Tindakan Dalam Tindak Tutur Momen Panas Rapat Kerja Komisi X DPR RI dengan Kemdikbudristek: Kajian Pragmatik
Jakarta-Momen panas berlangsung dalam Rapat Kerja Komisi X DPR RI dengan Kemdikbudristek pada Rabu, 6 Mei 2024 bertempat di Gedung DPR RI Senayan, Jakarta. Momen panas tersebut terjadi ketika seorang anggota DPR memberikan responsnya terhadap topik yang dibahas yakni kenaikan anggaran Kemdikbudristek.
Latar Belakang
Anggota DPR yang tidak setuju anggaran Kemdikbudristek dinaikan tersebut mengungkapkan sejumlah alasan. Termasuk kecurigaannys bahwa dana yang digelontorkan oleh Kemdikbudristek tidak tepat sasaran sampai dibawah.
Banyak problem pendidikan yang digaris bawahi oleh anggota DPR RI tersebut. Mulai dari permasalahan pencairan dana bantuan pendidikan, infrastruktur dan pembangunan sarana prasarana, hingga SK tenaga pengajar yang masih belum selesai permasalahannya.
Sosok anggota DPR tersebut adalah Anita Jacoba yakni anggota DPR RI dari fraksi Demokrat. Anita bahkan terlihat sangat geram hingga menggebrak meja saat menyampaikan tanggapan dan pendapatnya. Anita merasa kecewa dengan kinerja Kemdikbudristek yang dinilainya tidak maksimal karena masih banyak problem yang dihadapi.
Bahkan Anita menyatakan jika diperlukan, agar KPK memberikan rekomendasi untuk memeriksa pengeluaran anggaran yang telah dikeluarkan oleh Kemdikbudristek. Cuplikan video yang menampilkan reaksi Anita yang berani mengkritik Kemdikbudristek, viral di media sosial. Kolom komentar pun dibanjiri pujian yang ditujukan kepada Anita.
Apalagi setelah viralnya kasus UKT melambung tinggi, naik secara tidak wajar di beberapa perguruan tinggi. Sosok Anita kemudian dipuji sebagai sosok anggota dewan yang kritis dan berani. Di lain sisi, hal ini menjadi catatan bagi Kemdikbudristek untuk memastikan bahwa anggaran dana tepat sasaran dan penggunaannya tidak dikorupsi oleh pihak tidak bertanggung jawab.
Kaitan dengan Pragmatik
Tulisan ini, hadir untuk melihat peristiwa tersebut dari sudut pandang yang berbeda. Kaca mata yang digunakan adalah melalui sudut pandang ilmiah keilmuan linguistik atau bahasa. Dalam ilmu kebahasaan atau ilmu linguistik, terdapat salah satu cabang keilmuan yang tidak hanya mengkaji makna tuturan tetapi juga konteks tuturan terjadi.
Cabang ilmu tersebut adalah Pragmatik. Glanberg berpendapat bahwa pragmatik adalah studi tentang sesuatu yang lebih dari (beyond) apa yang dimaksud penutur melalui tuturannya karena terdapat informasi tambahan (extra information) dalam konteks. Sementara Rahardi (2019) mengungkapkan bahwa pragmatik adalah ilmu yang mempelajari kondisi penggunaan bahsa manusia yang pada dasarnya sangat ditentukan oleh konteks yang mewadahi dan melatarbelakangi bahasa itu.
Salah satu bidang yang dikaji dalam pragmatik adalah tindak tutur. Tindak tutur menurut Yule (2000) adalah perbuatan yang dilakukan melalui tuturan maksudnya adalah kemampuan orang dalam menggunakan bahasa berdasarkan situasi tertentu. Tindakan dalam tindak tutur terbagi menjadi tiga, yakni: Lokasi, Ilokusi, dan Perlokusi.
Tindak Lokusi menurut Austin, dapat dilakukan ketika penutur ingin lebih menonjolkan gayanya dalam mengungkapkan sesuatu dibandingkan dengan mengharuskan sang penutur untuk melaksanakan isi tuturannya tersebut.
Tindak Ilokusi adalah “tindakan dalam melakukan sesuatu”, atau dapat diartikan sebagai tanggung jawab sang penutur untuk melakukan isi tuturannya (Satriyono, 2018). Dan Tindak Perlokusi adalah efek dari sebuah ucapan yang digunakan untuk menampilkan sebuah tindak tutur (Yule, 2000).
Momen panas yang terjadi dalam Rapat Kerja Komisi X DPR RI yang dilakukan oleh Anita dalam mengungkapkan komentarnya kepada Kemdikbudristek dapat dianalisis melalui teori Tindak Tutur ini.
