Tuhan Ada Saat Aku Sakit

profile picture melianaaryuni
Sains - Other

Secara teoritis, aku sangat yakin bahwa banyak orang bisa menyatakan Tuhan itu ada. Dia nyata. Aku tidak menapikkan hal itu. Ketika aku melihat besarnya alam ini, hatiku yakin bahwa tak ada satu manusia pun yang kuasa atas penciptaannya. Oleh karena itu, aku yakin bahwa yang mencipta pastilah sesuatu Yang Maha Kuasa.

Kucoba mencari tahu tentang seberapa besar kekuasaan Allah swt. dari kitab suciku. Lalu, terjawab sudah bahwa,“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih berganti malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering)nya dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi, sesungguhnya itu adalah tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan.” 
(QS. Al Baqarah:164).

Saat aku melihat pertumbuhan anak-anak, aku yakin bahwa bukan makanan atau nutrisi yang membuat mereka tumbuh dan berkembang. Aku yakin bahwa melalui kasih sayang-Nya semua itu terjadi. Ucapan itu bukan hanya pemanis bibir, tetapi keyakinan pribadi yang hadir setelah melewati serangkaian pemikiran.

Apakah Sang Pencipta itu Ada?
Mari tanyakan pada hati yang terdalam. Aku yang sering bergumul dengan pertanyaan pada diri sendiri tentang eksistensi Tuhan. Untuk pertanyaan-pertanyaan itu, seringnya kudapatkan dengan melihat apa yang ada di alam semesta ini. Seperti penciptaan matahari, bulan, dan perputarannya di langit. Betapa hebat-Nya Dia yang menggantungkan matahari tanpa penyangga sama sekali di angkasa.

“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang yang berakal. Yaitu orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Mahasuci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.” 
(QS. Al Imran: 190-191).

Lewat pemikiran itu, aku yakin bahwa manusia, sepandai apa pun dia, maka tidak akan bisa melakukan apa pun tanpa campur tangan dari-Nya. Buktinya, mata yang dimiliki manusia hanya terbatas pada jarak tertentu dan memerlukan bantuan untuk mendapatkan penglihatan yang baik. Ini berarti manusia memiliki sifat keterbatasan, sedangkan Tuhan melampaui keterbatasan yang ada pada diri kita.

Lihatlah betapa manusia itu lemah. Mata ini tidak bisa selalu terjaga selama 24 jam, bukan? Mata pun memiliki keterbatasan yang harus diakui oleh kita, yaitu hanya bisa melihat dalam jarak lihat dan kemampuannya. Jangankan untuk melihat benda nyata, mata yang katanya jeli tanpa mengalami gangguan pun terbatas dalam melihat sesuatu.

Sakit Adalah Bukti Tuhan itu Ada
Manusia hanya bisa melihat sesuatu pada permukaannya saja, sedangkan bagian dalam sesuatu itu tidak dengan mudah bisa dilihat. Bahkan kebanyakan tidak bisa dijangkau oleh peralatan canggih sekalipun. Jika pun bisa, maka itu hanya sedikit saja. Terbukti, dalam penelitian tentang tentang darah pun kita tidak bisa mendapatkan informasi lebih.

Keterbatasan yang kita miliki itu menunjukkan bahwa kita adalah makhluk yang lemah dan penuh kekurangan. Namun, dibalik kekurangan itu Tuhan memberi kelebihan bagi kita untuk menghadapi semua peristiwa yang dialami. Seperti peristiwa yang sering kita alami, yaitu sakit.

Entah mengapa saat-saat susah atau sakit, kita justru ingat bahwa Tuhan itu memang ada. Meskipun Dia tidak nyata bentuknya, aku yakin Dia ada dan berperan penting dalam rasa sakit yang kita alami. Wujudnya terlihat dari penerimaanku tentang apapun ketentuan-Nya.

Pada saat sakit itu aku yakin semua penyakit ada obatnya. Keyakinan itu pula yang membuat aku untuk terus bersabar menghadapinya. Apalagi saat tubuh ini merasakan sakit, air mata akan mengalir dan hati ini dipenuhi dengan rasa takut dan harap pada-Nya.

Pada saat sakit seperti itu, aku mulai merasakan kelemahanku. Di dalam pemikiranku, aku sering ketakutan akan terjadi hal buruk yang bisa saja terjadi. Lalu, semua kesedihan itu membuatku menangis. Aku teringat pada anak-anakku yang belum bisa dilepas. Aku teringat semua kesalahan yang aku lakukan kepada mereka.

Kesombonganku dulu akan fisik yang kuat seketika menjadi pupus. Aku hanya berharap Tuhan memberikan rahmat-Nya dan membuat aku kembali pulih. Bila aku bersungguh-sungguh meminta kesembuhan pada-Nya, aku yakin sakitku akan hilang.

Terbukti, kesabaran, usaha, dan doa membuat tubuhku yang sakit berangsur membaik. Tuhan memang Maha Tahu bahwa aku disuruh-Nya untuk beristirahat. Dia Maha Penyayang dengan memberikanku sakit agar tubuhku tidak diporsir sedemikian rupa.

Dengan sakit itu, aku merasakan eksistensi Tuhan memang nyata sehingga optimis untuk sembuh akan membuatku kuat menjalaninya. Buat teman-teman, apapun sakit yang menimpamu, yuk kuatkan keyakinan diri untuk tetap meyakini bahwa sejalan kesulitan itu ada kemudahan. Sama halnya dengan dibalik rasa sakit akan ada kesembuhan. Kita hanya diminta untuk melakukan yang terbaik, sabar, berdoa, dan tawakal

1 Agree 1 opinion
0 Disagree 0 opinions
1
0
profile picture

Written By melianaaryuni

This statement referred from