Bisakah K-Pop Menyelamatkan Hidup Seseorang?

profile picture salsaizzati
Lifestyle - Musik

okay, i know this is going to sound really dumb compared to everyone else’s more serious and dramatic answers, but BTS (and kpop in general) helps me eat. –Luna GoodmanK-pop

Kpop saved my life. It helped me through hard times and I’m so fucking glad I’ve gotten into it. And after being hurt by everything I’m okay. Even though I still have problems I look to K-pop as an escape from reality. –Adminland, Quora

Iseng cek Quora dengan keyword K-Pop, banyak yang bercerita tentang bagaimana K-Pop menyelamatkan hidup para penyukanya. Sebagian orang memasuki dunia K-Pop saat mereka sedang dalam posisi terpuruk, entah itu karena kondisi mental atau kesedihan lain yang membuat mereka hampir kehilangan semangat hidup. K-Pop menjadi sebuah dimensi pelarian dari realita.

Lalu muncul pertanyaan dalam benak saya, memangnya fenomena global ini bisa menyelamatkan hidup seseorang?

Saya punya seorang teman yang juga seorang pecinta K-Pop, ia sedang mengalami fase kehidupan terendahnya saat pertama kali mengenal K-Pop, khususnya BTS. Melalui makna lagu-lagu BTS yang memberikan semangat untuk hidup kembali, teman saya merasa terbantu. Ia lalu mulai menjadikan BTS dan K-Pop secara keseluruhan sebagai motivasi hidupnya.

Hampir setiap hari, ia akan memposting sesuatu tentang idol kesukaannya. Mulai dari potongan klip saat mereka live, meme, lagu terbaru, atau cerita tentang betapa ia merasa terbantu dengan keberadaan grup tersebut.

Bagi teman saya dan juga mungkin sebagian fans, K-Pop adalah cara mereka kabur sementara dari permasalahan hidup atau sebagai coping mechanism. Memang setiap orang memiliki caranya tersendiri dalam menghadapi permasalahan mereka, mungkin cara yang bekerja untuk para fans ini adalah dengan menikmati konten-konten K-Pop. Namun, apakah menggunakan K-Pop sebagai cara alternatif tergolong sehat?

Saat seorang fans menggunakan grup/selebriti kesukaannya sebagai cara kabur dari kehidupan, K-Pop menjadi bagian yang krusial dalam hidup mereka. K-Pop adalah realita mereka dan bahkan mendefinisikan gaya hidup mereka. Atau dalam teori Celebrity Worship disebut dengan tingkat intens pribadi. Di mana pada titik ini, mereka tidak lagi melihat K-Pop atau grup kesukaannya sebagai hiburan tetapi sebagai “penyelamat”.

Jika sudah mencapai tingkatan ikatan emosional tinggi maka akan berpotensi naik jadi tingkat borderline-pathalogical. Yang pada tingkatan tersebut fans tidak dapat mengontrol aktivititas dan perasaan mereka terhadap grup yang mereka sukai. Bahkan ada yang sampai berfantasi hidup berdampingan dengan artis/idol yang mereka sukai. 

Relasi tidak sehat yang terjadi antara fans dan K-Pop pernah diangkat oleh girl group Korea, New Jeans dalam sebuah video klip berjudul Ditto. Namun sebelum saya menjelaskan  lebih lanjut mengenai apa relasi antara video klip mereka dengan artikel ini, saya sarankan teman-teman menonton terlebih dahulu videonya.

Pada video klip Side A Ditto memperlihatkan sosok Hee-Seo yang berteman dengan New Jeans. Tangan kiri Hee-Seo patah sedang tangan kanannya selalu memegang kamera recorder untuk merekam kegiatan New Jeans di sekolah.

Muncullah sesosok laki-laki dalam video tersebut, kita sebut saja Ditto. Ternyata, Ditto adalah laki-laki yang Hee-Seo sukai saat di sekolah. Namun, Hee-Seo tidak pernah berani untuk mencoba dekat dengan Ditto, kebalikannya ia justru menghindari Ditto. Sampai sini, belum ada hal aneh dari video klip itu. Semua tampak seperti memori masa sekolah Hee-Seo yang menyenangkan.

Barulah pada video klip Side B cerita tentang Hee-Seo berubah menjadi suram. Ternyata selama ini, Hee-Seo hanya seorang diri. New Jeans tidak pernah ada di sisinya, pun tidak pernah ada di sekolah itu. Hee-Seo benar-benar sendirian.

