PERILAKU FANATISME PENGGEMAR K-POP : DAMPAKNYA BAGI KEPRIBADIAN SI PENGGEMAR
Arus globalisasi semakin deras seiring berjalannya waktu. Hal tersebut tentu didukung oleh kemampuan teknologi informasi yang semakin hari semakin canggih dari hari ke hari. Arus globalisasi ini sudah meluncur bebas ke dalam negara kita dan mempengaruhi masyarakat di negara Indonesia, terlebih untuk kalangan anak muda yang mana sudah hidup beriringan dengan kecanggihan elektronik dan kemajuan teknologi serta informasi atau yang biasa kita sebut dengan Internet. Internet ini dimanfaatkan oleh kalangan muda untuk mengais lebih dalam informasi-informasi yang tidak mampu didapat dengan mudah, seperti bagaimana fenomena yang terjadi di negara-negara lain seluruh dunia.
Salah satu negara yang paling disoroti oleh kalangan remaja—yang juga akrab disapa sebagai Generasi Z—adalah negara Korea Selatan. Tak dapat dipungkiri bahwasannya ‘Korean Wave’ mengalir dengan hebat di negara Indonesia ini, terlebih dikalangan anak muda zaman sekarang sehingga dapat memepengaruhi beberapa aspek seperti dalam aspek gaya hidup, gaya berpakaian, dan juga gaya berbahasa. Karya-karya yang diproduksi oleh Negara Ginseng tersebut sangat banyak, tetapi K-POP lah yang saat ini paling disoroti. Korea Selatan juga terkenal dengan Group Band yang sangat sukses dikanca internasional. BTS, Black Pink, dan EXO merupakan contoh dari banyaknya Group Band paling terkenal sedunia dan mereka berasal dari Korea Selatan. Group Band ini memiliki sangat banyak penggemar dari berbagai manca negara, tidak terkecuali dari Indonesia.
Seperti yang dilansir di laman artikel CNN Indonesia, penggemar musik K-POP di Indonesia menjadi yang terbesar di Twitter pada tahun 2021 lalu, mengalahkan negara Filipina, Amerika Serikat, bahkan mengalahkan penggemar dari negara asalnya yaitu Korea Selatan. Sebagai seorang pengguna Twitter, penulis mengakui bahwa pengguna Twitter di Indonesia didominasi oleh penggemar K-POP atau yang biasa sapa dengan K-POPers.
Kira-kira aspek apa saja yang mempengaruhi besarnya jumlah penggemar K-POP di negara Indonesia ini? Salah satu alasan terkuatnya memang dikarenakan oleh bakat para idola dalam bernyanyi dan menari di atas panggung. Alasan lain yang memiliki pengaruh kuat atas jumlah penggemar K-POP yang banyak itu adalah visual sang idola yang sangat memanjakan mata. Seorang entertainer yang bekerja untuk memberikan hiburan pada publik tentu saja harus memperhatikan visual dan cara berpenampilannya saat melakukan pekerjaannya. Hal ini lah yang juga disukai oleh para penggemar, termasuk penggemar K-POP.
Dua kelebihan itu ternyata bisa mengubah seseorang menjadi penggemar yang fanatik. Perilaku fanatik tentu akan sangat berdampak pada kepribadian penggemar itu sendiri. Ada beberapa dampak buruk bagi kepribadian penggemar tersebut, yaitu penggemar K-POP yang fanatik akan sulit menghargai pendapat orang lain serta mereka juga sulit untuk mengalah dan menerima kenyataan.
Seorang penggemar yang sudah meresapi perilaku fanatisme terhadap idolanya akan sulit untuk menerima pendapat dari orang lain. Perilaku fanatik sendiri dapat didefinisikan sebagai suatu perilaku yang membuat seorang buta dan melakukan segala hal demi mempertahankan keyakinannya sendiri. Fanatisme juga dapat dideskripsikan dengan rasa entusias yang berlebih atau ekstrim serta keterikatan emosi, cinta, dan kesetiaan yang sangat kuat sehingga sering kali menganggap bahwasannya apa yang mereka yakini adalah hal yang paling yang benar dan cenderung membela diri serta pendapat mereka dengan cara apapun. Perilaku ini lah yang kerap kali diterapkan oleh para penggemar yang sudah sangat mencintai idolanya. Dengan bakat yang hebat dan visual yang sangat dicintai oleh penggemar membuat mereka tidak terima jika ada yang memberikan kritik pada idola mereka. Sifat kecintaan mereka yang mendalam membuat mereka buta dan merasa bahwa apapun yang dilakukan oleh idola mereka—maupun itu kesalahan sekalipun—tidak pernah dipertimbangkan menjadi sebuah kesalahan, mengesampingkan pendapat orang-orang terhadap idola mereka.
