KONTROVERSI MENGENAI TEORI BUMI DATAR
Teori konspirasi mengenai bumi itu datar bukanlah isapan jempol semata. Teori ini sudah lama digaungkan jauh sebelum manusia dari kawasan Eropa, Mesir, Asia hingga Papua Nugini memasuki zaman Masehi.
Walaupun akhirnya teori tersebut sempat dibantahkan oleh dua filsuf Yunani terkenal yaitu Phytagoras dan Aristoteles, tetapi tetap saja teori bahwa bumi itu datar tidak hilang begitu saja.
Teori ini pun semakin diperkuat dengan lahirnya sebuah organisasi bernama International Flat Earth Society atau Flat Earth Society pada tahun 1956 oleh pria asal Inggris bernama Samuel Shenton.
Menurut komunitas Flat Earth Society ini bentuk bumi terlihat seperti cakram, dengan Kutub Utara sebagai pusatnya dan Kutub Selatan tidak lain hanyalah dinding es yang mengelilingi bumi. Kurang lebih mirip seperti gambar peta yang ada pada bendera Perserikatan Bangsa-Bangsa.
Konsepsi mengenai bumi datar dari komunitas Flat Earth Society ini jelas melahirkan banyak pertentangan dari banyak pihak. Terutama dari kalangan ilmuwan. Menurut mereka, konsepsi mengenai bumi itu datar sangat tidak masuk diakal dan bahkan dianggap idiot. Padahal sudah banyak bukti-bukti nyata yang menunjukan bahwa bumi itu bulat. Entah itu bukti secara ilmiah maupun bukti-bukti yang didapat dari kemajuan teknologi antariksa dunia.
Salah satunya yaitu melalui ekperimen yang dilakukan oleh mahasiswa Universitas Leicester pada tahun 2017. Mereka mengikatkan kamera ke balon cuaca dan lalu menerbangkannya. Balon pun naik hingga 23.6 kilometer diatas permukaan dan dari rekaman itu jelas menunjukan adanya lekukan bumi.
Sindiran pedas terhadap “keidiotan” komunitas Flat Earth Society pun juga datang dari mantan presiden Amerika Serikat, Barack Obama.
Dalam pidatonya di Universitas Georgetown, Washington DC, ia mengatakan bahwa ia sama sekali tak mau buang-buang waktu untuk meladeni sekolompok orang dari Flat Earth Society tersebut.
Selain itu pula menurut Carloz Diaz Ruiz, seorang Assistant Professor di Hanken School of Economics, Finlandia, bersama rekannya Tomas Nilsson meyakini bahwa sebenarnya mereka yang mempercayai bumi itu datar adalah sekelompok orang yang tidak percaya akan keberadaan Tuhan alias Ateis.
Seperti yang dilansir di laman space.com, Carloz Diaz Ruiz mengatakan, "Mereka menciptakan bumi bulat karena Tuhan tidak bisa berada diatas anda. Jika Dia juga dibawah anda, mereka pun menciptakan bahwa alam semesta itu tak terbatas, hal ini agar anda percaya bahwa Tuhan jauh dari anda"
Namun pertanyaannya adalah apakah semua orang yang percaya pada teori bumi datar itu adalah ateis? Jawabannya tentu tidak. Karena semuanya kembali pada pendidikan dan/atau pola pemikiran masing-masing.
Menurut, Anders Furze pada halaman resmi Melbourne University, jejak pendapat telah dilakukan oleh YouGov dan menemukan bahwa hanya sekitar dua per tiga orang Amerika berusia 18 dan 24 tahun yang percaya bahwa bumi itu bulat.
Hasil survey tersebut bukanlah hal yang mengagetkan. Karena jika dikembalikan pada ilmu psikologis, orang-orang memang punya kecenderungan untuk menyukai sesuatu yang berbau argumentatif. Hal ini bukan semata-mata karena mereka tidak mengerti atau tidak percaya, akan tetapi mereka hanya ingin menjadi sekelompok orang yang bisa mendapatkan perhatian dari sekelompok orang tertentu.
Jadi sebenarnya munculnya argumentasi mengenai bahwa bumi itu bulat atau datar bukanlah hal yang membahayakan. Karena sebagai makhluk sosial yang mempunyai hak asasi untuk berekspresi maka setiap individu sangat di perkenankan untuk mengemukakan segala pendapatnya mengenai sesuatu apapun, termaksud mengenai teori bumi datar tersebut.