Love Triangle: Adonis, Aphrodite, Persephone
Kisah cinta segitiga antara Adonis, Aphrodite, dan Persephone adalah salah satu cerita paling tragis dalam mitologi Yunani. Bagaimana persaingan kedua dewi ini mengubah nasib Adonis dan pergantian musim di dunia?
Dalam mitologi Yunani, kisah cinta segitiga antara Adonis, Aphrodite, dan Persephone adalah salah satu cerita paling tragis dan penuh gairah. Adonis, seorang pemuda yang sangat tampan, menjadi pusat persaingan antara dewi cinta, Aphrodite, dan dewi dunia bawah, Persephone. Kisah ini tidak hanya tentang cinta yang rumit, tetapi juga mengandung makna yang lebih dalam terkait dengan siklus alam dan pergantian musim.
Berawal dari Hubungan Terlarang

Kisah ini berawal dari hubungan terlarang antara raja Siprus, Kinyras, dan putrinya, Myrrha. Myrrha dikutuk oleh dewi cinta, Aphrodite, karena menolak menyembahnya dan jatuh cinta kepada ayahnya sendiri. Dengan bantuan perawatnya, Myrrha berhasil menipu ayahnya hingga ia hamil. Ketika Kinyras menyadari kebenarannya, ia mengejar Myrrha, yang kemudian melarikan diri dan memohon kepada para dewa untuk menyelamatkannya.
Sebagai hasil dari permohonannya, para dewa mengubah Myrrha menjadi pohon murad. Dari pohon ini, lahirlah seorang bayi laki-laki yang kelak dikenal sebagai Adonis.
Kelahiran Adonis

Adonis lahir dari pohon murad yang dulunya adalah Myrrha. Keindahan dan ketampanan Adonis begitu luar biasa sehingga ia menarik perhatian para dewa sejak kelahirannya. Aphrodite, terpesona oleh bayi tersebut, memutuskan untuk menyembunyikannya agar tidak ditemukan oleh dewa-dewa lain. Ia menitipkan Adonis kepada Persephone, dewi dunia bawah, untuk dirawat hingga ia dewasa. Namun, ketika Adonis tumbuh dewasa, kecantikannya juga memikat Persephone.
Adonis dan Persephone
Persephone, yang selama ini merawat Adonis di dunia bawah, jatuh cinta pada pemuda tampan tersebut. Ia ingin Adonis tetap tinggal bersamanya di Hades. Namun, Aphrodite, yang juga menginginkan Adonis, menuntut agar pemuda itu dikembalikan kepadanya. Konflik pun muncul antara kedua dewi ini, dan akhirnya mereka meminta Zeus untuk menengahi.
Zeus, sebagai dewa tertinggi, memberikan solusi yang adil. Adonis harus membagi waktunya antara Persephone dan Aphrodite. Setengah tahun, Adonis akan tinggal di dunia bawah bersama Persephone, dan setengah tahun lagi ia akan bersama Aphrodite di dunia atas. Keputusan ini tampak adil, tetapi justru memicu persaingan yang semakin sengit di antara kedua dewi.
Adonis dan Aphrodite

Saat bersama Aphrodite, Adonis menemukan cinta dan kebahagiaan yang besar. Aphrodite sangat mencintai Adonis, dan hubungan mereka penuh dengan gairah. Mereka sering menghabiskan waktu bersama, berburu di hutan dan menikmati keindahan alam. Namun, hubungan ini tidak berjalan mulus selamanya, karena nasib tragis Adonis telah ditentukan.
Kematian Adonis
Nasib malang menimpa Adonis ketika ia sedang berburu. Seekor babi hutan, yang dikirim oleh Ares—dewa perang dan kekasih cemburu Aphrodite—menyerangnya. Dalam pertempuran yang berlangsung, babi hutan tersebut melukai Adonis dengan parah, dan ia mati dalam pelukan Aphrodite. Duka Aphrodite begitu mendalam sehingga darah Adonis yang tumpah ke tanah berubah menjadi bunga anemone, melambangkan keindahan yang rapuh dan fana.
Kematian Adonis adalah salah satu momen paling menyedihkan dalam mitologi Yunani. Kehilangan Adonis sangat dirasakan oleh Aphrodite, dan duka ini juga menjadi simbol tentang kefanaan kehidupan dan kecantikan.
Pergantian Musim di Dunia Manusia

Kisah cinta dan kematian Adonis memiliki makna yang lebih dalam bagi manusia. Pembagian waktu Adonis antara Aphrodite dan Persephone melambangkan siklus pergantian musim di dunia. Ketika Adonis bersama Persephone di dunia bawah, bumi memasuki musim dingin, di mana tanaman mati dan alam tampak layu. Namun, ketika Adonis kembali ke Aphrodite, bumi kembali hidup dengan kehadiran musim semi dan musim panas, di mana tanaman mekar dan kehidupan kembali bersemi.
Pergantian ini juga mencerminkan siklus kehidupan, kematian, dan kelahiran kembali, yang diwakili oleh Adonis. Kisah ini, meskipun tragis, mengajarkan manusia tentang keseimbangan antara kehidupan dan kematian, serta tentang siklus alam yang tak terhindarkan.