Fandom Merupakan Budaya Modern?

profile picture Mpuss
Sains - Fenomena

Di era digital ini kita biasa mendengar istilah globalisasi, Dalam globalisasi yang merambah bidang budaya, masyarakat seharusnya selektif memilih budaya dari luar dengan memenuhi kebudayaan kebudayaan yang sesuai dengan kebudayaan lokal. Budaya lokal juga harus diangkat kembali agar tidak tergeser dan hilang akibat globalisasi. 

Namun budaya global sudah pasti akan melintasi ruang dan waktu melalui teknologi komunikasi dan transportasi. Budaya global akan masuk ke negara mana saja yang mengikuti arus globalisasi. Dengan globalisasi budaya semacam ini, Pelan pelan budaya lokal dapat tergeser. Salah satu contoh dampak globalisasi adalah munculnya komunitas para penggemar idol korea atau yang biasa kita kenal dengan sebutan Fandom K-Pop.

Begitu cepatnya pengaruh budaya asing tersebut menyebabkan terjadinya goncangan budaya (culture shock), yaitu suatu keadaan dimana masyarakat tidak mampu menahan berbagai pengaruh budaya yang datang dari luar sehingga terjadi ketidakseimbangan dalam kehidupan masyarakat yang bersangkutan. Adapun faktor-faktor yang mengancam eksistensi budaya daerah dikarenakan masuknya budaya asing, diantaranya, 

  1. Kurangnya kesadaran masyarakat. Kesadaran masyarakat untuk menjaga budaya daerah sekarang ini minim. Masyarakat lebih memilih budaya asing yang lebih praktis dan sesuai dengan perkembangan zaman.
  2. Minimnya komunikasi budaya. Kemampuan untuk berkomunikasi sangat penting agar tidak terjadi salah pahaman tentang budaya yang dianut. Minimnya komunikasi budaya ini sering menimbulkan perselisihan antarsuku yang akan berdampak turunnya ketahanan budaya bangsa. 
  3. Kurangnya pembelajaran budaya. Pembelajaran tentang budaya, harus ditanamkan sejak dini. Namun sekarang ini banyak yang sudah tidak menganggap penting mempelajari budaya daerah. Padahal melalui pembelajaran budaya, kita dapat mengetahui pentingnya budaya daerah dalam membangun budaya bangsa serta bagaimana cara mengadaptasi budaya lokal di tengan perkembangan zaman. 

Jika kita melihat beberapa faktor tersebut yang disertai banyaknya serangan berupa masuknya budaya asing sangat dikhawatirkan dan menjadi ancaman tersendiri bagi eksistensi kebudayaan Indonesia. Apalagi ketika Indonesia tidak berhasil menjaga eksistensi budaya-budaya yang nyaris punah hingga akhirnya kebudayaan tersebut dicuri, dipatenkan ataupun dieksploitasi dalam rangka komersial, bahkan diklaim kepemilikannya oleh oknum-oknum atau korporasi dari negara asing.

Di sisi lain Fandom K-Pop seringkali mendapatkan anggapan negatif dari masyarakat. Mereka dipandang terlalu mengagung-agungkan sang idol dan dalam hal ini mengganggap budaya korea lebih unggul dibandingkan yang lain, bahkan budaya indonesia sebdiri. Mereka dengan bangga menirukan tarian tarian atau dance dari girlband maupun boyband kesayangan mereka. Sayangnya sedikit ditemui pemuda yang bangga akan tarian tradisional sebagai identitas dan budaya bangsa sendiri. 

Keadaan ini cukup memprihatinkan dan dapat berakibat pada lunturnya budaya asli suatu negara.selain itu prilaku fanatisme penggemar K-Pop juga dapat mendorong mereka untuk melakukan berbagai hal, seperti berusaha untuk meniru idol mereka, menyukai secara berlebihan sebagai penggemar, membeli bermacam pernak pernik idola dan membeli kaset/album melampaui kemampuan ekonomi mereka, serta rela melakukan berbagai hal untuk mendukung sang idola.

Hal tersebut juga dapat mendorong ke arah negatif berupa pemborosan. Fans rela menghambur-hamburkan uang untuk membeli album, pernak-pernik, dan berbagai hal lain yang jumlahnya tidak murah dengan kisaran ratusan ribu hingga jutaan rupiah. Fanatisme terhadap suatu idola juga dapat menyebabkan keinginan untuk memiliki bahkan “halu” secara berlebihan. Sering kita temui, terutama pada remaja wanita, yang mengaku sebagai pacar bahkan istri dari sang idola mereka. Hal ini dinilai cukup wajar jika hanya digunakan sebagai bahan bercanda, namun memiliki dampak negatif jika berlebihan.

Globalisasi perlu disikapi dengan bijak. Globalisasi bukan menjadi alasan hancurnya nilai-nilai luhur budaya bangsa Indonesia yang terkandung di dalam Pancasila. Bahkan sebaliknya, jika di era globalisasi bangsa kita mampu menyelaraskan pengaruh kebudayaan yang datang dari luar dengan tetap mendasarkan pada nilai-nilai luhur Pancasila, maka hal tersebut akan mampu memperkuat jati diri bangsa Indonesia

Segala sesuatu yang berlebihan tentu tidak baik untuk diri sendiri maupun orang lain. Kekaguman dan menyukai karya ataupun seseorang, terkhusus idola, merupakan hal yang wajar dialami. Akan tetapi, kesenangan tersebut harus memiliki batas, tidak terlalu berlebihan, dan imbang dengan hal lainnya. Menyukai budaya Korea merupakan hal yang sah-sah saja, namun jangan melupakan bahwa kita adalah Indonesia. Sebagai masyarakat Indonesia, kita juga harus berperan dalam pengembangan budaya kita sendiri agar tetap lestari dan tidak tergerus oleh perkembangan zaman dan globalisasi saat ini. 

1 Agree 0 opinions
0 Disagree 0 opinions
1
0
profile picture

Written By Mpuss

This statement referred from