Sejarah, Fakta dan Mitos Malam 1 Suro

profile picture Naura_Tiara
Sejarah - Lokal



Malam 1 Suro yang juga dikenal sebagai tahun baru Jawa adalah perayaan yang sangat penting dalam budaya Jawa yang dirayakan setiap tahun pada tanggal 1 Suro dalam penanggalan Jawa. Tradisi ini memiliki makna dan simbolisme yang kaya, menggabungkan unsur-unsur agama, budaya, dan spiritualitas yang mendalam. Malam ini dipercaya sebagai momen ketika roh leluhur turun ke dunia untuk memberikan berkah, keberuntungan, dan perlindungan kepada keluarga yang masih hidup. 

Sejarah Awal

Malam 1 Suro dalam kalender Jawa adalah peringatan tahun baru Jawa yang berakar dari tradisi Hindu-Buddha kuno dan kemudian dipengaruhi oleh ajaran Islam.

Meski tidak ada dokumentasi historis yang spesifik tentang asal usul Malam 1 Suro, tradisi ini diyakini berkaitan erat dengan Kerajaan Majapahit, sebuah kerajaan Hindu-Buddha yang berkuasa di Indonesia selama abad ke-13 hingga 16. Selama ini, Majapahit mengadopsi kalender Saka, yang juga digunakan di India, dan tahun baru dimulai pada bulan Chaitra, yang kurang lebih setara dengan bulan Suro dalam kalender Jawa.

Seiring berjalannya waktu dan meluasnya pengaruh Islam di Jawa, tradisi ini juga diambil dan disesuaikan dengan kepercayaan Islam. Salah satu contohnya adalah penggunaan Malam 1 Suro sebagai waktu untuk menghormati leluhur dan melakukan upacara khusus, seperti tahlilan dan membaca Yasin, yang sesuai dengan ajaran Islam tentang penghormatan terhadap orang yang telah meninggal.

Selain itu, berbagai mitos dan legenda lokal juga berkembang seiring dengan tradisi Malam 1 Suro. Misalnya, diyakini bahwa Malam 1 Suro adalah waktu ketika makhluk halus dan roh-roh berkeliaran, dan beberapa orang memilih untuk tinggal di rumah atau melakukan ritual khusus untuk melindungi diri.

Pada akhirnya, Malam 1 Suro adalah bagian dari tapestri budaya dan kepercayaan yang unik di Jawa, dan berbagai tradisi dan upacara yang terkait dengannya mencerminkan berbagai pengaruh yang telah membentuk budaya Jawa selama berabad-abad.

Tradisi, Perayaan, dan Makna

Salah satu tradisi yang dilakukan pada Malam 1 Suro adalah "sedekah bumi" atau "gunungan". Pada malam tersebut, umat Jawa menghias tumpeng (sejenis gunungan nasi kuning) dengan berbagai macam makanan, buah-buahan, dan barang-barang kebutuhan sehari-hari. Tumpeng tersebut kemudian diletakkan di tempat-tempat penting di rumah, seperti tempat pemujaan atau ruang keluarga. Tumpeng ini melambangkan rasa syukur dan penghormatan kepada leluhur serta harapan untuk mendapatkan berkah dan kelimpahan dalam tahun yang baru.

Tidak hanya itu, Malam 1 Suro juga diisi dengan ritual-ritual keagamaan seperti upacara doa bersama, membakar kemenyan, dan penghormatan kepada leluhur. Umat Jawa meyakini bahwa dengan menghormati leluhur dan berdoa, mereka dapat memohon perlindungan, kesejahteraan, dan keselamatan bagi keluarga mereka.

Bagi orang dengan suku Jawa, Malam 1 Suro juga dihubungkan dengan kehidupan dan kematian. Mereka percaya bahwa pada waktu ini adalah saat yang tepat untuk merenungkan arti dan tujuan kehidupan, serta mengenang orang-orang yang telah meninggal. Momen ini mengingatkan kita akan sifat fana dan sementara dari kehidupan ini, serta pentingnya menjalani hidup dengan penuh pengabdian, kebaikan, dan kebajikan.

Secara keseluruhan, Malam 1 Suro merupakan perayaan yang sarat makna dan simbolisme dalam budaya Jawa. Tradisi ini mengajarkan kita tentang pentingnya menghormati leluhur, merenungkan makna kehidupan, dan menjaga hubungan sosial. Melalui perayaan ini, umat Jawa memperkuat identitas budaya mereka dan melestarikan nilai-nilai luhur yang diwariskan oleh nenek moyang mereka.

Fakta dan Mitos

Pada umunya, tradisi yang masih kental ini akan selalu dipenuhi dengan fakta dan mitos yang terus beredar di kalangan masyarakat. Ada yang masih mempercayai, ada pula yang memutuskan menanggap sebagai mitos saja. Berikut fakta dan mitos yang berkaitan dengan malam 1 suro:

  1. Perayaan Tahun Baru Jawa: Menurut kalender Jawa, 1 Suro adalah hari pertama dalam tahun baru Jawa. Pada hari ini, biasanya masyarakat Jawa merayakan dengan berbagai upacara adat dan tradisi.
  2. Mitos dan Ritual Adat: Mitos yang berkembang di masyarakat adalah bahwa malam 1 Suro adalah malam kumpulnya makhluk halus dan roh-roh leluhur. Untuk itu, banyak masyarakat Jawa yang melakukan ritual-ritual adat untuk menghormati leluhur dan makhluk halus tersebut. Ada juga yang melakukan meditasi atau tirakat.
  3. Kirab Malam Satu Suro: Di beberapa daerah, ada tradisi Kirab Malam Satu Suro dimana masyarakat melakukan kirab atau parade dengan membawa pusaka atau peninggalan sejarah.
  4. Nyadran dan Ruwatan: Di beberapa daerah, masyarakat juga melakukan ritual nyadran dan ruwatan di malam 1 Suro. Nyadran adalah ritual untuk menghormati leluhur, sementara ruwatan adalah ritual untuk menghindari nasib buruk.
  5. Mitos Larangan: Pada malam 1 Suro, ada beberapa mitos larangan yang dipercaya oleh masyarakat Jawa, seperti larangan untuk berpergian jauh atau keluar rumah di malam hari, larangan untuk membuat keributan, dan lain sebagainya.

Perlu dicatat bahwa semua ini adalah bagian dari kepercayaan dan tradisi lokal, dan tidak semua masyarakat Jawa percaya atau mengikuti semua mitos dan ritual tersebut. Selain itu, kepercayaan dan tradisi ini bisa berbeda-beda di tiap daerah di Jawa. Jadi marilah saling menghargai budaya dan tradisi di Indonesia.

0 Agree 0 opinions
0 Disagree 0 opinions
0
0
profile picture

Written By Naura_Tiara

This statement referred from