Tidak ada Bukti Eksistensi Tuhan
Menurut kamus bahasa inggris dari cambridge, “Evidence is one or more reasons for believing that something is or is not true” yang artinya, bukti adalah satu atau beberapa alasan untuk meyakini bahwa sesuatu itu benar atau salah. Sehingga, bukti harus lebih ada daripada apa yang dibuktikan. Sebagai contoh, cahaya adalah bukti dari adanya bayangan, karena adanya cahaya bayangan pun tercipta. Andaikan cahaya itu tidak ada maka bayangan pun tidak ada sebagaimana tidak adanya bayangan ketika di dalam ruangan yang gelap gulita.
Begitu pula dengan adanya tuhan, tidak ada bukti bahwa tuhan itu ada. Banyak sekali yang menyatakan bahwa alam semesta adalah bukti adanya tuhan. Konsekuensi dari pernyataan tersebut sangatlah fatal dalam logika, karena seandainya alam semesta tidak ada maka tuhan tidak ada. Bahkan, ilmuwan tarekat muslim yang terkemuka – Ibnu Atha’illah as-Sakandari – membantah pernyataan tersebut di dalam kitab Al-hikam nya, sejak kapan tuhan tidak ada sehingga alam semesta adalah bukti adanya tuhan?
Aksioma adalah sebuah pernyataan dimana pernyataan yang diterima sebagai suatu kebenaran dan sifatnya umum, serta tidak perlu adanya pembuktian. Manusia yang mengimani eksistensi atau tidaknya tuhan merupakan sebuah aksioma bagi manusia itu sendiri. Manusia diberikan akal hati dan pikiran untuk memilih antara dua ‘iman’ tersebut.
Setelah iman pada salah satunya maka mestilah konsisten pada jalan kedepannya. Jika manusia itu mengimani eksistensi tuhan maka konsekuensinya adalah harus mengikuti petunjuk yang telah tertuang dalam kitabnya sehingga selalu menjadi pedoman dalam hidupnya. Jika sebaliknya, maka manusia itu yang membuat pedoman hidupnya sendiri.
Manusia yang tidak mengimani eksistensi tuhan dikenal dengan ateisme. Mereka sering mengklaim dirinya sebagai pengikut sains sehingga apapun yang ada mesti memerlukan bukti. Mungkin mereka tidak tahu bahwa pada sains terdapat istilah aksioma yang merupakan titik awal atau bukti dari segala bukti teorema-teorema. Dari titik awal tersebut tercipta teorema-teorema, salah satu teorema yang terkenal di dunia adalah teorema phytagoras. Oleh karena itu, ateisme sejatinya tidak mengikuti sains karena mereka tidak memiliki pengetahuan perihal itu melainkan hanya menduga-duga saja.
Ciri khas ateisme adalah tidak mempercayai bahwa alam semesta ini memiliki pencipta. Artinya, dirinya meyakini bahwa sesuatu yang ada dapat berasal dari ketiadaan. Padahal menurut logika, sesuatu yang ada mesti berasal dari yang lebih ada, bukan sebaliknya. Teori gravitasi yang diciptakan newton berasal dari percobaan atau penelitiannya berdasarkan kinerja alamiah dua buah benda yang memiliki massa dan memiliki jarak antar benda tersebut. Artinya, teori gravitasi newton berasal dari dua buah benda yang dipisahkan oleh jarak tertentu. Yang dimana benda tersebut lebih ada karena menjadi sebab adanya teori gravitasi newton. Andaikan benda itu tidak ada, maka tidak akan tercipta teori tersebut.
Beberapa agamawan terdikte oleh permintaan ateisme untuk membuktikan eksistensi tuhan dengan menggunakan perangkat yang terlihat sehingga mereka ‘kecelakaan’ mengatakan bahwa alam semesta adalah bukti adanya tuhan dengan argumen alam semesta memerlukan pencipta atau disandarkan pada dalil pada kitab yang dipercaya dari tuhannya. Pernyataan tersebut tidak akan mempengaruhi ateisme untuk mempercayai eksistensi tuhan karena mereka tidak mempercayai kitab itu dari tuhan sebagaimana agamawan itu percaya.
Secara alamiah, manusia akan menyadari eksistensi tuhan dengan sendirinya karena itu fitrah yang dimiliki. Kesadaran itu muncul biasanya berasal dari fenomena alam maupun sosial yang mustahil bisa dikendalikan oleh manusia. Misalnya, seperti mimpi, gejala alam, mentalitas, dan sebagainya. Sehingga tercipta beberapa tahap kepercayaan yang dimiliki oleh manusia purba, mulai dari animisme, dinamisme, totemisme hingga monoisme.
Tetapi, hal tersebut tidak bisa dikatakan sebagai bukti otentik bahwa tuhan itu ada. Karena hal itu bersifat rasa yang tidak bisa membuktikan sesuatu yang bersifat ilmiah. Sebagai contoh, ketika A mengatakan jatuh cinta kepada B, B tidak dapat memastikan (membuktikan) secara ilmu bahwa A mencintainya secara hakiki, tapi B bisa mendeteksi semua itu dengan ucapan dan perbuatan yang dilakukan oleh A terhadap B.
Meskipun eksistensi tuhan tidak dapat dibuktikan, tetapi manusia dapat membuktikan sesuatu yang dianggap tuhan atau mengaku tuhan itu bukan tuhan. Ketika patung besar maupun seorang manusia dianggap sebagai tuhan, lalu siapa tuhan sebelum patung besar itu dibuat? siapa tuhan sebelum manusia itu lahir? Tuhan yang datangnya terlambat dan tidak ada setiap waktu itu dapat dipastikan bukan tuhan karena tidak memiliki kekuasaan terhadap dirinya atau alam semesta sebelum dia diciptakan atau dilahirkan.
Tuhan adalah prima causa. Ketika tuhan disebabkan, diciptakan maupun dilahirkan maka itu bukan tuhan. Tuhan mestinya lebih ada dari semua yang ada, lebih dahulu ada dari semua yang ada, dan kekal. Sehingga mesti berbeda dengan sesuatu yang memiliki sebab (dilahirkan atau diciptakan). Namun, sekali lagi, pernyataan itu adalah aksioma atau sebagai titik awal sehingga manusia diberikan kebebasan iman mana yang mereka pilih, iman pada eksistensi tuhan atau tidak.