Bukan hanya fisik saja tapi mental juga mempengaruhi performa atlet. Lantas bagaimana sebenarnya peran psikologi dalam olahraga?
Olahraga menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) merupakan kegiatan dengan menggerakan badan untuk menguatkan dan menyehatkan tubuh. Olahraga juga merupakan suatu aktivitas fisik berupa permainan yang melawan unsur-unsur alam, orang lain ataupun diri sendiri (UNESCO). Tak hanya fisik saja tapi olahraga juga membutuhkan pikiran dan sasaran olahraga yaitu dengan mencapai suatu prestasi dalam salah satu cabangnya. Di dalam dunia olahraga sendiri, prestasi itu menjadi salah satu faktor keberhasilan atau prestasi tersebut dapat menjadi indikator untuk melihat tingkat pencapaian dan keberhasilan dalam olahraga itu sendiri (Effendi, H. 2016).
Menjadi seorang atlet harus memiliki kemampuan dan keinginan yang kuat untuk mewujudkan cita-cita dan mencapai prestasinya. Kemampuan yang perlu dimiliki oleh atlet tidak hanya kemampuan fisik saja tapi juga kemampuan mental atau psikologisnya. Beberapa ahli mengatakan bahwa faktor mental memiliki peranan penting dalam pencapaian prestasi seorang atlet (Adisasmito, 2007). Ahli lain mengatakan bahwa 50% dari hasil pertandingan yang dilakukan atlet ditentukan oleh faktor psikologis atau mental (Herman, 2011).
Dapat disimpulkan bahwa kondisi atau keadaan mental atau psikologi atlet termasuk ke dalam bagian penentu tercapainya sebuah prestasi. Robert N. Singer merupakan seorang tokoh psikologi olahraga menyatakan: “Sport psychology is the science of psychology applied to athletes and athletic situations”. Dengan kata lain dari pengertian Singer dapat diartikan bahwa, psikologi olahraga merupakan suatu bidang ilmu psikologi yang mempelajari bagaimana tingkah laku manusia dalam konteks olahraga. Seperti bagaimana kepribadian dapat berpengaruh terhadap penampilan atlet, bagaimana stress mempengaruhi tingkah laku atlet menjelang pertandingan, dan bagaimana aktivitas olahraga mempengaruhi tingkah laku individu yang bersangkutan.
Pengamat olahraga beberapa kali pernah menyinggung bahwa di Indonesia masih kurangnya pembinaan atlet dari sisi psikologisnya. Di luar negeri, cabang olahraga tertentu sudah menyiapkan dan membutuhkan psikolog olahraga, seperti Claudio kiper Manchester City belum bisa tampil optimal dalam melakukan hal penyelamatan sehingga dinilai butuh bantuan psikolog olahraga, selanjutnya klub Paris Saint-Germain menyewa psikolog olahraga untuk memperbaiki mental tim hal ini dikarenakan PSG belum juga mampu menjadi juara Liga Champions, serta Maverick Vinales yang tidak hanya melakukan persiapan uji coba saja tapi pembalap asal Spanyol tersebut membutuhkan bimbingan dari seorang psikolog.
Soedibyo (1993) meringkas manfaat psikologi olahraga bagi prestasi olahraga sebagai berikut.
- Dapat menjelaskan dan memahami tingkah laku atlet dan gejala-gejala psikologis yang muncul dalam olahraga pada umumnya, dimana hal ini diperlukan karena pada dasarnya tingkah laku manusia yang muncul atau dapat dilihat tidak terlepas dari sikap atau attitude yang tidak terlihat. Sikap individu yang muncul dipengaruhi oleh banyak faktor seperti sifat-sifat pribadi individu, motif, pikiran, perasaan, pengalaman, pengetahuan, hambatan yang mungkin dialami dalam hidupnya, serta pengaruh lingkungan lainnya.
- Dapat mengamati atau membuat suatu prediksi dengan tepat kemungkinan-kemungkinan yang dapat terjadi pada atlet itu sendiri yang berkaitan dengan permasalahan psikologis. Dengan dibuatnya suatu prediksi secara tepat, maka dapat ditentukan program dan target sesuai kondisi dan kemampuan atlet itu sendiri, dan juga dapat menghindarkan hal-hal yang kurang menguntungkan bagi perkembangan atlet. Sebagai contoh dengan memahami sifat dan kemampuan yang dimiliki oleh atlet dapat meninjau kemungkinan bakat yang dimiliki atlet sehingga dapat diarahkan untuk menekuni cabang olahraga yang sesuai dan diminati dengan sifat dan kemampuan atlet.
- Dapat mengontrol dan mengendalikan gejala tingkah laku dalam olahraga, dimana dapat memberikan perlakuan-perlakuan untuk mengembangkan kemampuan dari segi positif yang dimiliki oleh atlet itu sendiri. Sebagai contoh atlet yang sedang dalam fase jenuh berlatih (boredom) harus diberi perlakuan khusus dnegan variasa latihan yang menarik, jika atlet memiliki motif berprestasi tinggi, maka perlu sering diberi kesempatan untuk berlomba.
Reference:
Aditya, L. (2017). ‘Claudio Bravo Butuh Psikolog Olahraga’. https://sport.detik.com/sepakbola/liga-inggris/d-3398932/claudio-bravo-butuh-psikolog-olahraga
Effendi, H. (2016). Peranan psikologi olahraga dalam meningkatkan prestasi atlet. NUSANTARA: Jurnal Ilmu Pengetahuan Sosial, 1(1).
Firdaus, K. (2012). Psikologi olahraga teori dan aplikasi. The British Journal of Psychiatry, 111.
Prasatya, R. (2022). Demi Juara Liga Champions, PSG Rekrut Psikolog. https://sport.detik.com/sepakbola/uefa/d-6199102/demi-juara-liga-champions-psg-rekrut-psikolog?utm_content=detiksport&utm_term=echobox&utm_campaign=detikcomsocmed&utm_medium=oa&utm_source=Twitter#Echobox=1658813782-2
Pratama, BA. (2019). Jelang Musim 2019, Vinales Butuh Bimbingan Psikolog Olahraga. https://www.jawapos.com/moto-gp/01199395/jelang-musim-2019-vinales-butuh-bimbingan-psikolog-olahraga
Zakky. (2019). Pengertian Olahraga Menurut Para Ahli. https://www.zonareferensi.com/pengertian-olahraga/