MASIH PERLUKAH ADA RANKING DI SEKOLAH?

profile picture Joesi Endah

Ketika saat pembagian rapor di sekolah sudah semakin dekat, maka semakin bertambah pula rasa was-was dan khawatir mengenai hasil rapor yang akan diterima nanti. Anak-anak merasa was-was dan khawatir kalau ranking di rapor turun. Atau kalau tidak bisa mencapai target nilai yang telah ditetapkan ayah dan bundanya. Sementara itu orang tua khawatir nilai-nilai anaknya turun, karena sehari-hari anak-anaknya lebih banyak pegang handphone dari pada pegang buku pelajaran. Kalau nilai-nilainya turun, berarti ranking di kelas juga turun.

Ranking masih menjadi tolok ukur bagi kebanyakan orang tua untuk menentukan apakah anaknya berhasil di sekolah. Sedangkan bagi anak-anak sekolah, ranking masih menjadi penentu apakah ia akan kena “semprot” di rumah dari kedua orang tuanya atau diberi hadiah. Dan harus mulai mencari alasan untuk membela diri di depan orang tuanya nanti. Bagi sebagian orang tua yang lain, ranking hanyalah hitungan peringkat yang diperoleh anaknya atas usahanya belajar dan berjuang selama satu semester. Bukan fakor yang menentukan anaknya pintar atau tidak di sekolah.

Ranking dan Perdebatan Para Orangtua

Beberapa tahun ini, ranking masih menjadi perdebatan diantara para orang tua. Apakah masih perlu ada ranking di rapor untuk menentukan keberhasilan anak? Ada orang tua yang masih meyakini bahwa ranking harus tetap ada dan dicantumkan di rapor. Di sisi lain, ada orang tua yang tidak merasa perlu dengan ranking di rapor anaknya. Pro dan kontra untuk masalah ranking ini masih terus bergulir. Dan masing-masing dengan argumen yang mendukung pendapatnya. Alasan klasik yang dikemukakan mengapa Indonesia hingga saat ini menerapkam sistem ranking, karena sistem ranking bertujuan untuk mencari siswa-siswa terbaik yang ada di dalam kelas.

Sebelum kita memilih pihak yang pro atau pihak yang kontra, sebaiknya kita pahami terlebih dahulu tujuan belajar baik di rumah maupun di sekolah. Tujuan belajar adalah agar siswa menguasai ilmu, materi dan ketrampilan yang diajarkan. Seberapa jauh tujuan belajar tersebut dapat dicapai oleh seorang siswa, harus dapat dilihat melalui data kuantitatif dan kualitatif yang tertera di rapor. Data kuantitatif dan kualitatif itulah yang menentukan apakah seorang siswa mampu memahami dan menguasai bahan yang diajarkan selama satu semester padanya.

Manfaat Ranking di Rapor

Data kuantitatif yang ada di rapor berupa angka atau nilai yang dapat memberikan gambaran seberapa besar nilai prestasi siswa dalam menguasai materi pelajaran yang diajarkan. Sedangkan data kualitatif, berupa keterangan yang menjelaskan bagaimana sikap dan cara kerja siswa dalam mencapai prestasinya. Dan ranking adalah data kuantitatif yang dicantumkan di rapor, dapat menunjukkan posisi siswa dalam urutan prestasinya di kelas atau di sekolahnya. Artinya, data kualitatif siswa tidak diperhitungkan dalam menentukan ranking. Sehingga bisa saja siswa yang mendapat ranking satu di kelas ternyata sikapnya tidak sopan, atau kurang dalam bidang non akademik.

Meskipun demikian, ranking masih dapat digunakan untuk menggambarkan kondisi siswa di kelas. Guru dapat mengelompokan siswa dan dapat memberikan metode pengajaran yang tepat sesuai kemampuannya. Bagi siswa yang menyukai tantangan dan kompetisi, ranking dapat memacu semangatnya untuk belajar dan dapat menentukan target dalam belajar.

Kemudian menjadi masalah karena orang tua hanya melihat urutan angka ranking anaknya untuk menentukan anaknya pandai atau kurang pandai di kelas. Apalagi bagi orang tua, akan menjadi kebanggan kalau anaknya mendapat rangking bagus dan namanya ditulis di papan tulis. Biasanya wali kelas menuliskan ranking 10 besar di papan tulis. Kemudian ranking menjadi segala-galanya bagi orang tua dan menjadi alasan untuk menentukan anaknya berhasil atau tidak dalam belajar di sekolah. Bahkan masih banyak orang tua yang memaksakan egonya kepada anaknya agar menjadi peringkat satu di kelas. Tentunya itu akan memberikan tekanan pada siswa karena harus memenuhi target orang tuanya.

Tanpa Ranking di Rapor

Beberapa sekolah sudah tidak mencantumkan ranking di rapor siswanya. Ketika pembagian rapor, orang tua akan diberikan penjelasan tentang bagaimana pencapaian anaknya dalam belajar. Wali kelas akan menunjukkan capaian siswa dibandingkan dengan kemampuan yang diharapkan dapat dikuasainya. Apa saja kemampuan siswa yang sudah di atas kriteria, sesuai dengan kriteria, dan masih di bawah kriteria. Sehingga orang tua dan siswa akan mengetahui apa saja yang harus ditingkatkan pada semester berikutnya. Kondisi demikian akan membangun komunikasi yang baik antara guru, orang tua dan siswa. Orang tua dapat memahami tujuan sekolah tidak mencantumkan ranking anaknya di rapor, dan lebih memperhatikan potensi anak. Namun, ada pula orang tua yang tidak bisa menerima hal tersebut, dan masih menuntut sekolah untuk mencantumkan ranking di rapor.

Dapat kita lihat, bagaimana urutan angka peringkat di kelas dapat menjadi bahan perdebatan pro dan kontra selama ini. Anda pasti juga mempunyai pendapat dan argumen untuk mendukung salah satunya.

 

Apakah Anda termasuk yang pro atau yang kontra dalam masalah ranking ini?

1 Agree 1 opinion
4 Disagree 3 opinions
1
4
profile picture

Written By Joesi Endah

This statement referred from