Keefektifan Deteksi Covid19. Hulu dan Hilir
Hallo.. Pada kesempatan kali ini saya akan membahas tentang keefektivitasan dari metode tes Swab test dan PCR test yang selama ini menjadi acuan dalam proses deteksi maupun sampai pada hasil vonis seseorang bisa terkena Covid19. Menurut pendapat saya teknik dan metode pengetesan tidak sesuai dengan protokol yang ada yang artinya apakah ada “gold standart” nya?. Pasti ada dan apakah gold standart nya sudah tepat?. Menurut saya belum tepat dan terkesan cuma menerka saja. Berdasarkan hasil wawancara yang di lakukan oleh Asosiasi independen yakni Londonreal. Yang mewawancarai Prof. Dr. Kaufman dari Perancis mengatakan bahwa proses serta gold standart yang di berikan oleh WHO sangat tidak tepat di mana metode nya hanya menggunakan tes biasa dengan melihat apakah ada virus dalam tubuh inang tetapi secara spesifik tidak mengidentifikasi virus tersebut sehingga dalam hasil Swab ketika di ambil sampel dari tubuh maka di dalam sampel ada bakteri, patogen, lendir serta kromosom yang di mana semua di ambil dalam satu sampel dan tidak di pisahkan lagi bila memang ada virus maka akan susah di deteksi karena virus nya tidak di murni kan dulu sebelum di cek. Contohnya analoginya dalam sebuah peternakan ada sapi, ayam, bebek, anjing dan sebagainya. Untuk mencari tahu jumlah dari Sapi maka sapi harus di pisahkan dari hewan lain agar bisa di hitung jumlah nya. Kalau sampel nya masih ada hewan lainnya maka bisa saja bebek di anggap sapi atau sapi dianggap ayam karena dalam satu peternakan. Virus juga demikian, untuk bisa mendeteksi adanya virus dalam tubuh maka virus tersebut harus di murni kan terlebih dahulu sehingga hasil pengetesan akurat.
Bagaimana dengan PCR?
PCR test adalah metode yang dilakukan untuk mendeteksi virus dan dianggap lebih akurat dari pada pemeriksaan lainnya. Tes ini dilakukan dengan mengambil sampel dari saluran pernapasan dengan teknik swab nasofaring untuk mengetahui adanya infeksi. Bagaimana dengan metode ini apakah tepat? Menurut saya tidak. Karena di dalam paru-paru sendiri di ambil sampel berupa cairan/dahak yang ada untuk di deteksi sedang kan dalam kacamata petri apakah virus itu eksis atau tidak belum bisa di pastikan karena sekali lagi virus nya tidak di murni kan dulu baru di teliti tetapi mengandaikan di dalam sampel itu sudah pasti ada virus. Ini kan persepsi yang salah contohnya kalau ada rumah yang kosong dan di dalamnya berantakan maka sudah pasti ada pencurinya, tetapi tidak selamanya harus ada pencuri untuk membuat rumah itu berantakan kan?. Lalu apa dampak nya kalau hasilnya tidak akurat? Jika tidak akurat maka munculah gelombang angka orang terinfeksi yang sangat banyak dan tidak terkendali. lalu siapa yang salah? Menurut saya kesalahan nya ada pada gold standart yang di tetapkan WHO sehingga semua mengikuti standar yang ada tanpa melakukan penelitian uji lab mandiri. Hal ini menjadi perdebatan di kalangan dokter bahkan ada beberapa dokter di Indonesia yang secara lantang menyuarakan hal ini tetapi di kekang Ikatan Dokter Indonesia. Pernah dengar ada yang menyatakan IDI kacung WHO? Menurut saya ini adalah sistem yang sudah di buat sedemikian mungkin agar terjadi pandemi.
Bagaimana dengan Vaksin?
Ini yang di maksud dari Hulu ke hilir. Jika metode pengetesan dan deteksi tidak akurat. Maka bagaimana bisa mendeteksi virus yang asli? Jika tidak bisa mendeteksi dengan tepat bagaimana mungkin bisa membuat vaksin? Sedangkan Vaksin adalah sediaan biologis yang digunakan untuk menghasilkan kekebalan adaptif terhadap penyakit infeksi tertentu termasuk virus.
Vaksin kan virus yang di lemahkan nah pertanyaan nya virus apa yang di lemahkan? Apa benar itu virus Corona? Saya rasa tidak. Alasan nya bagaimana mungkin seseorang yang sudah vaksin sampai pada tahap Booster sekali pun dapat terinfeksi kembali? Ini menjadi pertanyaan besar gunakan nalar pemikiran anda semua. dan bagaimana mungkin virus bermutasi di luar lingkungan? Bahkan suhu ekstrim sekalipun dapat bermutasi dan secara masif dan anehnya lagi punya periodenya. Ini mutasi atau sengaja di buat? Virus hanya bisa bermutasi apabila dia memiliki inang yang ia tempati. Virus bukan Roh Halus yang ingin berjalan ke mana saja yang dia ingin kan dan bermutasi tanpa sebab. Jika vaksin hanya sebatas di perjualbelikan dengan merk yang berbeda tiap tahun bahkan bulan yang membuat saham perusahaan naik, maka apa bedanya dengan berbisnis?
gunakan logika anda saya bukan tidak berempati dengan korban Covid19, namun dasar dari argumentasi saya di dasar kan pada bagaimana kita melihat suatu fenomena serta timbal balik nya dan yang paling penting adalah fakta yang terjadi dan kepada beberapa ahli yang sudah berani berbicara menentang kezaliman yang ada. Semoga kita tidak masuk dalam new normal tapi menjadi yang seharusnya atau Be what you're meant to be
Dasar Argumentasi saya bukan hanya sebatas apa yang di lihat namun apa yang di rasakan like something wrong here… . Goodbye… 101:)