Menilik Hiruk Pikuk Fenomena Dunia Fandom K-pop

profile picture launa
Lifestyle - Musik

K-pop (Korean popular music) membawa Korea Selatan menjadi negara yang berhasil menyebarkan budayanya ke seluruh dunia termasuk Indonesia. Berdasarkan daftar 20 negara dengan penggemar K-pop terbanyak sampai akhir tahun 2021—yang dirilis Twitter pada awal 2022, Indonesia menempati posisi teratas, bahkan mengalahkan Korea Selatan yang berada di urutan keempat.

Tak hanya itu, pada tahun yang sama Indonesia pun menjadi negara teratas dalam daftar 20 negara yang paling banyak mengetwit perihal K-pop. Tidak mengherankan kini Indonesia termasuk salah satu negara yang menjadi target pasar utama bisnis budaya K-pop. Salah satunya bisa dilihat dari penjualan tiket konser yang kerap ludes dalam beberapa saat, seperti tiket presale konser solo Suga BTS bertajuk "SUGA | Agust D Tour in Jakarta" yang habis terjual hanya dalam waktu sekitar 12-15 menit.

Berbicara K-pop tidak bisa lepas dari hiruk pikuk fenomena dunia fandom—kumpulan fans; biasanya bertukar informasi atau melakukan aktivitas bersama-sama, baik secara daring maupun luring. Di balik kemeriahan penampilan dan kesuksesan karya maupun karier seorang idola K-pop, ada keriuhan dalam dunia fandom yang, bagi sebagian orang awam, barangkali tidak kelihatan.

Keriuhan ini bukan perkara hal-hal positif seperti kekompakan fandom dalam pengadaan proyek ataupun kegiatan lain sebagai bentuk dukungan terhadap idola saja, tetapi juga hal-hal negatif seperti perilaku fans yang melewati batas hingga mengganggu privasi idola, pembelaan terhadap idola secara mati-matian, konflik, persaingan, atau perdebatan antarfandom.

Hal ini menunjukkan bahwa dunia fandom tidak selamanya terang dan membikin senang. Adakalanya kelam dan malah membikin jiwa tidak sehat. Kesadaran diri sudah semestinya ditanamkan ketika mengidolakan seseorang agar tindakan kita tetap pada batasnya.

Pada era teknologi digital yang berkembang kian pesat seperti sekarang ini, media sosial berperan penting dan berpengaruh besar dalam penyebarluasan budaya K-pop. Berkat kehadiran media sosial pula para fans bisa dengan mudah memperoleh informasi seputar kegiatan dan karya terbaru idola mereka, baik dari akun agensi, idola mereka sendiri, fandom, fansite (fans yang rajin berburu informasi serta foto-foto eksklusif), maupun fanbase (kelompok fandom di satu wilayah tertentu).

Lebih-lebih adanya media sosial membuat fans bisa berinteraksi dan merasa dekat dengan idola. Sayangnya, tidak semua fans menganggap interaksi semacam komentar disukai, mendapat balasan komentar, percakapan di fansign, dll. hanya sebatas sebagai fan dan idola. Fans yang menyukai idola secara berlebihan boleh jadi berlainan pandangan.

Di lain sisi, media sosial membikin batas antara fans dan idola semakin kabur, dan menjadi tempat bagi para haters untuk menumpahkan ketidaksukaannya pada idola tertentu—yang berpengaruh pada kesehatan mental. Seperti mendiang Sulli yang mengaku mengalami depresi akibat kerap menerima komentar-komentar buruk. Banyaknya kasus bunuh diri idola K-pop merupakan contoh lain dari fenomena kelamnya industri K-pop juga dunia fandom.

Selain itu, media sosial juga menjadi tempat bagi warganet atau orang tak dikenal—yang boleh jadi haters—melakukan ancaman terhadap idola. Pada Februari 2021, contohnya, Ji-yeon T-ARA menjadi target ancaman kematian. Ji-yeon mendapat serentetan ancaman dari warganet anonim di Twitter, bahkan ancaman itu sampai ke dirinya. Bagi idola dan fans, teror serupa ini jelas amat mengerikan. Nyatanya, media sosial tidak melulu menyenangkan.

Meski begitu, banyak pula hal-hal positif yang dilakukan fans dalam sebuah fandom. Sebut saja penggalangan dana untuk korban bencana alam, dance cover, berkreasi melalui artwork, sampai pemberian coffee truck gabungan dari beberapa fanbase berbeda negara. Menjaga batas antara dunia nyata dan dunia fandom kiranya menjadi satu hal yang patut selalu diingat. Bila tidak, hidup kita hanya akan berkutat di dunia fandom saja yang tentu merugikan diri sendiri.

Dunia Fandom, Dunia Fana

Menilik fenomena dunia fandom yang pernah ataupun belum lama terjadi, khususnya dalam dunia K-pop, erat kaitannya dengan kefanatikan atau fanatisme. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, fanatisme merupakan keyakinan (kepercayaan) yang terlalu kuat terhadap ajaran (politik, agama, dan sebagainya).

Mengidolakan seseorang dan mendukungnya secara berlebihan dapat menghilangkan identitas diri dan merusak kesehatan mental. Fanatisme membuat seseorang berperilaku obsesif, posesif, intoleransi, sukar menerima saran, gampang marah, tidak senang dengan perbedaan pandangan, narsistik, hingga bisa memunculkan kekerasan.

Fenomena fandom terkait fanatisme bisa dilihat dari adanya fanwar (perang antarfandom atau antarpenggemar) yang sudah terjadi sejak K-pop belum mendunia seperti saat ini. Masalah yang menjadi penyebab terjadinya fanwar bermacam-macam. Mulai dari pemanipulasian jumlah voting dalam penghargaan, persaingan chart musik dan nominasi lagu di acara penghargaan, kritikan pedas kepada anggota grup, berselisih paham, dll.

Fanwar paling memilukan dalam sejarah adalah perkelahian antarfandom di dunia nyata yang dialami dua grup legendaris—yang berimbas pada kecanggungan antargrup di dunia nyata. Terlepas apa pun alasan ataupun tujuannya, perang antarfandom tentu tidak bermanfaat serta membikin citra masing-masing fandom dan grup yang diidolakan menjadi jelek. Sebaliknya, malahan menguras energi dan membikin jiwa serta mental menjadi tidak waras.

Di balik kelamnya dunia fandom, kehadiran fandom juga membantu para fans pasif yang hanya menyimak segala hal dari kejauhan dan memilih mendukung dengan caranya sendiri tanpa bergabung dengan fandom maupun ikut-ikutan bergaduh. Dunia fandom layaknya dunia yang kita tinggali; dunia fana. Karenanya, penting untuk menciptakan fandom yang sehat dan saling mendukung antarfandom—yang jauh lebih menyenangkan daripada melulu berseteru.

Selama K-pop masih ada dan banyak peminatnya, niscaya hiruk pikuk fenomena dunia fandom tidak akan ada habisnya dan akan selalu menjadi perhatian banyak orang, khususnya fans K-pop. Satu hal yang pasti, mau menjadi fans atau haters, pilihan selalu ada pada kita.

1 Agree 0 opinions
0 Disagree 0 opinions
1
0
profile picture

Written By launa

This statement referred from