Puaskan Akal Manusia Untuk Membuktikan Bahwa Tuhan Itu Ada

profile picture nitagustindns
Sains - Fenomena

Pendahuluan
     Berbicara tentang eksistensi Tuhan, ini merupakan sebuah kajian lama dari dulu sampai sekarang yang terus diperbincangkan khususnya bagi orang-orang yang memiliki kepercayaan agnostik. Secara etimologi, agnostik berasal dari bahasa Yunani, yakni agnostik yang berarti mengetahui atau pengetahuan dan yang berarti tidak. Jadi secara harafiah, agnostik memiliki arti tidak mengetahui. Namun secara definisi, agnostik adalah suatu pandangan atau kepercayaan bahwa ada atau tidaknya Tuhan merupakan sesuatu yang tidak diketahui. Menurut plato.stanford.edu, mereka yang mempercayai agnostik butuh alasan ilmiah yang jelas untuk membuktikan keberadaan Tuhan. Penganut agnostik percaya bahwa ada kekuatan lain yang lebih besar dari Tuhan yang bisa dibuktikan secara ilmiah, yakni alam semesta. 
     Sebenarnya sudah banyak argument untuk menjawab tentang bukti adanya Tuhan atau tidak, namun dalam menjawab pertanyaan itu banyak ditemukan bahwa argument yang membuktikan keberadaan tuhan dengan merujuk pada sebuah kitab suci. Argumen yang menjelaskan menurut kitab suci ternyata hanya bisa diterima oleh orang-orang yang percaya dengan agama. Argumen yang merujuk pada kitab suci menjelaskan dan menunjukkan tentang adanya Tuhan sesuai dengan isi didalam kitab suci masing-masing agama. Seperti yang diketahui bahwa agama di dunia tidak hanya satu, namun lebih dari satu. Argumen yang dijabarkan dalam setiap agama mengenai keberadaan Tuhan ternyata belum menjawab pertanyaan dari orang-orang agnostik tentunya, hanya dapat diterima oleh manusia yang percaya dengan adanya Tuhan dan agama. Lalu bagaimana tentang manusia yang belum percaya pada agama dan Tuhan? Pada kenyataannya, jika dijelaskan mengenai keberadaan Tuhan karena pada agama yang dianut mengatakan bahwa Tuhan itu ada dengan penjabarannya dan dengan dalil-dalil yang kuat akan lebih mudah percaya. Tetapi, tidak dengan kelompok manusia yang tidak menganut agama dan percaya perlu sebuah agama pasti tidak akan menerima penjabaran tentang Tuhan lewat sumber-sumber atau rujukan-rujukan dalam suatu agama. Bahkan argumen seperti itu tidak dapat diterima oleh orang-orang yang menganut kepercayaan agnostik. Maka, perlunya penjelasan yang rasional dan logis yang untuk menjelaskan kepada orang-orang agnostik. 
     Pada umumnya, manusia yang tidak percaya agama tidak akan menerima jika dijelaskan bahwa keberadaan Tuhan merujuk pada suatu agama.  Jadi, nanti tidak akan menemukan keberadaan Tuhan, karena sifatnya akan terus berputar. Manusia yang tidak percaya agama kebanyakan akan bertanya apa yang menjamin suatu agama itu benar dan orang yang beragama akan menjawab agama itu benar karena ada Tuhan, karena tuhan yang membuat agama itu mungkin ada. Jatuhnya pertanyaan tidak akan selesai sampai disitu saja, namun akan berkelanjutan dengan menanyakan apa buktinya ada tuhan? Pasti seorang yang beragama akan menjawab dengan adanya agama. Jadi, sebuah diskusi tidak akan pernah selesai dan tidak akan memuaskan akal manusia. 
     Oleh karena itu, bagaimana seseorang yang tidak percaya agama akan percaya kepada agama yaitu dengan membuktikan bahwa Tuhan itu ada terlebih dahulu. Maka dari itu untuk membuktikan benar adanya Tuhan harus bisa dijabarkan secara rasional agar memuaskan akal manusia. Akal yaitu sebuah pikiran, orang berakal berarti orang yang berpikir untuk menemukan sesuatu. Akal merupakan satu-satunya milik manusia yang sangat berharga. Dengan akal, manusia mampu mencapai apa yang diinginkan, dengan akal manusia dapat menguasai alam sekitarnya, serta manusia dapat menemukan sebuah kebenaran.

