EKSISTENSI TUHAN DALAM TINJAUAN KOSMOLOGI

profile picture Abd Karim Ismail
Sains - Ruang Angkasa

Dalam sebuah buku  berjudul“The Outer Limit”, yang dikutip dari banyak sumber rujukan. Saya mengutip beberapa percakapan. Stephen Law mendeskripsikan perdebatan antara dua anak muda yang sedang mencoba untuk memahami rahasia alam semesta, berikut percakapannya:

Tom:    Kamu tahu, semakin saya berpikir, saya semakin yakin bahwa kejadian itu menunjukan pasti ada Tuhan.

Aisha:  Apa yang membuat kamu begitu yakin?

Tom:    Bagaimana kita menjelaskan semua kejadian ini? Dari mana datangnya? 

Aisha:  Dari mana datangnya?

Tom:    Ya. Sekitar Milyaran tahun yang lalu alam semesta ini bermula dengan suatu peristiwa Dentuman Besar. 

Aisha:  Saya tahu itu!

Tom:    Sekarang saya ingin kamu menjelaskan mengapa Dentuman Besar terjadi? Mengapa alam semesta ini bisa muncul?

Aisha:  Bukankah itu terjadi begitu saja?

Tom:    Jangan berpikir sempit. Sesuatu tidaklah terjadi begitu saja, bukan? Pasti selalu ada penyebabnya. Peristiwa Longsor, gempa bumi, jembatan ambruk, pasar bursa yang meleset, kita menganggap bahwa semua itu memiliki penyebab, meskipun kita tidak selalu tahu apa penyebabnya.

Kemudian Tom memberi contoh pada nyala sumbu petasan.

Tom:    Anggaplah ledakan itu terjadi saat ini. Tak seorang pun berpikir bahwa ledakan itu terjadi tanpa ada alasan tertentu, bukankah demikian? Adalah masuk akal menganggap bahwa ledakan itu memiliki penyebab. Meskipun kita tidak mengetahui penyebab itu. Betul?

 Aisha:  Ya. Memang masuk akal menganggap ada seseorang yang menyebabkan petasan itu meletus. Dengan menyalakan sumbunya: Saya juga membayangkan demikian.

Tom:    Benar. Tapi jika anggapan bahwa letusan memiliki penyebab adalah suatu hal yang masuk akal, maka tentu masuk akal pula jika peristiwa Dentuman Besar itu memiliki penyebab, bukankah demikian?

Tuhan harus ada! Jika Dentuman Besar memiliki penyebab, maka Tuhan harus ada sebagai penyebabnya!

Aisha:  Tuhan yang menyalakan sumbu?

Tom:    Tepat sekali!

Aisha:  Ada persoalan dengan argumen kamu, Tom. Kamu mengawali argumen dengan menganggap bahwa segala sesuatu pasti memiliki penyebab, betul?

 Tom:    Ya, betul!

Aisha:  Jika segala sesuatu memiliki penyebab, itu berarti Tuhan juga memiliki penyebab, bukan begitu?

Tom:    Saya kira demikian.

Aisha:  Kalau begitu saya ingin mengetahui: jika segala sesuatu memiliki penyebab, maka apa yang menyebabkan atas keberadaan Tuhan?

 Mendapatkan pertanyaan yang begitu tajam, Tom merenung sejenak, dan kemudian menjawab dengan penuh semangat:

Tom:    Ah, saya tahu apa yang harus saya katakan! Tentu saja, segala sesuatu pasti memiliki penyebab kecuali Tuhan. Tuhan merupakan pengecualian pada aturan ini.

 Aisha:  Pengecualian?

Tom:    Ya. Dia adalah satu-satunya yang tidak membutuhkan penyebab. Sebagaimana yang kamu ketahui, segala sesuatu membutuhkan penyebab, kecuali Tuhan. Itu berarti bahwa Tuhan harus ada sebagai penyebab keberadaan alam semesta. Akan tetapi, sekalipun Tuhan merupakan pengecualian dalam aturan bahwa segala sesuatu memiliki penyebab, kita kemudian tidak harus memperkenalkan penyebab bagi Tuhan.

Aisha:  Suatu kemajuan. Namun saya khawatir argumen itu masih belum bisa diterapkan dan masih lemah..

Tom:    Mengapa?

Aisha:  Karena jika kamu hendak memulai untuk membuat pengecualian-pengecualian pada aturan bahwa segala sesuatu memiliki penyebab, maka mengapa kita menjadikan Tuhan sebagai pengecualian? Mengapa tidak mengatakan bahwa alam semesta sebagai pengecualian?

