau lockdown pada sekitaran daerah mengakibatkan sekolah mengharuskan untuk melaksanakan pembelajarannya secara virtual melalui Google meet ataupun Zoom sehingga membuat para guru dan siswa beradaptasi pada masa masa pembelajaran secara daring. Hal itu pun menyebabkan dampak yang cukup buruk untuk kesehatan mental seorang remaja, yaitu membuat tekanan psikologis pada seorang siswa menjadi lebih pendiam karena tak mengenali satu sama lain atau para siswa ketakutan dan merasa cemas saat berada dilingkungan sekolah akibat terlalu lama berdiam diri di tempat tinggal dan tidak bersosialisasi. Hal tersebut bisa membuat para remaja mengalami perubahan sikap atau bahkan mengalami gangguan kecemasan dalam berteman/stress karena tidak memiliki teman dilingkungan sekolah dan hal ini pun di karenakan kurangnya para remaja berkomunikasi secara langsung.
Menurut para orang tua, pembelajaran secara daring merupakan cara yang tidak efektif untuk anak anak. Apalagi dengan remaja yang memiliki gaya belajar kinestetik. Biasanya siswa yang memiliki gaya belajar kinestetik cenderung lebih mudah paham materi yang dijelaskan oleh guru melalui gerakan, sehingga belajar melalui gerakan langsung atau praktik langsung. Namun dikarenakan daring, para siswa diharuskan untuk belajar menggunakan ponsel genggamnya dan laptop dan melakukan pembelajaran secara daring. Hal ini dapat menyebabkan seorang anak menjadi malas dan lebih sering bermain gadget. Bermain gadget juga dapat merusak jaringan otak karena radiasi yang berasal dari ponsel genggam itu, mengakibatkan seorang anak menjadi malas belajar dan merubah sifat anak menjadi emosional.
Nah gangguan kesehatan mental juga disebabkan oleh ISOLASI, ketakutan atau rasa cemas yang berlebihan terhadap virus corona sehingga menyebabkan pikiran pikiran yang buruk dan membuat berita berita yang tidak valid kepada orang lain, kesepian dalam menghadapi pandemi, dan ditinggal oleh keluarga tercinta akibat terkena virus corona. Hal tersebut menjadi suatu peningkatan presentase kasus gangguan jiwa dan depresi yang disebabkan oleh pembatasan sosial atau lockdown yang ditetapkan secara mendadak dan belum pernah terjadi sebelumnya dalam sehari hari memang sulit untuk dijalani pada awalnya, dan adapun beberapa orang mengalami keputus asaanya akibat tak sanggup menjalani hidup dengan pandemi dan memilih untuk mengakhiri hidup karena kecemasan diri dan karena penurunan ekonomi.
Dikutip dari kemenkeu bahwa berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), Indonesia mengalami kontraksi pertumbuhan ekonomi pada tahun 2020 sebesar -2,07 persen. Hal ini menyebabkan perekonomian Indonesia mengalami deflasi atau penurunan drastis karena mempunyai pergerakan yang kurang stabil, perubahan ini terjadi dipengaruhi oleh adanya pandemi COVID-19. Pandemi COVID-19 mengakibatkan banyak perusahaan yang tidak sanggup meneruskan produktivitas usaha hingga harus melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK). Data Kemnaker RI tercatat hingga 2.8 juta korban PHK di era pandemi COVID-19, tekanan ini bisa menjadi gangguan mental yakni depresi atau stress berkepanjangan akibat di PHK ataupun ekonomi menurun.
Untuk menghindari hal hal yang membuat diri cemas atau depresi, Anda bisa melakukan hal hal dibawah ini :
- Berpikir positif
Meskipun sulit, namun di era seperti ini berpikir positif adalah hal yang sangat penting untuk menjaga diri untuk tidak cemas dengan berlebihan, lalu belajar untuk menerima bahwa segala sesuatu yang terjadi bukanlah keinginan manusia sendiri. - Olahraga
Menjalani hidup sehat tentunya tidak jauh dengan rutin olahraga minimal 3 kali seminggu dan sebaiknya olahraga dilakukan di dalam rumah, jika Anda harus melakukan olahraga di luar maka perhatikan protokol kesehatan yang sudah ditetapkan oleh pemerintah. - Tetap terhubung dengan kerabat
Nah sebagai makhluk sosial, pastinya kita butuh untuk berkomunikasi dengan orang lain. Anda bisa menggunakan sosial media untuk menjadi wadah berkomunikasi Anda bersama kerabat Anda untuk mengurangi rasa cemas, stress ataupun depresi.
REFRENSI :