Bumi Datar Teori yang Pasti Salah? Anda Mungkin Belum Membaca 3 Hal Berikut!

profile picture harys

Disclaimer

Tulisan ini bertujuan memaparkan pemahaman pribadi atas informasi yang telah diserap penulis secara subyektif. Penulis tidak berada di tengah-tengah untuk mempertanyakan persoalan ini pada pembaca, melainkan telah berpindah di salah satu pihak tentang perdebatan bentuk bumi ini. Tulisan ini juga tidak dapat memuat semua penjelasan secara lengkap, melainkan hanya beberapa bagian kecil yang cukup menuntun bagaimana penulis berlogika diiringi dengan kepercayaan sebagai umat beragama.

Kesalahpahaman dasar

Masalah perdebatan klasik tentang bentuk bumi bulat atau datar ini, memiliki fundamental yang berbeda, terutama dalam segi dimensinya. Begini, ketika membicarakan bumi datar atau popular disebut flat earth, kita tidak bisa serta merta menggunakan logika yang sama persis seperti ketika kita bicara bumi bola (bulat). Sebentar, kata ‘bumi datar’ sendiri sebenarnya terkesan meniadakan topografi di bumi itu sendiri, misalnya gunung, lembah dan laut. Saya pikir kata ‘hamparan bumi’ lebih sesuai untuk menunjukkan bagaimana bentuk bumi daripada ‘datar’ yang terdengar sangat rata seperti kaca. Tapi baiklah, kita akan membahasnya dengan istilah yang sudah diterima saja, yaitu bumi ‘datar’. Jadi, anggaplah saat ini kita telah sepakat konsep bumi bola adalah benda raksasa melayang-layang di angkasa yang luar biasa luas, lalu mengitari matahari bersama planet-planet lainnya. Ini yang sering disebut tata surya, bukan? Selain itu, ternyata kita juga sepakat bahwa ada beberapa tata surya lain di luar sana—yang tidak kita ketahui tepatnya seperti apa kehidupan disana. 

                Selanjutnya, kita bertransisi bicara tentang bumi datar. Dan, boom! Tiba-tiba kita buatkan ilustrasi tentang bumi berbentuk piringan (dianggap demikian karena datar) yang menggantikan posisi bumi bola yang sudah kita bahas di atas tadi. Alangkah lucunya logika seperti ini! Baik, biar saya luruskan. Konsep bumi datar sama sekali tidak sama dengan bumi bola! Kita perlu menata ulang konsep angkasa raya, planet-planet, juga alam dunia ini semua. Sayangnya, konsep bumi datar sudah lama sekali tidak diceritakan di buku-buku pelajaran sekolah maupun buku-buku popular, karena doktrin yang diajarkan ratusan tahun dewasa ini adalah bumi bola. Baiklah, tidak apa-apa. Wajar jika kita mungkin agak terkejut dengan konsep bumi datar yang sama sekali asing ini. Setidaknya ada tiga hal yang perlu kita konsentrasikan sebagai pembahasan kali ini yaitu, bentuk bumi, luar angkasa, matahari sekaligus planet-planet.

1. Bentuk bumi dari kitab suci

                Untuk memahami bagaimana konsep bumi datar, kita perlu membaca dan percaya bagaimana kondisi bumi ini ‘sebenarnya’ dalam kitab suci. Bumi adalah tempat makhluk hidup dan mati khususnya bagi manusia, hewan dan tumbuh-tumbuhan (serta jin, namun dengan dimensi yang berbeda). Lebih lengkapnya, kita sebagai manusia akan hidup, mati, dan dibangkitkan kembali saat hari kiamat di bumi (Al-A’raf:25). Ya, kita ‘terkunci’ di alam dunia bernama bumi ini. Jadi mari kita lupakan tentang rencana pindah ke bulan atau ke planet lain. Hidup kita adalah di bumi, sampai generasi terakhir manusia pun kita tinggal di tempat 'terkunci' ini.

                Kondisi bumi sejak awal pun tidak berbentuk bola, melainkan hamparan (seluruhnya), mari periksa An-Naba: 8, Al-Hijr: 19, Taha: 53, Qaf: 7. Bagi banyak sekali penganut bumi bulat yang berpendapat ayat-ayat tersebut memiliki makna kiasan ataupun makna yang lebih luas, saya hanya berpikir, apakah Tuhan akan menyebutkan makna kiasan ini berulang kali di semua kalam-Nya, atau memang yang disebut berulang kali itu adalah sebagai makna apa adanya? Logika sederhana anda dipastikan bisa menjawab pertanyaan tersebut.