Dampak dari perilaku fanatik seorang penggemar pada kepribadiannya pribadi adalah mereka akan sulit mengalah dan menerima kenyataan. Kekalahan merupakan hal yang biasa dialami oleh manusia, terlebih oleh orang-orang yang sukses dalam bidangnya. Mereka sudah sangat mengenal akan apa yang dimaksud dengan kekalahan. Yang menjadi fokus utama saat ini adalah penggemar yang fanatik yang tidak terima jika idolanya mengalami kekalahan. Mereka akan melakukan berbagai cara untuk membuktikan bahwasannya idola mereka tidak layak mendapatkan kekalahan, walaupun mereka harus bersifat agresif secara verbal. Agresif secara verbal dapat didefinisikan sebagai suatu perilaku menyimpang dimana sang pelaku melakukan aksi yang melukai hati serta menyebarkan kebencian melalui ungkapan verbal. Perilaku ini bisa dilakukan melalui bagaimana seseorang berdebat dalam menyatakan ketidaksetujuan mereka, menyebar berita palsu atau hoax, bahkan melakukan aksi perundungan atau bullying. Fanwar merupakan salah satu contoh dari agresif verbal dan kerap kali terjadi di tengah-tengah fandom—sekelompok penggemar—K-POP. Penggemar akan berlomba-lomba melemparkan komentar-komentar yang berbau perdebatan hingga penghinaan demi membela apa yang mereka yakini benar, sekali pun apa yang mereka lakukan salah dan dapat dipertimbangkan sebagai suatu perilaku yang menyimpang.
Pada 2021 lalu BTS menjadi salah satu musisi yang mewakili Asia dalam Grammy Awards, sebuh ajang bergengsi di Amerika Serikat untuk mengakui prestasi luar biasa dalam bidang musik. Saat itu BTS masuk dalam nominasi penampilan Duo/Grup Pop terbaik dengan membawa single terbaru mereka saat itu yang sangat sukses dan mewabah dengan cepat ke seluruh penjuru dunia yang berjudul ‘Dynamite’. Sayangnya saat itu BTS harus menerima kekalahan dan menerima kenyataan bahwa Lady Gaga dan Ariana Grande memenangkan nominasi tersebut dengan single terbaru mereka yang saat itu juga tidak kalah suksesnya dengan judul ‘Rain On Me’. Alih-alih menerima kekalahan dan memberikan apresiasi pada sang pemenang, para penggemar yang fanatik justru tidak terima dengan hal tersebut. Mereka menyerang siapa saja yang mereka anggap menjadi penghambat BTS memenangkan nominasi tersebut, mulai dari pihak Grammy sampai Lady Gaga serta Ariana Grande ikut kena getahnya. Para penggemar itu menaikkan tagar #Scammys yang kemudian menjadi trending di aplikasi Twitter, aplikasi yang didominasi oleh penggemar K-POP. Mereka melontarkan segala ujaran kebencian terhadap Grammy Awards dan menyebut ajang bergengsi itu sebagai acara penipuan. Tidak sedikit juga penggemar yang fanatik dan cenderung toxic itu menyerang Lady Gaga dan juga Ariana Grande karena mereka menganggap bahwa single ‘Rain On Me’ tidak ada apa-apanya dibanding single ‘Dynamite’ yang sudah meraih lebih dari satu milyar penonton di YouTube kala itu. Melihat hal itu tentu menyulut emosi penggemar Lady Gaga dan Ariana Grande dan akhirnya terjadi lah fenomena fanwar, dimana para penggemar yang cenderung fanatik dan tersulut emosi itu saling melemparkan ujaran kebencian, hinaan, dan cacian yang menyayat hati dan sangat tidak pantas untuk dikatakan di ranah publik. Padahal BTS sudah menerima kekalahan mereka dan menerima kenyataan bahwa Lady Gaga dan Ariana Grande yang berhak mendapat penghargaan tersebut. Sebagai seorang penggemar, seharusnya mereka mengikuti jejak idola mereka—mengalah dan menerima kenyataan.
Dua perilaku menyimpang ini walaupun kebanyakan terjadi di sosial media namun sangat mengkhawatirkan dan tidak ada yang bisa menjamin bahwa kebiasaan ini tidak akan terbawa pada kepribadian seorang penggemar di kehidupan nyata. Tidak ada yang salah menjadi seorang penggemar. Namun perlu diketahui bahwa selalu ada batasan atas segalanya, termasuk dalam menggemari sesuatu. Alih-alih meresapi kebiasaan yang buruk, ada baiknya meniru hal-hal positif yang dilakukan oleh idola kita karena hal-hal tersebut lah yang menjadi landasan kita dalam menjadikan seseorang atau sekumpulan orang sebagai idola.
Referensi :
CNN Indonesia. https://www.cnnindonesia.com/hiburan/20220126202028-227-751687/indonesia-jadi-negara-dengan-k-poper-terbesar-di-twitter/amp