Bagian Inti
     Membuktikan adanya Tuhan ternyata tidak cukup hanya dengan menunjukkan sebuah bukti didalam kitab suci. Jadi, harus dibuktikan dengan sesuatu yang mendasar yang dapat diterima dengan akal manusia agar dapat memuaskan akal manusia itu sendiri dalam menemukan sebuah kebenaran. Kenapa harus memuaskan akal? Karena manusia adalah makhluk yang paling sempurna di kehidupan ini dari banyaknya makhluk, manusia punya kedudukan khusus dan manusia punya akal yang menjadi pembeda dengan makhluk lainnya. Dengan adanya akal, manusia akan membuktikan sesuatu dengan berpikir, terutama keberadaan benar adanya Tuhan ini. Dikatakan bahwa akal identik dengan berpikir, dalam berpikir memiliki sebuah komponen, yaitu meliputi : 1) otak, 2) panca indera, 3) objek/fakta, dan 4) informasi sebelumnnya.
     Komponen berpikir tersebut akan dialurkan sebuah proses, yaitu yang pertama harus ada suatu objek yang dapat di indera oleh panca indera, kemudian setelah di indera oleh panca indera akan diproses dalam otak, yang kemudian proses tersebut menjadi sebuah informasi, yang mana maksudnya jika manusia melakukan kegiatan pasti akan berargumen pada sebuah informasi yang sudah diketahui, inilah yang dimaksud informasi sebelumnya, dan yang terakhir menjadi sebuah kesimpulan. Jadi jika disimpulkan, akal manusia akan puas jika “pemindahan penginderaan terhadap suatu fakta melalui panca indera kedalam otak yang disertai dengan adanya informasi-informasi terdahulu yang akan digunakan untuk menafsirkan fakta tersebut”. 
     Dalam komponen berpikir tersebut, ada komponen terpenting yaitu informasi sebelumnya. Informasi sebelumnya ini disebut dengan ilmu. Maka dari itu untuk mencari apapun harus memiliki sebuah ilmu, termasuk untuk membuktikan apakah tuhan itu benar ada atau tidak yaitu dengan mencari kebenarannya lewat ilmu. Lalu bagaimana untuk mendapatkan ilmu itu, yaitu dengan mencari tahu, yang pada akhirnya kembali lagi dengan berpikir dengan memenuhi komponen-komponen berpikir yang ada. Untuk mencari tahu tentang kebenaran adanya tuhan, manusia bisa diajak berpikir tentang apa yang dapat di indera manusia, karena ini adalah pemikiran yang sangat rasional dan sangat mendasar. Apa yang dapat di indera manusia di dunia ini, yaitu alam semesta, kehidupan, dan manusia itu sendiri. Kita bisa memberikan pertanyaan kepada orang yang mencari tahu tentang benar adanya keberadaan tuhan dengan “Apakah alam semesta, kehidupan, dan manusia ada dengan sendirinya?”. Karena mustahil jika tidak ada yang menciptakan. Dapat disimpulkan bahwa itu adalah makluk. 
     Selanjutnya, bisa dengan memberikan kemungkinan-kemungkinan tentang penciptaan makhluk (alam semesta, kehidupan, dan manusia). Tiga pertanyaan tentang kemungkinan-kemungkinan yang ada, meliputi 1) makhluk itu menciptakan dirinya sendiri?, 2) Makhluk saling menciptakan satu sama lain?, dan 3) ada dzat lain diluar makhluk yang menciptakannya? Untuk menjawab tiga kemungkinan tersebut dengan mengajak berpikir yang mengarah kepada fitrah manusia, yaitu manusia lemah, terbatas, dan saling bergantung satu sama lain. Jadi, mungkinkah nomor satu dan dua itu benar? Tentu jawabannya tidak benar dan jelas tidak memuaskan akal. Maka, hanya akan tersisa satu kemungkinan yaitu nomor tiga “ada dzat lain diluar makhluk yang menciptakaanya”. Kita ajak berpikir dengan mengatakan jika sifat makhluk lemah, terbatas, dan saling bergantung satu sama lain tentunya pencipta berbeda dengan makhluknya. Pencipta itu seharusnya tidak lemah, tidak terbatas, tidak saling membutuhkan yang lain, dan jika makhluk berawal dan berakhir, berarti pencipta tidak berawal dan berakhir (bersifat kekal). Berarti nomor 3 inilah yang benar, penciptalah yang nantinya disembah dan diimani oleh manusia, pencipta inilah yang disebut sebagai Tuhan. 
     Dari penjelasan mengenai ada atau tidanya Tuhan yang telah diuraikan, ada pembuktian lagi secara rasional, terutama untuk orang-orang agnostik yang percaya bahwa ada kekuatan lain yang lebih besar dari Tuhan yang bisa dibuktikan secara ilmiah, yakni alam semesta. Pembuktian dengan metode rasional yaitu saat kita bangun pagi-pagi melihat yang ada di luar basah semua, berarti itu menandakan bahwa tadi malam saat manusia tidur telah terjadi hujan. Kira-kira mungkin atau tidak saat kita tidur ada manusia yang menyirami semua yang ada di luar? Pasti jawabannya sangat tidak mungkin. Jadi, yang dimaksud seperti itulah metode rasional untuk membuktikan adanya Tuhan atau tidak “manusia tidak perlu melihat agar mengetahui kejadian itu terjadi”. Maka, ketika kemudian kita melihat bahwa alam semesta ini terlalu rumit terjadi secara koinsiden dan sulit untuk diciptakan, terbuktilah bahwa Tuhan itu ada. 
Selain metode rasional tersebut, ada juga analogi yang bisa kita umpakan dengan adanya Tuhan, yaitu adanya sebuah ciptaan bulpoin apakah itu terjadi secara tiba-tiba tanpa ada yang menciptakan-Nya? Pasti tidak mungkin bulpoin itu ada, harus ada yang membuat dan merancang sedemikian rupa untuk kemudia manusia bisa memfungsikan bulpoin tersebut sesuai petunjuk yang ada. Begitupun dengan penciptaan manusia dana lam semesta yang sedemikian rumitnya. Tentang manusia yang didalam tubuhnya ada sebuah sistem peredaran darah yang sangat rumit, bahkan tidak ada satupun manusia yang bisa menciptakan sejenis manusia sendiri, yang bisa membuat hati dan jantung, bahkan tidak bisa menghentikan sesuai yang ia inginkan. Hal ini juga terkait dengan kemungkinan-kemungkinan yang telah dibuktikan diatas bahwa itu salah, yaitu makhluk itu menciptakan dirinya sendiri dan makhluk saling menciptakan satu sama lain, dan ada dzat lain diluar makhluk yang menciptakannya. Jawabannya akan kembali ke yang ketiga, yaitu ada dzat lain diluar makhluk yang menciptakannya yaitu Tuhan, yang menciptakan manusia dana alam semesta dengan sebaik mungkin dengan memberikan petunjuk agar hidup di dunia sesuai dengan apa yang diinginkan sang pencipta yang disebut agama. Maka dari itu, untuk menemukan ada atau tidaknya Tuhan sudah terjawab, dan bukti kuatnya seseorang harus beragama agar berada dijalan yang sesuai petunjuk Tuhan-Nya.


