Alasan Teori Flath Earth Masih Ada yang Percaya

profile picture kodrat_enteding

Teori Flath Earth merupakan teori konspirasi yang menganggap bahwa bentuk Bumi itu datar. Pandangan ini merupakan teori lama yang saat ini kembali digaungkan lagi oleh kelompok tertentu dan berkat kecanggihan teknologi, menyebar dengan masif.

Sebenarnya, ada banyak teori bentuk Bumi, salah satunya adalah Teori Flath Earth. Namun, semua teori-teori ini berhasil dipatahkan sejak 2300 tahun yang lalu oleh Aristoteles bahwa Bumi itu bulat.

Gagasan Bumi itu bulat terus dikembangkan dan diuji berkali-kali baik dari pengamatan (empiris) maupun pendekatan matematika. Mulai dari penelitian Ptolemaeus, Copernicus, Galileo, Kepler, hingga Newton. Bahkan, apabila ditelurusi terus, akan berlanjut pada ilmuwan modern seperti Einstein, Sagan, Hawking, dan lain-lain. 

Salah satu argumen yang sampai sekarang masih menjadi pegangan kaum Flath Earth adalah Eksperimen Bedford. Eksperimen untuk mengukur lengkung Bumi ini dilakukan Samuel Rowbotham di Sungai Old Bedford. 

Rowbotham meletakkan teleskop di pinggir sungai dan mengamati kapal yang makin lama menjauh darinya. Hasilnya, hingga pada jarak 9.7 km, kapal tersebut masih tetap bisa diamati secara utuh. Padahal, apabila Bumi itu bulat, maka harusnya akan ada lengkungan Bumi yang mengakibatkan kapal tidak terlihat utuh.

Seiring dengan banyaknya pengguna internet, teori Flath Earth begitu mudah menyebar dan ternyata banyak juga yang percaya. Ini tentu kontradiktif, kecanggihan internet yang memudahkan informasi didapatkan, membuat teori Flath Earth ada yang percaya. Tetapi di sisi lain juga, harusnya kaum Flath Earth bisa mencari tau lanjutan dari eksperimen Bedford.

Wallace dan Tantangan Sayembara

Eksperimen Bedford saat itu sebenarnya sudah dipatahkan oleh Alfred Russel Wallace. Kesalahan dalam percobaan Rowbotham tidak memperhitungkan pembiasan cahaya. Percobaan Bedford dilakukan pada musim panas, maka air laut harus menguap dan hasilnya adalah pembiasan (pembelokan cahaya) oleh uap air laut. 

Wallace berhati-hati untuk menghindari efek pembiasan uap air laut, maka ia melakukan percobaan yang sama namun dengan ketinggian titik pengamatan 4 meter. Hasil eksperimen tersebut menunjukkan bahwa bagian bawah kapal menghilang, yang merupakan kebalikan dari apa yang terjadi saat eksperimen Rowbotham dimulai. 

Ada fakta menarik dari penelitian Wallace. Penelitian itu dilakukan Wallace untuk memenangkan uang sayembara yang dilakukan oleh seorang fanatik Flath Earth John Hampden. Taruhan itu berisi tawaran $500 dollar kepada siapa saja yang bisa mematahkan argumen Flath Earth

Meskipun memenangkan taruhan, Wallace sangat menyesal, bahkan mengatakan itu adalah "insiden paling disayangkan dalam hidup saya". Sebab, selama beberapa dekade, dia dan keluarganya terus-menerus menerima ancaman pembunuhan, masalah hukum, dan teror dari John Hampden yang fanatik, tidak dapat menerima kekalahan. Inilah yang dikatakan Wallace:

"The next matter was a much more serious one, and cost me fifteen years of continued worry, litigation, and persecution, with the final loss of several hundred pounds. And it was all brought upon me by my own ignorance and my own fault—ignorance of the fact so well shown by the late Professor de Morgan—that “paradoxers,” as he termed them, can never be convinced, and my fault in wishing to get money by any kind of wager. It constitutes, therefore, the most regrettable incident in my life" (scientificamerican.com)

John Hampden sendiri terus menegaskan bahwa bumi itu datar, mengabaikan keputusan juri yang berpihak pada Wallace. Dia meneror Wallace sampai akhir hayatnya. Seperti Hampden, pembela datar lainnya mengabaikan sejarah dan fakta yang disajikan.

Belajar dari Wallace 

Hemat penulis, orang-orang yang percaya terhadap teori konspirasi, seperti teori Flath Earth, itu  dipengaruhi oleh kondisi sosial. Ini layaknya pandangan kapitalisme, adanya ketimpangan antara kaum Borjuis dan Proletar membuat sebagian orang memandang ada kelompok kuat yang mengontrol dan memanipulasi kaum yang lemah.

Selain itu, secara individu, ada kemalasan untuk mencari tau kebenaran. Penglihatan bahwa tanah itu hamparan yang datar, membuat teori konspirasi ini mudah dan cepat dipercaya. Pengetahuan yang rendah dan rasa malas makin meningkatkan kepercayaan pada teori konspirasi.

Hingga saat ini, tentunya banyak orang yang masih mempercayai teori Flath Earth. Percaya terhadap teori tersebut adalah hak setiap orang. Namun, apakah peradaban manusia ingin maju dengan ilmu yang telah diuji berkali-kali menggunakan ragam pendekatan ilmiah atau ingin kembali ke 2300 tahun yang lalu? Pilihan itu ada di tangan setiap individu. 

0 Agree 0 opinions
0 Disagree 0 opinions
0
0
profile picture

Written By kodrat_enteding

This statement referred from