Penolakan Sosial Terhadap flat-earther
Sudah menjadi fakta umum bahwa bentuk bumi memanglah bulat walaupun tidak bulat sempurna. Semenjak 330 SM seorang pemikir bernama Aritoteles mengemukakan pendapat bahwasanya bumi berbentuk bulat dengan disertakan bukti-bukti ilmiah yang mendukung, teori Flat Earth atau bumi itu datar sudah terbantahkan. Namun, bukan berarti perdebatan akan bentuk bumi terselesaikan sampai disitu. Masih banyak orang yang tetap berpegang teguh dan menganggap bahwa bumi itu datar.
Pada dasarnya teori Flat Earth kurang mendapat dukungan dari khalayak umum dikarenakan tidak adanya bukti ilmiah yang kuat sehingga teori ini mengalami kemunduran. Namun, di Indonesia pembahasan mengenai Bumi Datar mulai unjuk gigi di kalangan publik pada akhir tahun 2016. Dimulai saat Channel YouTube dengan nama pengguna Flat Earth 101 Indonesia yang berisi forum diskusi, berita, video dan arsip-arisp mengenai Flat Earth dalam Bahasa Indonesia.
Hampir sebagian besar informasi yang ada dalam video tersebut jarang diketahui publik, sehingga membuat banyak masyarakat Indonesia terkejut atau mind blowing, tidak menyangka bahwa terdapat argument-argumen seperti demikian. Ada yang setuju dengan video itu, ada jugayang menyangkal terlebih lagi mengolok di linimasa mediasosial pada orang-orang yang percaya bahwa bumi itu datar. Sehingga sering kali terjadi perdebatan-perdebatan kecil hingga besar, di laman fanspage atau grup sejenis Indonesia Flat Earth Society (IFES) yang terdapat di beberapa media sosial.
Flat Earth Society merupakan sebuah organisasi atau perkumpulan bagi mereka yang memiliki kepercayaan bahwa bumi berbentuk datar dan bertentangan dengan fakta-fakta ilmiah yang menunjukkan bahwa bumi itu bulat. Organisasi ini didirikan oleh pria asal Inggris bernama Samuel Shenton pada tahun 1956. Dikutip dalam pernyataan Rangga Prasetya (2020), Flat Earth Society terus mengalami perkembangan dan mencapai 2,000 anggota pada masa puncaknya di bawah kepemimpinan Charles K. Johnson.
Seiring perkembangan waktu bukti-bukti ilmiah yang menunjukan bumi itu bulat semakin banyak bermunculan, namun organisasi tersebut tetap tidak mau merubah pandangan mereka bahkan menjadi semakin fanatik. Mulailah muncul Istilah "flat-earther" kemudian digunakan untuk menyebut seseorang yang secara keras kepala atau fanatik berpegang pada ide-ide yang terlalu subjektif akan bumi itu datar.
Pemikiran yang sangat bertolak belakang dengan sains, membuat Flat Earth Society mendapatkan penolakan sosial dari masyarakat dalam berbagai bentuk bahkan begitu kontroversial. Tidak sedikit media online atau portal berita yang memberitakan aktivitas penolakan sosial. Berdasarkan apa yang diberitakan pada media massa seperti liputan6.com dan jernih.co, banyak publik yang menyindir, menghujat dan menganggap bodoh anggota Indonesia Flat Earth Society (IFES).
Seperti halnya Robbie Davidson, pendiri Konferensi Bumi Datar Global di Dallas, dia tertawa terbahak-bahak ketika kali pertama mendengar ada orang mengatakan bumi itu datar. “Hanya orang bodoh yang percaya bumi itu datar,” kata Davidson.
Di sisi lain pula, Menurut pengalaman dari beberapa anggota Indonesian Flat Earth Society (IFES) sebagian besar pernah merasakan penolakan sosial atas teori bumi datar yang dipercayainya. Seperti Muhammad Ardiansyah, 21 tahun, domisili Pandaan, Mahasiswa Semester 6, Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP), UIN Sunan Ampel Surabaya, menjelaskan pengalamannya sebagai berikut:
“Kadang ketika ada salah satu mata kuliah Hubungan Internasional yang berkaitan dengan teori bumi datar, teman-teman kelas saya langsung menyebut nama saya dan menertawakan bersama. Begitu juga ketika mengobrol di grup WhatsApp, kadang saya disindir, tiba-tiba ditandai bila ada perbincangan yang menyangkut bumi datar” tutur mahasiswa kelahiran asli Parusuan yang sudah memercayai bumi datar sejak tahun 2016/2017 tersebut. (Dikutip berdasakan wawancara yang dilakukan oleh Rangga Prasetya Aji pada Minggu, 31 Maret 2019)
Lantas bagaimanakah sikap kita seharusnya terhadap kaum teori Flat Earth?
Sebagaimana halnya diskusi, begitu pula perdebatan bentuk bumi ini juga melahirkan banyak sudut pandang di diri setiap orang. Menjadi hak setiap individu untuk berpendapat mengenai pemikiran dan pandangan mereka masing-masing. Tidak ada aturan yang mengatakan bahwa kita harus menghakimi orang-orang yang memiliki perspektif berbeda pada umumnya. Hanya karena perbedaan pendapat jangan sampai terbawa ke dunia sosial yang lain, dan mendiskriminasi mereka. Mappiere (1982) menjabarkan sikap-sikap yang patut ditunjukan kepada seseorang sebagai berikut:
- Menghargai secara keseluruhan apa yang ada di dalam diri individu tanpa syarat, pendapat atau penilaian.
- Memandang sebagai orang yang berharga tanpa memandang latar belakang atau keadaan individu, menerima semuanya dan ramah saat berinteraksi bersamanya.
- Tidak memandang rendah. Lingkungan sosial percaya bahwa individu memiliki keyakinan atau kemampuan atau potensi yang ada pada diri masing-masing.
Nah, kalau menurut kalian sendiri sikap seperti apa yang patut kita tunjukan kepada seseorang yang memiliki pandangan yang berbeda dengan kita?