Istilah Fandom, Fans, dan Haters yang Merajalela di Dunia Media Sosial
Media sosial, sebuah aplikasi yang bervariasi. Mulai dari kegiatan, aktivitas pribadi, dan berswafoto selalu dilakukan, dan juga mengunggah foto-foto kita atau mungkin keluarga. Informasi pun bisa dilihat langsung lewat media sosial. Semua orang bisa berinteraksi secara daring dengan media sosial. Terkadang, media sosial juga bisa menjadi penyebaran inti informasi dari semua dirgantara. Bahkan, berita yang sedang viral akan dibahas di media sosial, misalnya berita kasus perceraian artis, kasus narkoba, pelecehan seksual dan lain-lain. Media sosial sekarang sudah bisa diakses kapan pun dan dimana pun. Tanpa dibatasi waktu, dan kegiatan apa pun. Semuanya bisa dengan bebas. Data dari Jurnal Pari berupa penggunaan media sosial aktif hingga 277,7 juta pengguna pada tahun 2022. Persentasenya saja sudah setara dengan 60,4% penduduk di dalam negeri. Menurut data Business Of Apps, mayoritas yang menggunakan aplikasi media sosial seperti Tiktok adalah remaja berusia 20-29 tahun sampai ada penggunanya berumur 10-19 tahun di sebagian global. Banyak orang-orang yang membagikan semua unggahan mereka, tanpa disadari, menimbulkan sebuah konsekuensi berat bagi mereka. Unggahan yang selalu dikirimkan di media sosial adalah foto dan kata-kata. Dengan senang hati, mereka membagikan foto-foto aneh yang tak pantas dilihat. Terkadang, pengguna media sosial selalu usil mengunggah aib keluarga atau teman mereka sendiri. Alasannya, untuk menyebarkan kebencian. Sekarang ini, unggahan informasi palsu juga sudah bertebaran dimana-mana, mulai unggahan foto yang dituduh sebagai orang bersalah, ustad dianggap penyebar syiah, serta banyak hal lain yang mengungkapkan berita palsu. Dari semua pembicaraan ini, kita tahu bahwa penggunaan media sosial harus digunakan dengan bijak. Di sini, media sosial bisa menjadi senjata untuk orang lain yang bermasalah. Maka dari itu, kita harus menghindari perilaku benci-membenci dan perundungan yang terus diutarakan lewat media sosial. Intinya, melakukan filtering mind. Poin terpenting adalah, jangan sering-sering bermain media sosial. Berlebihan bisa membuatmu malas total, dan berdampak buruk pada kesehatan badanmu. Terus menerus duduk atau tidur dapat meningkatkan risiko kanker usus besar karena kekurangan antioksidan dan penurunan fungsi neuron pada otak, bisa jadi linglung sehabis duduk kelamaan. Aturlah waktu bermain media sosial, istirahat sejenak tanpa melihat layar biru. Seperti bermain bersama teman, membaca buku, atau melakukan aktivitas kebersihan. Lingkaran pertemanan, komunitas dan perkumpulan bisa ditemukan di mana saja. Internet menyajikan semuanya. Pembahasan apapun bisa dibahas, bahkan di media sosial. Jika ada orang yang membahas ini, maka orang lain pun ikut membahasnya juga, hingga membentuk sebuah komunitas sepemikiran dengan komunitas lain yang hebat di satu topik, satu bahasan yang sering disebut dengan Fandom. Jadi, Fandom menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah kumpulan seseorang yang biasa bertukar pikiran atau menyampaikan informasi yang mereka bahas dengan bersama-sama. Bisa diartikan kalau seseorang memiliki ketertarikan pada suatu bidang mereka sukai, para pesohor yang digemari atau buku yang mereka bacakan, di dalam maupun luar negeri. Mereka juga bisa menemui suatu Fandom dalam media sosial. Fandom yang sangat terkenal pada tahun 2022 adalah Fandom ARMY, melibatkan semua penggemar K-Pop di seluruh negara, bahkan di Indonesia pun, ada 