 Tom:    Baiklah. Saya kira kamu boleh saja beranggapan seperti itu.

Aisha:  Mengapa kita tidak perlu mengajukan Tuhan sebagai penyebab keberadaan alam  semesta?

Tom:    Saya kira tidak!

Aisha:  Sebagaimana yang kamu ketahui, kamu tetap belum bisa memberikan kepada saya beberapa alasan agar saya bisa yakin bahwa Tuhan  itu ada, sampai kamu mampu mendatangkan beberapa alasan mengapa saya seharusnya memikirkan bahwa Tuhanlah yang merupakan pengecualian pada aturan ini, bukan alam semesta.

 Karena Tom membisu seribu bahasa, dengan penuh percaya diri Aisha melanjutkan:

 Aisha:  Kamu tahu bahwa dalam  sebuah mitologi, Bumi diyakini terletak di atas punggung seekor kura-kura raksasa?

Tom:    Mengapa mereka berkeyakinan seperti itu?

Aisha:  Baiklah! Saya kira mereka ingin menjelaskan bagaimana segala sesuatu itu dikuasai. Segala sesuatu itu akan jatuh kecuali kalau ada sesuatu yang menyangganya. Apel, kursi, batu; semuanya akan jatuh jika tanpa sandaran. Tapi dari sini muncul pertanyaan: mengapa bumi tidak jatuh dengan sendirinya?

 Aisha mengambil sebatang pinsil dan sehelai kertas, kemudian menggambar bumi dan gajah, serta memperlihatkannya kepada Tom.

 Aisha:  Ini penjelasannya: bumi disangga oleh seekor gajah besar.

Tom:    Mengerikan sekali!

Aisha:  Sekarang ada sesuatu yang tidak memuaskan dari penjelasan tentang gajah ini, bukan?

Tom:    Yang kamu maksud bahwa ada pertanyaan berikutnya: lantas apa yang menyangga gajah itu?

 Aisha:  Tepat sekali! Tahukah kamu bagaimana mereka menjawab pertanyaan tersebut?

Tom:    Tidak!

Aisha:  Mereka berkeyakinan bahwa gajah itu disangga oleh seekor kura-kura besar.

 Tom:    Akan tetapi kemudian apa yang menyangga kura-kura itu?

Aisha:  Pertanyaan yang bagus! Pada dasarnya mereka  berhenti pada kura-kura itu. Tapi mengapa mereka berhenti sampai di situ? Padahal tentu saja kura-kura itu membutuhkan penyangga lainnya untuk menopangnya, dan binatang yang menyangga kura-kura pun membutuhkan binatang lain untuk menyangganya, dan begitulah seterusnya berlangsung tanpa henti.

Perdebatan  tersebut hanyalah merupakan salah satu problematika tentang pembuktian keberadaan Tuhan dengan paradigma Kosmologis.

Kesimpulan yang bisa dipetik dari kisah diatas adalah adanya Kausa Prima dari adanya penciptaan. Sesuatu yang ada ini pasti ada yang mengadakan sebagaimana alam semesta ini ada, pasti ada yang menciptakan yakni Tuhan. Eksistensinya dapat dilihat dari ciptaan disekitar kita, baik yang abstrak maupun konkrit, dari yang dapat dirasakan oleh panca indera maupun yang hanya melalui sebuah keyakinan hati dan nalar. Tuhan memperkenalkan dirinya melalui apa yang ada . ada yang disekitar terdekat kita maupun sesuatu yang terjauh dari pandangan kasat indera kita sebagai manusia yang mencakup alam raya ini. Bumi ini terlalu kecil untuk menggambarkan alam raya. Hanya ibarat sebuah cincin yang dilemparkan ke tengah padang pasir yang sangat luas jika dibandingkan dengan alam raya. JIka tuhan  memperkenalkan  dirinya melalui kitab suci dan para utusannya. Maka termaktub penjelasan bahwa langit ini terdiri tujuh lapis. Itu menandakan bahwa kita iini ibarat debu dalam lingkaran cincin tadi ditengan pada pasir yang sangat luas berlapis tujuh tingkatan lagi. Adanya fakta indera dan nalar ini sudah cukup membuktikan adanya Tuhan sebagai Pencipta Alam Raya.

2 Agree 0 opinions
1 Disagree 0 opinions
2
1
profile picture

Written By Abd Karim Ismail

This statement referred from