Bagaimana tindak Lokusi (gaya penutur), tindak Ilokusi (dorongan melakukan tuturan), dan tindak Perlokusi (efek tuturan) dimanfaatkan oleh Anita Jacoba dalam menyampaikan komentar dan kritik pedasnya kepada Kemdikbudristek.
Analisis Melalui Sudut Pandang Kajian Pragmatik
Melalui analisis kajian Pragmatik dalam tulisan ini diharapkan mampu mengembangkan perspektif yang baru terkait dengan pemahaman konteks dan makna tuturan yang sebenarnya. Tak hanya itu bagaimana tindakan dalam tindak tutur memiliki peran penting dan keberhasilan penerapannya.
Dalam tulisan ini tidak bermaksud untuk menyinggung pihak manapun, tetapi hanya murni untuk menyampaikan hasil analisis penulis berdasarkan teori yang digunakan dan terkait dengan permasalahan atau isu yang diangkat.
Teori yang digunakan adalah Teori Tindakan dalam Tindak Tutur (Lokusi, Ilokusi, Perlokusi) dan bagaimana pemanfaatannya dalam menganalisis suatu isu melalui pendekatan deskriptif dan studi kualitatif.
Sumber pustaka yang relevan juga digunakan dalam tulisan ini sebagai acuan dan referensi dalam pemahaman teori yang didapat dari berbagai ahli dan referensi yang terpercaya dan terjamin keabsahannya.
Berikut merupakan hasil analisis terhadap tindakan-tindakan dalam tindak tutur yang dilakukan oleh Anita Jacoba dalam konteks Rapat Kerja Komisi X DPR RI dengan Kemdikbudristek.
Tindakan Lokusi dalam Tindak Tutur Anita Jacoba
Tindakan Lokusi terlihat dalam gaya penyampaian tuturan oleh Anita Jacoba saat menyampaikan pendapatnya dan komentarnya kepada Kemdikbudristek. Berikut merupakan beberapa tuturan Anita Jacoba yang menunjukkan tindakan Lokusi:
Konteks: pada awal rapat gaya penyampaian Anita menunjukkan bahwa respon yang akan diberikan sesuai dengan apa yang diinginkan olehnya yaitu untuk menyampaikan kritik dan saran. Untuk itulah Anita menyampaikan dengan menyampaikan kekurangan anggaran dan permintaan kembali anggaran. Berikut kutipan pernyataannya:
“Baik terima kasih kepada pimpinan, Pak Menteri dan jajaran yang kami hormati, pertama-tama kita semua tahu bahwa kekurangan anggaran ya 15 triliun, tetapi kalau menurut saya mari koreksi diri, kenapa ini semua terjadi, jujur pada diri sendiri, anggaran tahun 2024 apakah sudah digunakan dengan baik atau tidak”.
Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa ia meminta agar kekurangan anggaran dijadikan sebagai momentum untuk introspeksi diri. Tak hanya itu dalam contoh tuturan lain gaya tuturan yang disampaikan Anita menunjukkan bahwa dirinya ingin memberikan penekanan masalah yang terjadi.
“Masih banyak persoalan, contohnya P3K, di provinsi NTT, masih banyak guru P3K yang belom menerima SK, kedua guru-guru didaerah terpencil yang belum menerima tunjangannya, ketiga banyak sekolah-sekolah yang mangkrak pembangunannya padahal sudah dari 2021 anggarannya, dana-dana PIP”.
Permasalahan yang disampaikan tersebut melalui gaya penuturan Anita dapat menjadi poin penting yang harus ditangani oleh Kemdikbudristek. Dalam tuturan lain menunjukkan gaya tuturan ketidaksetujuan Anita terkait verifikasi data oleh dinas.
“Masa disini ada peraturan bahwa kami harus memastikan data yang diverifikasi oleh kepala dinas, kami ini lembaga tinggi negara, masa diverifikasi dinas. Kaliankan setahunya saya orang-orang berpendidikan, kok bisa salah dalam mengambil kebijakan”.
Tindakan Ilokusi dalam Tindak Tutur Anita Jacoba
Tindakan Ilokusi dalam tindak tutur yang dilakukan oleh Anita berkaitan dengan dorongan melakukan tuturan oleh Anita. Terdapat berbagai dorongan dalam menyampaikan tuturan. Seperti dorongan “Memberiksn Rekomendasi dan Gertakan” karena merasa hal ini perlu agar pendapatnya diperhatikan.
“Maka dari itu kami setiap rapat selalu bilang kalau KPK memberikan rekomendasi untuk memeriksa, seharusnya Kemendikbudristek sadar, lakukan pengawasan, laporkan kepada kami, tetapi kami tidak didengar akhirnya sekarang KPK meminta rekomendasi memeriksa sekarang Kemdikbudristek kayak kebakaran jenggot”.
Dorongan yang kedua adalah dorongan terkait dengan memberikan rekomendasi dan mengetahui siapa sebenarnya yang lebih mementingkan urusan rakyat dan sebagai “Penanda Agar Kemdikbudristek Berbenah Melakukan Monitoring Dana”.