Titik kesadaran ini diperlihatkan melalui adegan saat Hee-Seo melihat New Jeans yang sedang latihan menari di sebuah lapangan. Mereka terlihat semangat dan bergembira, padahal Hee-Seo merasakan sebaliknya.

Banyak lagi adegan yang memperlihatkan realita yang sebenarnya terjadi dari video klip Side A (imajinasi Hee-Seo), seperti tidak adanya para member New Jeans saat Hee-Seo menangis di bangku taman. Semua realita tersebut membuat Hee-Seo memutuskan untuk menjatuhkan kamera recorder miliknya, dan mulai dekat dengan Ditto.

Mungkin kalian akan bertanya-tanya akan korealsi video klip tersebut dengan isi artikel ini. Mari kita bedah satu persatu. 

Jika kita analisis semiotika dalam video klip ini, kita akan menemukan banyak simbol yang berkaitan dengan fenomena “Celebrity Worship”. Tokoh Hee-Seo merepresentasikan fans K-pop yang sedang dalam mengalami kesedihan (digambarkan dengan tangannya yang patah). Video recorder yang ia pegang merepresentasikan smartphone, laptop, atau gadget lainnya yang biasa digunakan kita untuk berinteraksi dengan idol/selebriti yang kita suka. Sedangkan New Jeans, merepresentasikan grup idol, yang disukai oleh Hee-Seo (fans k-pop).

Video klip Ditto jelas menggambarkan ketergantungan Hee-Seo terhadap New Jeans. Bisa dibilang, hidupnya terdefinisikan dengan kamera ditangannya yang terus menerus merekam New Jeans. Dalam video tersebut New Jeans juga jarang memperlihatkan kesedihan.Hal tersebut menggambarkan pandangan atau ekspektasi fans terhadap idol mereka, yaitu memiliki kehidupan sempurna dan selalu bahagia.

Kehidupan Hee-Seo mungkin akan terasa hampa tanpa kehadiran New Jeans, tapi apakah kehidupan New Jeans akan berhenti tanpa Hee-Seo? Meskipun terasa pahit, namun itulah kenyataannya. Bahwa tanpa fans, kehidupan para idol akan terus berjalan. 

“Bukannya kalau gak ada fans mereka gak akan bisa berkarya?”

Oh, tentu. Namun, konteks yang saya maksud adalah fans yang merasa begitu terikat secara emosi dengan idol, namun tidak sebaliknya.

Idol bukanlah sosok malaikat yang bisa menyelamatkan kehidupan siapa pun. Karena pada akhirnya, idol akan terus menjalankan hidupnya begitu pun dengan fansnya. Seperti simbol dalam video klip Ditto, di mana New Jeans tetap latihan menari meskipun Hee-Seo sedang terpuruk.

Adegan Hee-Seo yang menjatuhkan kamera recorder tersebut menandakan akhir dari fase kebergantungannya pada New Jeans. Meskipun Hee-Seo merasa senang setiap bersama New Jeans, tetapi masalahnya tidak pernah selesai. Satu-satunya cara untuk menjadi bahagia seutuhnya adalah dengan menghadapi realita.

Saya menganggap K-pop dan dunia hiburan secara umumnya adalah sebuah distraksi yang menjebak. Sebuah cara untuk kabur sementara dari realita kehidupan yang pahit, tetapi kadang membawa kita terlalu jauh dari realita. Mungkin terdapat kebahagiaan sementara yang bisa kita dapatkan dari lagu atau bahkan dari pribadi sang idola. Namun, bukan berarti segala permasalahan dalam hidup selesai saat itu.

Segala perasaan biru dan kelabu tidak bisa manusia hindari dalam hidup. Pada akhirnya, kembali pada kehidupan sebenarnya adalah satu-satunya cara untuk menjadi lebih baik. Mungkin terasa menyakitkan di awal, namun bukanlah memang itu yang harus dihadapi manusia sepanjang hidupnya?

Referensi: 

https://youtu.be/x4ctdHgQRr8

https://qr.ae/prqiBT

https://www.sehatq.com/artikel/celebrity-worship-syndrome

https://qr.ae/pr3PbL

https://qr.ae/pr3PO5

6 Agree 0 opinions
0 Disagree 0 opinions
6
0
profile picture

Written By salsaizzati

a critical, fun, and creative writer who likes to think in the toilet while pooping. What i wrote here is basically the "poop" from my brain.

This statement referred from