Penutup
     Dengan demikian, cara membuktikan keberadaan Tuhan secara rasional adalah dengan argumen yang memuaskan akal manusia dengan menempuh proses berpikir dan melibatkan seluruh rangkaian komponen berpikir yaitu otak, panca indera, objek/fakta, dan informasi sebelumnya. Mengajak berpikir tentang segala sesuatu yang ada di dunia dengan komponen berpikir tersebut tentang apa yang dapat di indera oleh manusia, yaitu alam semesta, kehidupan, dan manusia itu sendiri. Oleh karena itu, segala yang ada di dunia (ciptaan) pastilah ada penciptanya dan sifat pencipta tentulah berbeda dengan apa yang diciptakan-Nya. Dan yang terakhir dengan mencari jawaban terkait tiga kemungkinan-kemungkinan tentang penciptaan makhluk (alam semesta, kehidupan, dan manusia). Tiga pertanyaan tentang kemungkinan-kemungkinan yang ada, meliputi :
1. Makhluk itu menciptakan dirinya sendiri?
2. Makhluk saling menciptakan satu sama lain?, dan
3. Ada dzat lain diluar makhluk yang menciptakannya?

Daftar Rujukan
Faizah, A. (1993). Bukti Wujud Tuhan dalam Prespektif Akal dan Islam (Doctoral dissertation, IAIN 
Kediri).
Kamal, I. (2021). Keraguan Agama: Studi Kasus Pada Individu Agnostik.

1 Agree 1 opinion
1 Disagree 1 opinion
1
1
profile picture

Written By nitagustindns

This statement referred from