4 juta orang mengikuti Fandom ARMY. Kalangan usia muda tertarik dengan lagu genre Pop, apalagi dengan yang namanya K-Pop. Dihitung-hitung, ada 365 ribu komunitas dalam data Tribunnews. Fandom bisa menjadi tempat para komunitas yang membahas satu topik dengan mudah dan menyenangkan. Mereka juga melakukan dukungan terhadap komunitas yang mereka diami. Tetapi, ada dua jenis Fandom yang ditemukan, salah satunya Fandom Toxic. Fandom ini merupakan jenis yang berbahaya, hingga melukai seseorang dalam komunitas tersebut, hanya karena tidak bersependapat saja. Lalu, Fandom ini juga sangat terobsesi dengan suatu pembahasan. Fenomena ini bisa berdampak buruk pada komunitas itu. Ada juga Anti-Fandom, sangat membenci dengan komunitas yang ditujukan. Anti-Fandom akan melontarkan komentar pedas dan kritikan jahat terhadap Fandom yang mereka benci, pengujaran kebencian yang berlebihan itu bisa berujung pemberontakan. Penggemar bisa mengumpulkan penggemar lain yang menyukai di bidang, ketertarikan dalam satu komunitas. Tetapi, jika komunitas itu melakukan pembahasan yang terlarang, maka hasilnya pun negatif. Fandom bisa saja tidak menyaring semua aspek, seperti umur, teori, dan sejenisnya. Maka, sisi negatifnya adalah Fandom bebas dengan pembahasan apapun tanpa disaring. Bisa saja, suatu komunitas membuat sebuah pergerakan positif seperti penyumbangan buku pada masyarakat yang minim literasi dan melakukan gerakan literasi. Semua informasi bisa diserap langsung oleh penggemar yang belum mengetahui dalam Fandom. Maka, sisi positif tidak lenyap dari Fandom. Sebaiknya, orang-orang harus memilah dalam pergaulan agar tidak terjerumus ke dalam perkumpulan yang salah. Ada seorang penggemar yang hanya menggemari apa yang dia suka, tidak tertarik dengan apapun. Orang-orang mungkin tidak sepadan dengannya. Penggemar itu disebut Fans. Penggemar itu hanya bersifat individual, tersendiri. Apa yang digemari, maka itu yang dia gemarkan. Tetapi, Fans bisa saja berkumpul dengan Fans lain yang sama-sama menyukai sesuatu. Mereka antusias menyerukan sebuah dukungan kepada para pesohor. Para Fans biasanya berkumpul dalam satu lingkaran perkumpulan, membicarakan suatu lembaga ataupun artis hangat. Fans dan Fandom berbeda definisi. Fans dapat diartikan dengan penggemar personal. Fandom dimaknakan dengan perkumpulan Fans dalam satu komunitas. Karena sudah terlalu suka dengan idolanya, lahirlah sebuah fanatisme, istilah yang digunakan kepada fans yang sudah berlebihan. Mereka memuja-muja sang idola, sampai membela mati-matian seperti membela negaranya yang akan dijajah. Di saat ada fans, di situ ada haters. Haters, seorang pembenci dan pengujaran ketidaksukaannya pada suatu idola atau grup yang terkenal. Mereka biasanya melakukan pemberontakan dan penghinaan kepada sang idola, secara daring maupun luring. Membuat video yang menyindir suatu kaum dan mempostingnya di Youtube. Lebih berbahayanya lagi, melakukan penyerangan langsung. Banyaknya haters mungkin muncul dari tindakan seseorang yang dianggap terkenal lalu terkena ujaran kebencian. Seorang haters biasanya berawal dari rasa iri melihat selebritasnya yang berkecukupan dan sombong, sehingga sangat memungkinan jari para haters untuk dilontarkan kata-kata yang tak pantas. Media sosial menjadi ‘sarang’ para haters yang menunggu idolanya untuk dihina, sampai menyebarkan kontroversial. Tentu sisi negatifnya tidak kalah banyak. Akibatnya seorang pengguna yang terkena perundungan daring ini terpaksa menghapus akunnya untuk menghindari para haters