Melihat Konsep Pernikahan, Dari Sudut Pandang Agama Kristen
“Karena itu, apa yang dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia” (Markus 10:9).
Ayat ini sering digunakan dalam pernikahan umat Kristiani. Mereka percaya, bahwa pernikahan tidak mengenal konsep bercerai, apapun alasannya. Perceraian dianggap suatu dosa besar, dan hanya maut yang bisa memisahkan pasangan suami dan istri. Lalu bagaimana apabila salah seorang dari pasangan tersebut melakukan perselingkuhan, perzinahan, atau kekerasan dalam rumah tangga?
Mari lebih dalam lagi untuk memahami, bagaimana Kristen memandang konsep pernikahan.
Konsep Pernikahan Menurut Kristen

Menjadi satu kesatuan (Kejadian 2:24)
“Sebab itu seorang laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya menjadi satu daging”, maka pernikahan menurut pandangan Kristen melalui ayat tersebut adalah
- Bersatunya seorang pria dan seorang wanita secara keseluruhan, baik itu jasmani dan rohani, melalui pemberkatan pernikahan yang kudus, dan untuk selamanya.
- Munculnya ikatan baru, dimana masing-masing akan meninggalkan keluarganya, dan membuat
Berjalan selamanya (Matius 19:6)
“Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu. Karena itu apa yang dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia”, yang berarti karena sudah merupakan satu kesatuan, maka pasangan suami istri tidak dapat bercerai.
Bentuk ibadah (Pengkotbah 4:9-10)
“Berdua lebih baik dari pada seorang diri, karena mereka menerima upah yang baik dalam jerih payah mereka. Karena kalau mereka jatuh, yang seorang mengangkat temannya, tetapi wai orang yang jatuh, yang tidak mempunyai orang lain untuk mengangkatnya!” firman tersebut memiliki arti, bahwa:
- Pernikahan sesuatu yang dipandang baik dihadapan Allah, berarti pernikahan merupakan bentuk ibadah.
- Dalam pernikahan, wajib bagi suami dan istri untuk saling menolong ketika salah satu dari mereka ada yang jatuh. Oleh karena itu, dalam pemberkatan selalu terdapat janji suci, “menemani dalam waktu sehat dan sakit, susah dan senang, dan pada waktu kelimpahan ataupun kekurangan”
Tujuan pernikahan dalam Kristen
Setiap keputusan besar yang akan diambil dalam hidup ini, tentu memiliki tujuan masing-masing, terutama pernikahan. Secara garis bersar, tujuan pernikahan dalam pandangangan Krsiten, dikutip dari buku Sacred Marriage yang ditulis oleh Gary Thomas adalah untuk bertumbuh bersama, saling melayani, ketaatan, karakter, pengenalan dan kasih pada Tuhan.
Berikut beberapa tujuan pernikahan, menurut agama Kristen, diambil dari beberapa ayat Alkitab.

