Semangat gotong royong merupakan akar kehidupan masyarakat Indonesia yang sudah ada sejak dahulu kala. Ciri khas kebanggaan bangsa Indonesia ini tercatat dalam Pancasila sila ke – 3 yang berbunyi persatuan Indonesia. Dalam praktiknya, gotong royong sering kali dijumpai di daerah – daerah Indonesia, salah satunya pada tradisi pindah rumah yang dilakukan oleh warga desa Bakubakulu, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah. Kearifan lokal ini menjadi satu dari banyaknya pengamalan gotong royong di masyarakat, yang memiliki segudang manfaat seperti mempererat tali persaudaraan, mempermudah pekerjaan dalam memenuhi fasilitas masyarakat dan menumbuhkan jiwa sosial.
Namun, seiring dengan arus perkembangan era digital, meningkatnya budaya individu, dan enggannya berpartisipasi aktif di masyarakat menjadikan nilai budaya bangsa ini seakan luntur di masyarakat. Dengan demikian, diperlukannya sebuah transformasi gotong royong ke dalam era digital, media sosial menjadi jalur utama dalam mengimplementasikannya. Gotong royong dapat dipraktikan dalam menyebarkan ilmu, memberikan dana, dan menyumbangkan tenaga. Aktivitasnya dilakukan dengan mengikuti sukarelawan (volunteer) dan berdonasi kepada penerima manfaat. Era digital dapat dimanfaatkan untuk menyebarkan informasi dan membangkitkan rasa kerelawanan dengan fokus kepada isu sosial maupun lingkungan. Adapun untuk dapat mengikutinya dengan cara berkampanye, memberikan pelatihan, hingga mengajar. Manfaat lainnya dapat mempertemukan individu – individu baru, baik dalam negeri hingga luar negeri yang sesuai dengan fokus isu dan tujuan dalam mengikuti kegiatan relawan. Sehingga, terjalinnya sebuah kolaborasi untuk diadaptasikannya sebuah tujuan baik pada daerah masing – masing relawan.
Nyatanya, dilansir dari World Giving Index 2022 (WGI 2022) yang dilaporkan oleh Charities Aid Foundation (CAF), Indonesia dinobatkan sebagai negara paling dermawan di dunia dan pencapaian ini diperoleh selama lima tahun berturut – turut, dengan penilaiannya pada seringnya menolong orang yang tidak dikenal, jumlah donatur, dan kegiatan sukarelawan. Dalam laporan survei Outlook Filantropi 2022, nyatanya dalam hal menyumbang dana masyarakat Indonesia didorong oleh ajaran agama, dimana penyaluran dana filantropinya menjadi urutan pertama dengan memperoleh Rp. 12,43 triliun, dan sisanya ditopang oleh independen, keluarga, perusahaan, yayasan, dan crowdfunding. Lagi – lagi hal ini menjadi pengamalan pada Pancasila sila ke-1, yaitu ketuhanan yang maha esa, berhubungan dengan keyakinan kepada Tuhan dengan maksud semata – mata memperoleh imbalan kebaikan. Selain itu, hadirnya Covid-19 sebagai tanda menumbuhkan jiwa sosial bangsa Indonesia dengan cara saling tolong – menolong.
Pada akhirnya, gotong royong dapat dikembangkan untuk membangkitkan bangsa Indonesia secara bersama – sama dalam konteks yang berbeda, yaitu pemanfaatan pada era digital. Sehingga nilai falsafah Indonesia ini senantiasa terus diperkenalkan, dilakukan, dan dilestarikan oleh tunas bangsa di masa depan.