Live Action The Little Mermaid mengundang kontroversial?
Kita semua tahu bahwa Disney merupakan suatu perusahaan konglomerat dalam kategori hiburan sekaligus media terbesar di dunia. Perusahaan ini didirikan oleh Walt Disney dan Roy Oliver Disney dengan nama Disney Brothers Cartoon Studio pada tanggal 16 Oktober 1923. Sejak awal kemunculannya, Disney sudah meraih banyak penghargaan dan tentu saja banyak orang dari masa ke masa yang menjadi penggemarnya bahkan membangun komunitas pecinta Disney.
Disney kerap membuat film animasi untuk menghibur anak-anak sebagai salah satu tujuan pasar mereka. Tak hanya itu, Disney juga menyajikan beberapa film live action yang merupakan remake dari film animasi yang telah sukses sebelumnya seperti, The Jungle Book, Cinderella, Christoper Robin dan lain sebagainya. Pada 26 Mei 2023 mendatang, Disney juga akan meluncurkan live action terbaru mereka yang merupakan adaptasi dari The Little Mermaid. Namun, bukannya menciptakan gelombang euforia, justru bermunculan komentar yang bernada "jenuh". Lantas mengapa banyak netizen atau fandom yang tidak antusias dengan adaptasi mereka yang satu ini?
Apa yang membuat Fandom merasa dikecewakan Disney?
Kemunculan kembali The Little Mermaid yang pertama kali tayang pada tahun 1989 ini mengejutkan para fan melalui teaser live action-nya. Bukannya antusias, pihak Disney justru malah mendapatkan kecaman dari para penggemar sebab pemeran Ariel, sang peran utama, yaitu Halle Bailey dianggap tidak pantas untuk memerankan sosok Ariel dengan alasan perbedaan ras. Sebagian lagi beranggapan bahwa rambut Ariel seharusnya berwarna merah, bukan warna seperti yang berada di dalam trailer. Mereka merasa bahwa hal tersebut lah yang merupakan ikon dari sosok puti duyung yang jelita itu. Menanggapi hal tersebut, Disney hanya menyatakan bahwa Ariel adalah seorang Mermaid dan tidak terikat dengan ras apa pun.
Bukan hanya Ariel, pangeran Eric yang merupakan pasangan dari sang peran utama juga mendapatkan tanggapan negatif, beberapa mengatakan bahwa pemeran pangeran Eric yaitu Jonah Hauer-King dibuat terlalu jelek dalam film, tidak seperti di dalam film animasinya yang parasnya begitu menawan. Beberapa pemeran pendukung dari film tersebut pun juga tak luput dari komentar netizen, seperti ursula misalnya, yang berperan sebagai antagonis dalam salah satu serial favorit Disney yang berlatar di kehidupan bawah laut ini. Mereka menyatakan bahwa Ursula yang berada dalam live action juga tidak sesuai ekspektasi mereka, sebab tampilan Ursula kali ini dinilai kurang mirip juga seperti karakter lainnya, tidak seperti di animasi.
Meski masih jauh dari jadwal penayangan resminya, kekecewaan ini sudah dimulai sejak Disney meluncurkan poster remake film ini. Respon kurang enak bermunculan bahkan haters atau mungkin sebagian fan yang dikecewakan menjadikan poster tersebut sebagai bahan cemoohan.
“If this is the prince she should keep her voice and tail…”
“Not the designer putting a freshwater fish in the ocean 😬”
“Why is the goldfish from the live action Pinocchio stylized but not Flounder 😭😭😭”
Begitulah suara hati yang dituangkan para fandom pada akun twitter mereka. Meski demikian, tentu saja tidak semua respons netizen berbau negatif, masih banyak juga yang mendukung Disney dan berharap kerinduannya terhadap film-film animasi di masa kecil mereka bisa terbayarkan lewat The Little Mermaid versi Live action ini.
Mengapa fandom terbentuk dan “menguasai” Disney?
Kita semua tahu bahwa target pasar Disney adalah anak-anak. Dan sebagai perusahaan animasi tertua, Disney menghasilkan karya-karya luar biasa yang menemani masa kanak-kanak di seluruh dunia. Mickey Mouse misalnya, siapa yang tidak kenal dengan tokoh animasi yang satu ini? Barangkali mungkin sejak Mickey Mouse pertama kali dilahirkan, penontonnya kini sudah memiliki empat generasi. Dan karena keeksistensian tokoh ini, saya bisa jamin, semua generasinya pernah menonton Mickey Mouse.
Penggemar Disney yang sejak kecil dikelilingi oleh tontonan dan tokoh kartun Disney favorit mereka tentu sulit untuk melepaskan dirinya dari kecintaan terhadap hal-hal yang berbau Disney. Mereka mau menjadi yang paling update, paling tau segalanya, dan paling memahami Disney. Perkembangan teknologi saat ini juga membuat segala informasi jadi lebih mudah didapat, dan tentu memudahkan para fan untuk berinteraksi dan membangun fandom mereka sampai skala internasional.
Fandom yang haus akan inovasi dari film-film Disney ini lah yang membuat mereka seolah “menguasai” Disney lewat berbagai komentar.
Menurut saya wajar saja jika para fan memberikan opini selama tidak memberi rasa ancaman kepada Disney ataupun pihak yang bersangkutan lainnya. Namun, sebagai penggemar tetap saja mau tidak mau harus menerima buah karya para animator ini. Soal pihak Disney yang tidak terlalu mendengarkan opini fandom, menurut saya memang seharusnya mereka lebih mendengarkan kritik dan saran dari para fan atas rasa kecewa mereka tersebut, sebab beberapa fan bisa tergolong fanatik dan tak menutup kemungkinan untuk berbuat tindakan yang tidak seharusnya alias berlebihan kepada Disney ataupun yang bersangkutan dengannya.
Lalu apakah Disney akan dirugikan dengan adanya ketidakpuasan fan mereka? Mungkin kasus ini dapat menjerumuskan mereka pada sebuah kerugian, sebab dengan adanya rasa ketidakpuasan dari para fan atas karya mereka yang satu ini, otomatis membuat sebagian orang menjadi tidak berminat untuk menonton film tersebut.
Sederhananya, baik atau buruk dampak dari fenomena fandom ini tergantung dari cara fan memaknai dan mencintai idola mereka. Berkaca dari kasus ini, aktivitas fandom bisa berdampak buruk jika opini dan tindakan mereka membentuk identitas sosial yang negatif. Namun jika sebaliknya, fandom bisa sangat berpengaruh terhadap inovasi Disney ke depannya. Jangan lupa, Disney bisa menjadi perusahaan animasi terbesar di dunia tentu tidak lepas dari peran para fan dan fandom, bukan?
#FenomenaFandom