Fandom dan Haters, Siapa Mereka?

profile picture donzakiyamani
Lifestyle - Hobi

Nyaris setiap kita pasti punya tokoh idola. Entah itu tokoh politik, agama, guru, bahkan tidak sedikit yang menjadikan ayah atau ibunya sebagai tokoh idolanya. Sosok yang diidolakan itu biasanya akan ditiru dalam banyak hal. Bukan hanya itu, sosok idola itu akan dibela mati-matian meski bukan mustahil sosok tersebut melakukan kesalahan. 

Apabila dahulu sosok idola identik dengan karakternya yang mengagumkan, belakangan sosok idola tidak lagi melulu soal itu. 

Bila karakter lebih pada sesuatu yang abstrak maka sekarang lebih konkrit. Biasanya berkaitan dengan pesona sosok idola tersebut bergelut di bidang apa. Misalnya Cristiano Ronaldo dan Lionel Messi, dua sosok idola yang memiliki banyak fans di seluruh dunia. Mereka dikenal dengan kemampuan bermain sepakbola.

Para fans biasanya akan membentuk komunitas (fandom) tertentu. Hal itu bisa kita saksikan sejak lama di dunia sepak bola. Ada beragam komunitas pendukung tim sepakbola yang ada di Indonesia. Lihat saja ketika final liga champion eropa misalnya, komunitas pendukung tim sepakbola biasanya akan melakukan nonton bareng di tempat yang sama.

Selain sepakbola, belakangan fandom juga kita temukan di dunia entertain lain, misalnya K-Pop yang sudah mendunia. Dan sosok idola maupun tim idola, selalu diikuti haters. Ambil contoh fans Ronaldo bisa dikatakan akan menjadi haters Messi dan sebaliknya demikian. Itu artinya fandom di sisi lain akan menjadi haters bagi idola fandom lainnya. Meski hal itu tidak otomatis terjadi.

Menarik kita cermati fandom yang sekaligus haters, mereka boleh jadi kita sebut sebagai fandom-toxic. Ini berbahaya dan harus diantisipasi pihak berwenang karena dapat berefek negatif bahkan destruktif. Fanatisme berlebihan yang nantinya akan merusak perlu diawasi dengan ketat. Apalagi di era hoaks begitu subur tumbuh dan berkembang, era informasi begitu cepat kita dapati.

Harus ada edukasi kepada fandom. Sejatinya mudah dilakukan apabila pihak berwenang mau melakukan tindakan preventif. Mereka terorganisir sehingga mudah mengumpulkan mereka atau dapat pula dilakukan iklan edukasi. Tujuannya agar mereka terhindar dari fandom-toxic yang akan merusak. 

Kelompok kedua yang patut diwaspadai adalah haters. Meski bisa jadi bagian fandom berbeda, bisa juga haters berasal dari kelompok yang tidak menyukai gaya hidup sosok idola fandom secara umum. Misalnya mereka yang tidak menyukai K-Pop. Mereka dapat memicu lahirnya fandom-toxic. Dengan bahasa mengejek serta provokatif di media sosial.

Memang dengan lahirnya media sosial akan sulit mengontrol kedua kelompok. Saling ejek komentar di media sosial sulit terbendung. Bahkan menjurus ke SARA, persoalan pribadi bahkan bukan mustahil akan saling buka aib.Walaupun belum sekeras politik, namun bukan mustahil fandom dan haters akan menjadi masalah sosial baru.

Apalagi fandom dan haters didominasi anak-anak muda yang masih berdarah panas. Kelompok yang mudah terprovokasi dan terkadang enggan meneliti ketika mendapat informasi liar. Menurut saya, harus ada gerakan menertibkan fandom guna menghindari benturan antar fandom yang diakibatkan informasi yang provokatif.

Pihak sekolah maupun kampus harus mendeteksi fandom yang ada di sekolah dan kampus, terutama di kota-kota besar. Bila diberdayakan dengan benar, fandom dapat melakukan kegiatan filantropi maupun kegiatan bermanfaat lainnya. Bahkan fandom-fandom yang ada dapat melakukan kegiatan bersama, idola boleh beda namun tanah air kita sama.

Dengan cara bukan hanya meminimalisir benturan sesama fandom, di saat yang sama akan mengurangi haters. Melalui kegiatan sosial yang dilakukan bersama-sama, fandom akan menjadi fenomena menarik di tengah masyarakat. Mereka juga dapat menjadi kelompok ekonomi sehingga dapat menghadirkan idola mereka ke Indonesia. Selain menjadi EO, mereka dapat menjadi contoh bagi fandom di seluruh dunia.

Saya mengajak teman-teman yang tergabung dalam fandom k-pop agar menjadi kelompok idola bagi fandom yang lain. Tentu saja bukan perkara mudah karena terkadang kita sulit mensyukuri perbedaan. Kita sulit memahami bahwa perbedaan idola bermakna penilaian kita sangat subjektif.

Ditambah para orang dewasa yang kerap tidak dewasa dalam bertindak. Para orang dewasa yang senang berdebat ketimbang diskusi, kerap berlomba dianggap benar ketimbang mencari kebenaran. Jangan sampai fandom tertular ‘penyakit’ itu. Jadilah generasi yang cerdas dalam menilai dan bertindak.

Melalui tulisan singkat ini saya ingin menyampaikan belasungkawa apabila ada fandom yang toxic. Sembuhkan diri kalian, idola kalian tidak pernah menginginkan itu. Suka dan mengidolakan manusia sekedarnya. Fanatisme hanya akan menghilangkan kedamaian di dalam diri kalian. Jangan terprovokasi oleh informasi yang tak jelas duduk persoalannya.

Fandom sejati itu memiliki visi yang jelas. Membentuk solidaritas kesamaan dan di saat yang sama menerima perbedaan dengan lapang dada. Fandom yang berbeda adalah partner berkomunitas, berkompetisi kebaikan itu lebih utama ketimbang saling ejek dan menjelekkan satu sama lainnya. Mari dalami makna sila ketiga pancasila. 

0 Agree 0 opinions
0 Disagree 0 opinions
0
0
profile picture

Written By donzakiyamani

Berasal dari negeri syariat kopi (Aceh) dan dapat dihubungi via wa 081360360345

This statement referred from