Flat-Earther Tanya, Memangnya Bumi Itu Bulat?
Ada sebuah peristiwa menarik di tahun 1956, tak lama setelah Samuel Shenton mendirikan Flat Earth Society sebagai organisasi penerus Universal Zetetic Society, di Dover, Britania.
Keduanya adalah lembaga yang meyakini bumi itu datar (flat earth) dalam arti secara semiotika, kajian didasarkan pada tanda pada suatu objek untuk tahu maknanya. Sayangnya para flat-eather terlalu memaksakan diri.
Ketika Flat Earth Society, kemudian sukses meluncurkan satelit pertama mereka, namun uniknya, kesaksian foto-foto dari satelit milik mereka justru memperlihatkan bumi memang bulat!.
Atas temuan fakta itu Flat Earth Society tetap saja bersikeras bahwa bumi itu datar!. Shenton ketika itu bilang, "Gampang sekali melihat bahwa foto seperti itu dapat memperdayai mata yang tak terlatih.”
Para penganut fanatik bumi datar yang keras kepala berpegang pada ide-ide yang didiskreditkan dan ketinggalan zaman, mereka mendapat sebutan satir, “flat-earther” . Dan selanjutnya teori-teori yang melawan nalar, termasuk teori-teori Bumi Datar modern, dicap pseudosains.
Melawan Arus Mainstream Itu Keren?
Sebenarnya, nalar bumi datar juga dipengaruhi oleh sebuah konsepsi ilmu dan teknologi alternatif dengan memposisikan agama cateris paribus--mengabaikan gagasan keagamaan.
Padahal pada awal berdirinya lembaga ini, literatur organisasinya justru berfokus pada penafsiran agama secara harfiah sebagai penguat dalilnya, dengan sedikit tambahan bukti dan penjelasan ilmiah.
Memulai kembali diskusi bumi datar sebenarnya sebuah wacana seru meski menjengkelkan. Karena seperti memberi “angin” kepada para flat-earther jika mereka masih layak untuk diajak debat.
Dimulai sejak era kosmologi awal, dengan konsepsi arkais bumi berbentuk bidang atau cakram sebagai ciri khas pra-saintifik dengan paradigma paling populernya, bumi datar dengan kubah mangkok cakrawala.
Teori ini melawan arus pemikiran mainstream Aristoteles, Pythagoras dan Galileo di era Helenistik tentang heliosentris yang telah memiliki bukti kuat secara sains, tapi tetap saja mereka gugat dalam salah satu artikel di bulletin Flat Earth News yang terbit selama tahun 1970-an dan awal 1980-an, dengan judul "Galileo Was a Liar" (Desember 1980).
Dan sederet artikel lainnya yang menunjukkan kebenaran tentang bumi datar dan menentang teori bumi itu bulat, "Whole World Deceived.... Except the Very Elect" (Desember 1977), "Australia Not Down Under" (Mei 1978), "Sun Is a Light 32 Miles Across" (Desember 1978).
Dan "The Earth Has No Motion" (Juni 1979), "Nikita Krushchev Father of NASA" (Maret 1980), "Science Insults Your Intelligence" (September 1980), "World Is Flat, and That's That" (September 1980) dan "The Earth Is Not a Ball; Gravity Does Not Exist" (Maret 1981).
Teori Heliosentrisme begitu dentik dengan Niclaus Copernicus, seorang Astronom, matematikawan, dengan teori kontroversial di jamannya, bahwa matahari sebagai pusat tata surya. Teori yang kemudian justru menjadi pijakan para astronom dan ahli sains modern.
Teori ini sangat ditentang pihak gereja dan para pendukungnya, diantaranya Saint Augustine Saint Anselmus, Thomas Aquinas yang ketika itu menganut teori Geosentris-nya P'tolemeus. Bumi sebagai pusat tata surya, di mana bintang dan galaksi bergerak mengelilingi bumi.
Mereka berpegang teguh pada prinsip "keyakinan mengungguli pemikiran, yakinkan dulu sesuatu, setelah itu baru cari alasan sebagai penjelasan." Sebuah cara berpikir yang absurd dalam konteks menjelaskan bumi datar yang sudah terbukti salah!.
Sementara hipotesis modern pendukung teori Bumi datar, dicetuskan seorang penemu asal Inggris, Samuel Birley Rowbotham (1816–1884). Dasar pemikirannya bersumber pada tafsir ayat-ayat Alkitab, yang kemudian dipublikasi secara luas dalam buku Earth Not a Globe.
