Serba-Serbi Happiness dan Selfish dalam Fenomena Fandom
Euphoria idol yang booming mampu membuat seseorang menjadikan dirinya fans dari idol tersebut. Alasannya karena menikmati karya dan menyukai personality dari idola. Para fans biasanya mencakup gen Z sampai generasi milenial.
Memiliki idola ternyata mampu membuat aktivitas lebih bersemangat. Karena refreshing sejenak, dari segala penat yang mendera. Penat menghasilkan stress dalam tubuh yang menguras energi.
Idola juga bisa dijadikan inspirasi, apalagi jika terdapat perjalanan hidup dari idol yang mirip dengan kita. Kemudian, tidak jarang pula para fans menjadikan idol sebagai pasangan, karena merasa dapat memenuhi kebutuhan emosi dalam diri.
Kemudian dikutip dari Studiodjiwa, ternyata secara psikologis mengidolakan seseorang membawa dampak positif, diantaranya: lebih sering merasakan emosi positif, memperluas networking, menambah hobi baru, dan idol bisa dijadikan inspirasi.
Atas dari kesamaan menyukai karya dan personality dari idol maka terbentuklah fandom alias fans kingdom. Fandom ini tidak main-main jumlahnya, bisa lintas negara bahkan benua! Para fans ini sangat antusias, dari mulai: karya sampai berita up-to-date dari idola.
Biasanya grup di sosial media yang gencar memberitakan informasi up-to-date dari idol. Informasi dibeberkan oleh admin yang disingkat akrab dengan sebutan "mimin". Lalu akan terjadi saling bersahutan antar sesama fans di kolom komentar.
Tak jarang pula, ada yang memberikan informasi tambahan tentang idol. Inilah momen yang mengasyikan untuk saling bertukar informasi dan ngereog bersama-sama.
Hubungan antar fans mampu menjadikan grup sosial media menjadi rumah kedua setelah keluarga. Kenapa begitu? karena ruang sosial grup sosial media, tidak hanya membicarakan mengenai idol, tetapi bisa menjadi obrolan bertukar pikiran kehidupan pribadi dari tiap fans.
Dikutip dari Klikdokter, interaksi sosial dapat memicu hormon oksitosin. Hormon ini berperan memengaruhi emosi dalam interaksi sosial. Itulah sebabnya, hormon oksitosin disebut sebagai hormon cinta.
Dengan adanya interaksi sosial antar sesama fans mampu meningkatkan kualitas kebahagiaan dalam diri. Karena merangsang hormon cinta dalam tubuh yang baik untuk kesehatan.
Dikutip dari Studiodjiwa, namun ternyata jika dilakukan melebihi batas wajar akan menghasilkan dampak yang merugikan. Dampak-dampak tersebut, diantaranya: fanatik sampai tidak memperdulikan orang lain, berkeinginan memiliki idola, mengabaikan tanggungjawab, dan hubungan dengan kerabat terputus.
Berkeinginan memiliki idola tak jarang pula menghinggapi para fans. Bahkan antar sesama fans berkumpul hanya untuk sekedar memperebutkan idola. Adu mulut antar fans terkadang sulit dihentikan dalam grup sosial media.
Seperti pernyataan:
"Baru tahu ya karya idol X, ketinggalan zaman banget sih!"
"Ih, aku mah lebih tahu idol X daripada kamu, sebelum seterkenal sekarang. "
"Kok pas penghargaan idol kita nggak menang. Padahal aku sudah ngevote tahu! kamu kayaknya nggak ngevote ya. Itu tandanya kamu nggak loyal dan nggak solid sama idol kita."
Muncul di grup sosial media hanya untuk memperebutkan idol demi memamerkan keegoisan diri. Seakan lebih tahu segala-galanya mengenai idol dari yang lain. Jatuhnya akan menganggap tidak loyal bahkan menganggap rendah fans lain.
Begitulah serba-serbi sesama fans terdapat dampak baik maupun dampak buruk. Sepatutnya kita perhatikan kembali secara seksama agar bisa dalam batas wajar. Kemungkinan setiap fans berbeda-beda dalam mendukung idol, yang tidak bisa disamakan dengan yang lain.
Kemudian, tidak ada salahnya untuk mengaggumi idol karena bisa memperluas zona nyaman melalui pengetahuan baru. Dengan menambah wawasan dan hobi, tentunya bisa memperkaya khazanah ilmu pengetahuan dalam diri.
Namun jika berlangsung tidak terkendali dengan menjadikan idol sebagai pasangan, harus berhati-hati dengan maniak yang terjadi. Perlu diperhatikan, apakah bisa menghasilkan delusi atau tidak?
Delusi bagaikan pantulan bayangan dari cermin, yang membuat kebahagiaan semu. Kalau dibiarkan secara terus-terusan dapat mengganggu aktivitas sehari-hari. Kebahagiaan semu tersebut, tak ayal mampu menyakiti diri karena realitas dan lamunan yang indah saling bertolak belakang.
Menempatkan idola sewajarnya, menandakan bahwa kita aware terhadap keberadaan idola. Idola sama halnya manusia biasa, yang tidak melulu diagung-agungkan. Karena tentunya memiliki kelebihan maupun kelemahan yang saling melengkapi.
Menjadi fans dari idola dapat menjadi ruang refreshing agar pikiran dapat rehat sejenak. Namun, perlu diingat bahwa mencintai idol bukan tempat untuk melarikan diri dari masalah yang seharusnya dihadapi. Masalah itu sebaiknya dihadapi bukan untuk diabaikan.
Referensi
Studiodjiwa. 2022, 3 Maret. Mengidolakan Seseorang dengan Sehat https://www.instagram.com/p/CapAiW-vziB/?igshid=YmMyMTA2M2Y=
Klikdokter. 2022, 15 Desember.
4 Hormon Bahagia yang Menjaga Kestabilan Emosi. https://www.klikdokter.com/psikologi/kesehatan-mental/hormon-bahagia-fungsinya