BAHAYA KURANG BACA : PERCAYA FLAT EARTH
Sejak kecil kita diajari bahwa bumi itu bulat, bahkan di sekolah pun yang meletakkan dasar dari pengetahuan kita diajari demikian. Sebenarnya pengetahuan itu sudah ada semenjak Plato, 360 SM dalam Timaeus yang menyatakan bahwa dunia berbentuk bola, ia menambahkan dunia berputar karena berputarlah gerak yang paling sempurna di mana dunia tak memerlukan kaki maupun tangan. Aristoteles pun menjelaskan bahwa dunia itu bulat secara logis yang disertai bukti-bukti ilmiah. Akan tetapi, karena keterbatasan penyebaran pengetahuan pada waktu itu, perdebatan tentang bentuk dunia belum selesai bahkan sampai sekarang. Kebanyakan orang-orang dari golongan tertentu yang punya cerita tentang bentuk dunia adalah datar tetap mempercayainya.
Pada era sekarang khususnya di Indonesia, Flat Earth heboh semenjak unggahan dari Channel YouTube dengan nama pengguna Flat Earth 101 Indonesia pada akhir tahun 2016 lalu. Bossdarling, pengisi konten dari Channel tersebut membuat beberapa video yang provokatif mengenai bahasan Flat Earth ini. Sebetulnya, argumentasi mengenai Flat Earth dalam video tersebut tergolong sedikit dan hanya beberapa video saja. Kebanyakan video dari Channel tersebut membahas tentang adanya konspirasi tentang sekelompok Elit yang menguasai dunia. Tapi, ide tentang Flat Earth yang dibawanya cukup banyak diterima masyarakat sehingga meresahkan kaum akademisi di Indonesia. Bahkan, ada yang sampai melayangkan surat terbuka kepada LAPAN.
Bagaimanapun, Flat Earth saat ini sudah menjadi ide yang usang karena dengan banyaknya bukti-bukti ilmiah yang ada. Bukti yang paling jelas adalah ketika pada 1870, diadakan sebuah eksperimen yang diprakarsai dari golongan Flat Earth di mana dihadirkan juri dan hakim pada eksperimen tersebut untuk membuktikan bahwa bumi itu datar. Mereka menantang taruhan sejumlah nominal tertentu seorang ilmuan inggris bernama Alfred Wallace untuk membuktikan lengkungan bumi pada sungai Benford, di mana harusnya ada lengkungan sekian inci dalam satu mil sungai tersebut. Hasil dari eksperimen tersebut adalah bahwa ada lengkungan bumi. Wallace pun menang dan disahkan oleh juri dan hakim.
Meskipun sudah ada begitu banyak bukti, mengapa ide tentang Flat Earth masih tetap laku? Jawabannya adalah karena biasanya kepercayaan tentang Flat Earth itu dibungkus dengan dalih agama. Sebagai contoh yang dikemukakan Samuel Shanton di mana ia menggunakan ayat-ayat kitab sucinya sebagai argumentasi yang ia hubungkan dengan penelitian-penelitian ilmiah yang menyatakan bahwa bumi itu datar. Metode seperti membantah penelitian yang menyatakan bahwa bumi itu bulat dengan penelitian lain ataupun membantah satu ilmuan dengan ilmuan lain adalah ciri khas dari metode yang Shanton lakukan dalam setiap argumentasinya. Seperti mengatakan bahwa tidak mungkin ada yang bisa menembus atmosfer karena ada sabuk Van Allen, tapi anehnya mereka tidak pernah mengonfirmasi apa yang sebenarnya terjadi pada Van Allen langsung selagi ia masih hidup.
Dalam sebuah survei yang dilakukan YouGov, mayoritas penganut bumi datar di Amerika Serikat sangat religius dan setia pada agamanya. Ketika masuk ke Indonesia karena mayoritas Muslim maka kebanyakan penganutnya juga seorang Muslim. Karena sebenarnya konsep tentang dunia itu dijelaskan oleh semua agama, dan karena agama itu sangat interpretatif maka muncul orang-orang yang berpandangan bahwa bumi itu datar ataupun bulat dengan mengacu pada interpretasi terhadap kitab suci yang diyakini. Untuk itu, fanatisme berlebihan itu buruk bahkan terhadap apa pun termasuk agama jika itu membuat seseorang sampai menutupi fakta yang jelas ada.
Fenomena ini sebenarnya buruk bagi iklim intelektualitas masyarakat Indonesia. Adanya gerakan yang bisa dibilang Anti-Intelektualitas semacam ini tentu semakin memperburuk paradigma pemikiran masyarakat. Pemerintah kita dengan segala upayanya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dihalangi oleh orang-orang yang tak cukup kompeten sehingga menyesatkan masyarakat. Untuk itu, apa yang harus kita lakukan? Baca banyak buku, jangan sok tahu karena masih banyak informasi yang belum kita tahu, dan yang paling penting jangan kebanyakan tiktokan. WKWKWK