2. Luar angkasa           

     Berikutnya, kita mulai membahas luar angkasa, sebuah ruang hampa udara tempat bumi bola melayang-layang—bersama semua benda-benda luar angkasa lainnya. Baik, mari kita lihat dari sudut pandang bumi datar. Pada sudut pandang bumi datar, jangankan mendarat di bulan, luar angkasa atau langit saja bahkan tidak dapat ditembus (Ar-Rahman: 33). Sekali lagi, hidup kita di dunia ‘terkunci’ di dalam bumi. Bumi inilah alam jagat raya kita saat ini, bumi inilah dunia kita, bukan tempat yang lain. Jadi apa yang kita lihat sebagai warna biru di langit yang cerah adalah air langit—dimana langit terpisah dari bumi (Lihat Kejadian 1:7). Langit tersebut adalah langit dunia (langit pertama). Bukankah umat beragama telah meyakini adanya beberapa lapis langit dan bumi? Teori bumi bola akan kesulitan menerjemahkan adanya tujuh lapis tersebut, tapi bumi datar tidak. Simpulannya, pada bumi datar tidak terlalu mengenal luar angkasa, tetapi memahami lapisan langit dan bumi itu sendiri.

        Dalam konsep bumi datar, bumi memang memiliki tepi atau ujung (Lihat Daniel 4:11), namun untuk saat ini batas jelajah manusia modern baru sampai dinding es antartika dan dianggap sebagai ujung dunia, tepi bumi. Tetapi kita tidak tahu pasti ada apa di balik dinding sana. Tidak semua misteri di dunia ini pasti terpecahkan, jauh lebih banyak yang tetap menjadi rahasia sampai hari kiamat. Demikian pula dengan apa yang tersembunyi di balik hijab ujung dunia ini. Yang pasti, antartika bukanlah sebuah benua es di selatan, bagaimana membuktikannya? (baca juga perjalanan ulama Baluqiyah bin Isya dalam mencari Nabi Khidr).  Secara sederhana, di era modern dan canggih seperti sekarang ini, tidak pernah ada pesawat terbang yang mampu take off dari Sidney ke Santiago melalui Antartika, bahkan sekedar melalui pasifik selatan. Baiklah tentu ada alasan keamanan dan sebagainya, tapi ingatkah ketika Admiral Byrd diminta untuk menjelajah antartika pada 1930-1950an dulu? Keamanan pesawat waktu itu tentunya belum secanggih saat ini (yang bisa dikatakan sangat mampu dan aman). Yap! Semua rute penerbangan dari dan menuju selatan (dari benua yang berlainan), pasti mengarah ke utara (pusat bumi). Tidak ada arah selatan yang tembus ke selatan di belahan dunia yg lain (seperti Australia dan Amerika Selatan).

3. Matahari dan planet

                Mari kita lanjutkan ke pembahasan matahari dan planet-planet di bumi bulat. Matahari digambarkan sebagai bola panas di luar angkasa yang luar biasa besar berukuran besar (109x ukuran bumi, menurut Wikipedia). Dalam tata surya kita, kesembilan planet (atau delapan, tanpa pluto) akan mengitari matahari secara konsisten karena pengaruh gaya gravitasi matahari, ini kita sebut sebagai revolusi, bukan? Sayangnya ayat dalam kitab suci tidak pernah membicarakan gerakan revolusi dan rotasi bumi, karena bumi sebagai tempat berpijak ini diam. Justru matahari dan bulanlah yang bergerak berevolusi di atas bumi yang terhampar ini (Yasin: 37-40) (Lihat Mazmur 19:6). Karena perubahan posisi merekalah (matahari dan bulan) manusia dapat menentukan penanggalan yang kita kenal sekarang ini. Ukuran mereka pun sebenarnya tidak sebesar yang selama ini diberitahu pada kita.

Sebentar, jadi bagaimana bulan menghasilkan cahaya? 

Bulan sebenarnya memiliki cahayanya sendiri, bukan karena memantulkan sinar dari matahari. Lantas, bagaimana penjelasan tentang gerhana bulan serta fase-fasenya? Ini tentunya akan menjadi lebih menarik, tapi sayangnya tidak akan cukup jika dituliskan disini karena pasti akan terlalu panjang. Ada banyak hal yang belum dan tidak mampu dipahami manusia, tapi banyak cara untuk memberi penjelasan yang seolah-olah terstruktur padahal tidak tepat. 

                Terakhir adalah tentang planet-planet lain di tata surya ala bumi bulat. Mungkin agak mengejutkan jika saya sampaikan bahwa, semua planet-planet tadi adalah bintang. Ya! Bintang pengembara. 

                Ada terlalu banyak hal yang bisa diungkap tentang bumi datar yang selalu terdengar miring dan tidak masuk akal, terkesan konyol dan sebisa mungkin jangan dipelajari (karena akan menjadi minoritas yang dipandang sebelah mata). Tapi itulah kehidupan kita yang penuh perbedaan. Semoga tulisan ini menjadi wawasan tambahan bagi kita semua, jangan takut untuk menggali wawasan-wawasan baru yang mungkin agak berseberangan dari pendapat awal kita. Ketika kita merasa benar, prinsip kita tidak akan berubah. Bukankah begitu?

0 Agree 0 opinions
0 Disagree 0 opinions
0
0
profile picture

Written By harys

This statement referred from