Mendapat keturunan (Kejadian 1:28)
Allah memberkati mereka, lalu Allah berfirman kepada meraka: “Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi”
Dari ayat diatas, maka tujuan menikah adalah untuk mendapat keturunan, dengan harapan manusia bisa melahirkan generasi baru yang cinta akan Tuhan, dan menjadi pelaku firman Tuhan. Lalu bagaimana apabila salah satu dari pasangan suami istri tidak dapat memberikan keturunan? Ingat, tujuan ini hanyalah satu dari sekian banyak tujuan lainnya, dan bukan tujuan utama.
Teman hidup (Kejadian 2:18)
“Tuhan Allah berfirman: “Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja, Aku akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia”
Tujuan pernikahan selanjutnya adalah untuk memiliki teman hidup. Manusia diciptakan untuk saling membutuhkan satu sama lain. Maka dalam menjalani hidup, perlu satu orang untuk dapat menemaninya dalam keadaan apapun, hingga maut memisahkan. Orang tua, bahkan saudara akan pergi dan sibuk dengan urusannya masing-masing.
Saling melengkapi (Matius 19:4)
“Jawab Yesus: Tidakkah kamu baca, bahwa Ia yang menciptakan manusia sejak semula menjadikan mereka laki-laki dan perempuan?”
Sejak awal penciptaan Tuhan menciptakan laki-laki dan perempuan, yaitu Adam dan Hawa untuk dijadikan satu. Ayat tersebut menjelaskan, bahwa tujuan dari pernikahan ialah saling melengkapi. Tidak ada manusia yang sempurna di dunia ini, masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan, maka dengan pernikahan, mereka bisa saling melengkapi satu sama lain.
Menjadi bahagia (1 Korintus 7: 3-4)
“Hendaklah suami memenuhi kewajibannya terhadap istrinya, demikianpula istrinya terhadap suaminya. Istri tidak dapat berkuasa atas tubuhnya sendiri, tetapi suaminya. Demikian pula suami tidak berkuasa atas tubuhnya sendiri, tetapi istrinya”
Masih satu tujuan dengan yang diatas, pernikahan membantu manusia untuk menyampaikan hasrat seksualnya secara tepat. Hasrat seksual merupakan karunia dari Allah yang bisa memberikan kebahagiaan pada manusia. Maka secara gamblang, bisa dikatakan tujuan pernikahan menurut Kristen adalah untuk bahagia.
Konteks bahagia disini tidak melulu soal seks, ayat tersebut hanyalah sebagai bukti bahwa pernikahan memiliki tujuan agar pasangan mencapai kebahagiaan satu sama lain. Oleh sebab itu, menikahlah dengan orang yang mampu membuatmu bahagia.
Prinsip pernikahan menurut Kristen
Mengutip beberapa ayat alkitab, inilah prinsip pernikahan yang dipegang oleh umat kristiani.
Monogami (1 Timotius 3:2)
“Karena itu, yang boleh diangkat sebagai pemimpin jemaat haruslah orang yang hidupnya tidak bercela, setia kepada istrinya, dan tidak boleh mempunyai lebih dari satu istri”
Selain ayat tersebut, dijelaskan pula dalam kitab kejadian, bahwa pada mulanya Allah menciptakan Adam dan Hawa. Hawa diciptakan untuk menjadi penolong yang sepadan bagi Adam. Maka dari itu, prinsip pernikahan dalam Kristen adalah monogami.
Suami hanya memiliki satu istri, dan istri hanya memiliki satu suami. Sebab pernikahan itu kudus, hanya dua orang yang manjadi satu.
Seiman (2 Korintus 6:14-15)
“Janganlah kamu merupakan pasangan yang tidak seimbang dengan orang-orang tak percaya. Sebab persamaan apakah terdapat antara kebenaran dan kedurhakaan? Atau bagaimanakah terang dapat bersatu dengan gelap?”
Ya, Kristen menganjurkan untuk memiliki pasangan yang seiman. Diluar konteks agamapun, jika seseorang prinsip dasarnya saja sudah berbeda, akan sulit nantinya jika hidup bersama. Resiko terjadinya konflik semakin tinggi. Kembali lagi ke tujuan pernikahan, dimana salah satunya adalah memiliki keturunan, bagaimana bisa mewujudkan keturunan yang takut akan Tuhan apabila prinsip iman yang dipegang berbeda?
Setia (Matius 19:6)
“Apa yang dipersatukan Allah tidak boleh diceraikan manusia”

Pasangan yang pernikahannya diberkati dalam Tuhan, harus memiliki prinsip setia. Apapun yang terjadi, mereka disarankan untuk tidak bercerai. Kristen percaya, bahwa apa yang Tuhan berikan adalah yang terbaik, dan setiap masalah akan selalu ada jalan keluar. Itulah mengapa, biasanya di setiap Gereja, mereka akan memberikan jasa konselor pernikahan. Jadi setiap pasangan Kristen yang merasa ingin berpisah, boleh berkonsultasi secara gratis, supaya bisa mencari jalan keluar lain, selain berpisah.
Hukum kasih

Inti dari semua pandangan pernikahan menurut agama Kristen adalah untuk mengajarkan hukum kasih. Suami mengasihi istri, istri mengasihi suami, dan orang tua mengasihi anak. Sebab yang paling mendekati intrepertasi kasih Tuhan terhadap umatnya, adalah kasih dalam keluarga.
Melalui keluarga, kasih dan kemuliaan Tuhan bisa dinyatakan. Firman Tuhan digenapi, dan rencana Tuhan sudah dijalankan.
Efesus 5: 22-23
“Hai isteri, tunduklah kepada suamimu seperti kepada Tuhan, karena suami adalah kepala isteri sama seperti Kristus adalah kepala jemaat. Dialah yang menyelamatkan tubuh.”
Efesus 5: 25, 28
“Hai suami, kasihilah isterimu sebagaimana Kristus telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diri-Nya baginya.....Demikian juga suami harus mengasihi isterinya sama seperti tubuhnya sendiri: Siapa yang mengasihi isterinya mengasihi dirinya sendiri.”
Efesus 6: 1
“Hai anak-anak, taatilah orang tuamu di dalam Tuhan, karena haruslah demikian.”