“Bila perlu kita beri rekomendasi KPK periksa Kemendikbudristek, biar kita tahu siapa yang bobrok, siapa yang betul-betul mencintai negeri ini. Sebetulnya, wakil rakyat kah? Atau mereka?”.
Melalui gaya tuturan yang keras dan dorongan tuturan karena merasa bahwa Kemdikbudristek mengancam dengan verivikasi data oleh dinas, Anita mencoba untuk memberikan pandangan dan kekhawatirannya dengan tuturan berikut. Bahwa jika ternyata yang melakukan penyelewengan adalah dari pihak dinas.
“Mending kalau kita diverifikasi kepala dinas yang bersih, kalau justru mereka yang mencuri uang PIP bagaimana? Jadi jangan aneh-aneh. Jadi kalau bicara anggaran jangan dinaikkan, justru kalau anggaran turun ini bisa menjadi bahan evaluasi kita untuk stop dan bertobat”.
Tindakan Perlokusi dalam Tindak Tutur Anita Jacoba
Tindak Perlokusi dalam tindak tutur Anita Jacoba menunjukkan bahwa tindak tutur yang dilakukan oleh Anita menunjukkan bahwa tuturan yang dilakukannya dapat memberikan efek. Efek yang ditimbulkan contohnya dalam hal komentar agar KPK memeriksa Kemdikbudristek dapat memberi efek suatu saat KPK menerikss Kemdikbudristek.
“Bahkan saya minta kepada bapak ibu pimpinan, kalau kita memberikan rekomendasi kepada Kemdikbudristek untuk diperiksa maka periksa. Karena ini banyak persoalan. Kita beri rekomendasi KPK untuk diperiksa, maka periksa”.
Yang kedua adalah efek dari tuturan yang mampu memberikan dampak pada rasa kekecewaan dan berkurangnya simpati publik pada Kemdikbudristek karena masih terdapat banyak persoalan yang belum diselesaikan. Tetapi dalam hal ini tidak hanya melihat persoalan negatifnya saja melainkan positifnya adalah agar kedepan kinerja Kemdikbudristek lebih baik lagi.
“Saya sangat marah dengan kinerja Kemdikbudristek yang sekarang. Semoga pembicaraan saya ini didengar oleh pemerintah yang baru. Semoga pemerintah yang baru melihat kinerja Kemdikbudristek yang sekarang. Saya tidak tahu tahun depan apakah akan berganti, tapi Puji Tuhan saya masih dipercaya oleh rakyat”.
Yang terakhir adalah efek yang mempengaruhi respon masyarakat bahwa pengurangan anggaran yang terjadi disebabkan banyak faktor seperti evaluasi hingga berbagai anggaran tersebut kurang tersalurkan maksimal karena ulang korupsi yang merajalela.
“Jangan kalau dikurangin kita sedih tapi pas dikasih banyak kita tidak melakukan atau menggunakannya dengan baik. Kenapa saya mengatakan tidak melakukannya dengan baik? Karena berulang kali saya katakan bahwa masih banyak persoalan terhadap realisasi anggaran dan penyerapan anggaran APBN itu ke Daerah”.
Simpulan
Dari penulisan artikel populer ini, diharapkan mampu menjadi sebuah sudut pandang baru terkait dengan isu tersebut seperti: gaya tuturan ala Anita Jacoba berhasil menarik perhatian sehingga saran dan aspirasinya didengar.
Kedua, tidak selalu sisi positif yang ditampilkan terkait dengan efek tuturan melainkan juga termasuk dampak atau sisi negatif yang tidak bisa dihindarkan dari tuturan itu. Oleh karena itu diperlukan strategi Perlokusi sebagaimana yang dilakukan dan dicontohkan dalam momen panas tersebut sehingga dapat diambil pembelajarannya.
Terakhir, suatu tuturan pasti memiliki dorongan untuk diutarakan karena terkait tujuan tertentu. Segala tujuan tersebut tentu berbeda-beda bergantung keberpihakan masing-masing. Namun yang terpenting adalah bagaimana dorong tersebut mampu dioptimalkan agar tuturan yang dilakukan mampu tepat sasaran pada poin-poin penting yang ingin ditonjolkan.
Daftar Pustaka
Rahardi, K. 2019. Pragmatik Konteks Intralinguistik Dan Konteks Ekstralinguistik. Yogyakarta: Penerbit Amara Books.
Yule, George. 2000. Pragmatics. Oxford: Oxford University Press.
Satriyono, F. (2018). Bahasa Tutur Emha Ainun Nadjib (Telaah Filsafat Bahasa Perspektif John Langshaw Austin). Surabaya: Universitas Islam Negeri Sunan Ampel.