9 Ciri Lingkungan Kerjamu Toxic, Resign atau Bertahan?
Kenali 9 ciri lingkungan kerja toxic dan cari tahu apakah sebaiknya resign atau bertahan dengan panduan ini.
Lingkungan kerja yang toxic dapat merusak kesejahteraan mental, emosional, dan fisik Anda. Mengenali tanda-tanda ini bisa membantu Anda membuat keputusan yang tepat, apakah sebaiknya bertahan atau mencari pekerjaan baru. Berikut adalah sembilan ciri bahwa lingkungan kerja Anda mungkin toxic:
Gosip Setiap Saat

Lingkungan kerja yang dipenuhi dengan gosip menciptakan atmosfer yang tidak sehat dan penuh dengan ketidakpercayaan. Gosip yang berlebihan tidak hanya merusak reputasi, tetapi juga membuat karyawan merasa cemas dan tidak nyaman. Ketika gosip menjadi kebiasaan, sulit untuk membangun hubungan kerja yang solid dan profesional.
Diskriminasi
Diskriminasi berdasarkan ras, jenis kelamin, usia, agama, atau faktor lainnya adalah tanda jelas dari lingkungan kerja yang toxic. Diskriminasi tidak hanya melanggar hukum, tetapi juga merusak moral dan membuat karyawan merasa tidak dihargai. Ketika diskriminasi menjadi bagian dari budaya kerja, sulit bagi karyawan untuk berkembang dan merasa nyaman.
Persaingan yang Tidak Sehat
Persaingan yang tidak sehat dapat menciptakan suasana kerja yang penuh dengan ketegangan dan konflik. Alih-alih berkolaborasi, karyawan mungkin lebih fokus untuk menjatuhkan satu sama lain demi keuntungan pribadi. Hal ini merusak produktivitas dan menciptakan lingkungan kerja yang penuh dengan stres.
Turn Over Karyawan Tinggi
Jika banyak karyawan yang keluar-masuk dalam waktu singkat, ini adalah tanda bahwa ada masalah besar dalam perusahaan. Tingkat turn over yang tinggi menunjukkan bahwa banyak karyawan merasa tidak puas, tidak didukung, atau tidak mampu bertahan dalam lingkungan tersebut. Ini juga bisa menjadi tanda bahwa manajemen tidak peduli dengan kesejahteraan karyawan.
Gas Lighting
Gas lighting adalah bentuk manipulasi psikologis di mana seseorang membuat Anda meragukan realitas atau persepsi Anda sendiri. Ini sering dilakukan oleh atasan atau rekan kerja untuk mengendalikan atau mendiskreditkan Anda. Gas lighting bisa sangat merusak kesehatan mental, membuat Anda merasa bingung, dan bahkan bisa menyebabkan penurunan kinerja.
Bekerja Diluar Job Desk

Jika Anda sering diminta untuk melakukan tugas di luar job desk Anda tanpa kompensasi atau pengakuan, ini adalah tanda bahwa perusahaan tidak menghargai peran dan batasan Anda. Ketika Anda merasa terus-menerus dimanfaatkan, ini bisa mengarah pada kelelahan dan ketidakpuasan yang mendalam.
Tidak Menghargai Waktu Diluar Jam Kerja
Jika perusahaan atau atasan sering mengharapkan Anda untuk bekerja di luar jam kerja tanpa menghargai waktu pribadi Anda, ini adalah tanda bahwa keseimbangan kerja dan kehidupan pribadi Anda tidak dihargai. Pekerjaan yang terus-menerus merembes ke waktu pribadi Anda dapat menyebabkan stres kronis dan kelelahan.
Atasan Gila Kekuasaan
Atasan yang suka mengontrol segala aspek pekerjaan Anda, tidak memberikan ruang untuk inisiatif atau kemandirian, dan menggunakan kekuasaan untuk menekan karyawan adalah ciri lain dari lingkungan kerja yang toxic. Atasan seperti ini cenderung menciptakan atmosfer yang penuh ketakutan dan kurangnya kepercayaan.
Jam Kerja Tidak Sesuai
Jam kerja yang tidak manusiawi, seperti terlalu panjang atau tidak teratur, dapat berdampak buruk pada kesehatan fisik dan mental Anda. Jika Anda merasa jam kerja yang diberlakukan tidak adil atau tidak sesuai dengan kontrak, ini adalah tanda bahwa perusahaan tidak menghargai waktu dan kesejahteraan karyawan.
Kesimpulan: Resign atau Bertahan?
Jika Memutuskan untuk Resign
Jika Anda merasa lingkungan kerja sudah terlalu toxic dan tidak ada harapan untuk perbaikan, resign mungkin menjadi pilihan terbaik. Berikut adalah hal-hal yang perlu dipersiapkan:
- Cari Pekerjaan Baru: Mulailah mencari peluang pekerjaan baru sebelum Anda resign. Pastikan Anda memiliki tawaran yang solid sebelum meninggalkan pekerjaan saat ini.
- Siapkan Dana Cadangan: Pastikan Anda memiliki dana darurat yang cukup untuk menutupi kebutuhan hidup selama beberapa bulan, terutama jika belum mendapatkan pekerjaan baru.
- Berikan Pemberitahuan yang Profesional: Saat memutuskan untuk resign, sampaikan pemberitahuan secara profesional dan sesuai prosedur yang berlaku di perusahaan Anda.
- Tetap Jaga Hubungan Baik: Meskipun lingkungan kerja toxic, cobalah untuk meninggalkan perusahaan dengan cara yang baik dan profesional, sehingga Anda dapat menjaga jaringan profesional Anda.
Jika Memutuskan untuk Bertahan
Jika Anda memutuskan untuk bertahan, ada beberapa langkah yang dapat Anda ambil untuk melindungi diri dan tetap sehat secara mental:
- Bangun Support System: Carilah dukungan dari teman, keluarga, atau rekan kerja yang bisa diandalkan. Support system yang kuat bisa membantu Anda menghadapi tekanan di tempat kerja.
- Tingkatkan Keterampilan: Gunakan waktu untuk meningkatkan keterampilan dan pengetahuan Anda. Ini bisa menjadi investasi jangka panjang yang membantu Anda saat peluang lain muncul.
- Tetapkan Batasan: Jaga keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi dengan menetapkan batasan yang jelas. Jangan ragu untuk menolak tugas yang tidak sesuai dengan job desk Anda atau yang mengganggu waktu pribadi Anda.
- Dokumentasikan Masalah: Simpan catatan tentang insiden atau masalah yang terjadi di tempat kerja. Ini bisa berguna jika Anda memutuskan untuk melaporkan masalah tersebut atau jika terjadi konflik di masa depan.
Membuat keputusan antara resign atau bertahan adalah langkah besar yang memerlukan pertimbangan matang. Yang paling penting adalah memastikan bahwa Anda selalu memprioritaskan kesejahteraan dan kesehatan mental Anda.