Berdasarkan sistem Rowbotham, yang disebut "Astronomi Zetetis", bumi adalah suatu cakram datar yang berpusat di Kutub utara dan dikelilingi oleh dinding es Antarktika, sementara matahari dan bulan tidak berdekatan, sekitar 4800 km (3000 mil), dan kosmos tidak berdekatan 5000 km (3100 mil) di atas bumi.
Analisa ini juga didukung dengan literature yang disunting Lady Elizabeth Blount, istri Sir Walter de Sodington Blount, yang mendirikan Universal Zetetic Society, dan menerbitkan majalah The Earth Not a Globe Review, serta sebuah jurnal Bumi Datar, Earth: a Monthly Magazine of Sense and Science, yang terbit selama 4 tahun (1901–1904).
Melihat pola kemunculan pemikiran ala Rosbotham, mengingatkan kita dengan “ribut gagasan” soal teori evolusi Charles Darwin yang berkeyakinan, bahwa mahluk hidup mengalami evolusi secara bertahap, kura-kura Galapagos, burung finch, hingga evolusi “manusia kera” menjadi Homo sapiens bertulang tegak.
Debat Denial Bumi Datar
Awalnya kita mengira, debat lama Galileo yang telah menerbitkan buku Dialogo sekira tanggal 22 Februari 400 tahun lalu, ceritanya sudah usang sekali. Isinya beda pikir heliosentrisme Copernicus dan geosentrisme Ptolemeus itu . Tapi ternyata saat ini masih ada orang yang berkeyakinan psudosains, seperti yang muncul dalam channel 101 flat earth.
Padahal kecanggihan materi saintifik telah membuktikan bumi memang bulat tak terbantahkan. Faktanya adalah penyangkalan atas bukti sains, salah satunya tuduhan rekayasa Apolo ke bulan sebagai kerja sinema Hollywood, dan lain sebagainya.
Tapi apakah kita akan terus menanggapi dan mendiskusikan dua kutub yang berlainan tentang bumi datar?. Apalagi mereka menguatkan keyakinan itu dengan dukungan ayat dalam kitab para Nabi.
Mereka bukan salah tafsir, tapi sejak awal memang bukan diniatkan mencari kebenaran. Debat ini akhirnya hanya menjadi perdebatan denial-penyangkalan berisi omong kosong belaka.
Apalagi ketika, Channel youtube FE101 muncul dengan kode anonym bernama Boss Darling, yang ternyata seorang aktivis hacker dengan mengatasnamakan dirinya sebagai People Power. Sebuah perlawanan tanpa kekerasan, tapi mewakili siapa?.
Mereka menggunakan ayat yang mendukung perspektif mereka tentang Bumi Datar seperti diurai dalam Al Qur’an, surat Al-Baqarah: 22, “Dialah (Allah) yang telah menjadikan bumi itu sebagai hamparan (firasy) bagimu.”
Namun dalam ayat lainnya Al Qur’an surat Az Zumar ayat 5, yang menyebut ada tanda-tanda di dalam Al Qur’an yaitu takwir atau qurah, yang artinya bola atau lingkaran, tak digunakan sebagai pembenaran agar ada titik temu.
Kebiasaan menggunakan dalil yang tidak utuh, menjadi hal yang kontradiktif dari tradisi sains yang menyandarkan diri pada pembuktian sebagai solusi mencari kebenaran, bukan pembenaran.
Menyembunyikan dua fakta yang kontradiktif menjadi bukti kebenaran, adanya sesuatu yang “tidak benar” dari konsepsi mereka tentang dunia datar. Ketika kita berusaha menyamakan logika, kita justru kesulitan untuk berdiri di kaki sebelah mana.
Lain halnya jika kita bicara Bumi Datar yang lain, yang konteksnya adalah komunikasi tanpa batas. Seperti dunianya Thomas L Friedman dalam The World is Flat.
referensi
Flat Earth Society-https://p2k.unkris.ac.id/id1/3065-2962/Flat-Earth-Society_92036_p2k-unkris.html
Rocky Gerung dan Teori Bumi Datar- https://www.kompasiana.com/ingvillyan/5c6faaffaeebe108d52cb664/rocky-gerung-dan-teori-bumi-datar
Analisa Semiotika Dalam Channel Youtube Bumi Itu Datar-https://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51548/1/ANDIKA%20EKA%20CAHYA-FDK-L.pdf