2 tahun pandemi, apa saja sih pengaruhnya terhadap indonesia?
Pandemi Covid-19 telah menghantam tanah air sejak tahun 2020 lalu diamana kasus pertama Covid-19 di Indonesia terlacak pada bulan Maret 2020. Temuan kasus pertama di Indonesia di umumkan oleh Presiden Jokowidodo pada hari Senin 2 Maret 2020.
Saat itu kedua pasien pertama kasus Covid-19 langsung menjalani isolasi di RSPI Dr Sulianti Saroso, Jakarta. Menurut Menkes saat itu, Terawan Agus Purtanto kedua pasien pertama Indonesia itu terpapar Covid-19 dari WN Jepang yang tinggal di Malaysia. WN Jepang itu sempat melakukan perjalanan ke Indonesia.
Setelahnya terjadi penambahan kasus Covid-19 yang cukup signifikan dari hari ke hari. Tercatat beberapa pekan sejak temuan kasus pertama jumlah kasus naik hingga 893 orang pada kamis 26 Maret 2020. Achmad Yurianto, pejabat Sekertaris Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kementrian Kesehatan ditunjuk menjadi Juru Bicara pemerintah untuk penanganan kasus pandemi.
Gelombang pertama kasus Covid-19 di Indonesia terjadi pada rentang bulan November 2020 hingga Januari 2021 dengan puncaknya tercatat kasus mingguan naik 4 kali lipat hingga 80.000 kasus lebih dalam satu minggu. Sementara itu gelombang kedua terjadi pada rentang bulan Mei hingga Juli 2021 dengan puncaknya tercatat hingga 200.000 kasus tambahan per minggunya.
Dua gelombang yang menghantam ini berdampak sangat besar pada Indonesia, baik secara sosial maupun ekonomi. Tingginya penambahan kasus dari hari ke hari mengakibatkan pemerintah mau tidak mau mengeluarkan kebijakan pencegahan dan pengendalian pandemi ini. Beberapa kebijakan yang dikeluarkan pemerintah guna mencegah dan menanggulangi pandemi ini antara lain adalah dengan menerapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar atau PSBB yang akhirnya diubah menjadi Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) hingga kebijakan pengalokasian anggaran yang sangat besar untuk pandemi.
Secara makro ekonomi, dampak awal yang menonjol dari pandemi ini adalah melonjaknya angka PHK karyawan dimana pada bulan April 2020 kurang lebih 1,5 juta orang di PHK. Sebanyak 1,2 juta karyawan berasal dari sektor formal dan 200.000 lebih berasal dari sektor informal. Dampak kedua yang menonjol adalah menurunnya wisatawan yang menjadi pukulan keras bagi para pelaku di bidang pariwisata. Selanjutnya sektor transportasi udara juga merugi ratusan miliar. Disamping itu juga terjadi kerugian pada sektor perdagangan dan investasi. Pada bulan maret 2020 juga terjadi inflasi sebesar 2,96% pada hitungan year on year (yoy).
Selain itu dampak pada Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) juga sangat terasa. Dimana para pelaku UMKM bidang kuliner dan pariwisata mengalami kerugian dan tidak bisa beroprasi akibat kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Sebanyak 24% UMKM di Indonesia tidak beroperasi selama pandemi, dimana kekurangan biaya menjadi alasan bagi 31% dari seluruh UMKM yang tidak beroperasi. 30% diantaranya beralasan bahwa kurangnya demand menjadi faktor tutup usaha. Data ini berdasarkan survei yang dilakukan oleh badan Program Pembangunan PBB (UNDP). Dalam survei ini juga di ketahui bahwa sebanyak 4,9% responden tutup karena kesulitan mengakses keuangan internal, 2,2% responden beralasan kesulitan mendapatkan bahan baku. Dalam survei itu juga memuat data lamanya penutupan usaha mayoritas berkisar sekitar 2 pekan hingga 6 bulan. Selain itu, sebanyak 46% mengatakan menutup usahanya lebih dari setengah tahun.
Secara sosial juga, dampak pandemi Covid-19 cukup terasa. Dimana dilakukan PSBB hingga PPKM mengakibatkan sepinya arus mobilitas sosial yang berdampak pada menurunnya sosialisasi antar warga. Pemberlakuan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) dan Work From Home atau WFH juga berpengaruh pada meningkatnya kasus kesepian. beberapa riset menyatakan kesepian berkaitan dengan memburuknya kondisi fisik, psikis, dan peningkatan risiko kematian.
Berkaca ke inggris selama masa pandemi COVID-19 pada kelompok usia 18-87 tahun menemukan bahwa tingkat kelaziman kesepian mencapai 27% dari 1.964 orang yang sampel. Riset tersebut menunjukkan kelompok usia lebih muda, terpisah dari pasangan, depresi, kesulitan mengendalikan emosi, dan kualitas tidur yang buruk berdampak terhadap kesepian. Selain itu studi di Indonesia yang dilakukan pada bulan Mei dan Juni 2021 mendapati 98% dari 5.211 orang responden di enam provinsi Pulau Jawa merasa kesepian dalam sebulan terakhir.
Untuk mengatasi masalah sosial yang muncul maka dibutuhkan kesadaran serta kepedulian bersama. Selain itu juga diperlukan intervensi pemerintah melalui kebijakan-kebijakannya untuk mengurai dampak sosial pandemi Covid-19.