Budaya Lokal or K-pop? Cara Pengemar K-pop dalam Memaknai Budaya Lokal
Keberadaan boyband pertama di Korea Selatan yang bernama Seo Taji dan Boys pada tahun 1992. Menjadi sebuah kepopuleran industri musik pop Korea di kalangan masyarakat. Kepopuleran musik pop Korea di kalangan masyarakat merupakan fenomena budaya pop yang hadir dan terus berkembang ditengah tengah kehidupan masyarakat.
Dalam perkembangannya, K-pop telah tumbuh dan menjadi sebuah subkultur yang menyebar secara luas di seluruh belahan dunia. Dalam industri K-pop terdapat idol grup maupun solo artis, seperti IU, Jessi, Hwasa Mamamoo, BoA, EXO, NCT, BTS, BlackPink, Treasure, NewJeans, TXT, Super Junior sangat terkernal di negara negara Asia Timur dan Asia Tenggara termasuk Indonesia.
Kehadiran internet serta berkembangnya teknologi sangat membantu industri musik K-pop dalam menjangkau para pengemar secara lebih luas. Nopiyanti (2012) dalam Meivita Ika Nursanti (2013) menjelaskan bahwa pengamat music, Bens Leo – seperti dikutip dalam sebuah portal komunitas dan berita online tnol.co.id – mengatakan musik K-pop yang telah masuk ke Indonesia sekitar tahun 2009 berhasil populer di Indonesia berkat jaringan informasi dan internet, di mana kemudian masyarakat dapat dengan mudah mengakses dan melihat secara audiovisual. K-pop tidak hanya mengenalkan musik, namun juga mengenalkan budaya lewat gaya rambut, pakaian, maupun kostum.
Budaya gaya rambut, pakaian, maupun kostum yang dibawa oleh K-pop membuat sebagian dari anak muda di Indonesia merasa tertarik untuk mencoba hal yang sama dengan idola K-pop mereka. Rasa identifikasi yang tumbuh dalam diri mereka, membuat mereka merasa ingin sama dengan idol yang mereka suka. Bagaimana tidak? idol K-pop cenderung memiliki style yang modern dan tampak keren saat dipandang, tidak hanya itu mereka juga memiliki paras yang menawan sehingga mampu membuat para pengemar merasa terpesona.
Adanya kecenderungan untuk merasa sama dengan budaya K-pop terkadang membuat kita lupa bahwa negara kita Indonesia juga memiliki budaya yang beragam dan tidak kalah keren dengan mereka. Banyak orang di luar sana bilang bahwa penyuka K-pop itu tidak cinta Indonesia, tidak suka dengan budaya Indonesia dan banyak lagi statement menyatakan bahwa pengemar K-pop itu tidak cinta tanah air. Sebuah pernyataan yang menurut saya peribadi belum ada buktinya, dari beberapa analisis yang saya lakukan untuk membuktikan statement tersebut saya belum juga menemukan bukti akurat bahwa pengemar K-pop tidak cinta Indonesia. Menurut hasil analisis yang saya lakukan selama ini terhadap para K-popers yang sama temui secara langsung maupun dimedia, banyak sekali K-pop yang masih cinta tanah air dengan melakukan promosi brand lokal kepada idol mereka untuk melakukan kolaborasi. Salah satu contohnya brand makanan lokal Indonesia dengan merk lemonilo yang melakukan berkolaborasi dengan NCT Dream. Sebuah bukti bahwa tidak semua K-popers itu tidak cinta tanah air, mereka ingin menunjukkan ciri khas masakan Indonesia kepada idol dengan melakukan kolaborasi. Suatu hal yang sangat cukup menarik untuk mengenalkan brand lokal kepada orang asing.
Namun dibalik itu semua terdapat budaya yang mulai dilupakan. Budaya yang sudah lama tinggal dan telah menjadi jati dari bangsa Indonesia. Budaya tersebut meliputi tarian tradisional,pakaian tradisional, dan bahasa daerah kita masing masing. Budaya kita mulai hilang bukan karena kita menyukai budaya negara lain, namun itu tergantung bagaimana cara kita menanggapinya. Praktik nyata dalam kehidupan kita sehari-hari, ketika kita mendengar musik K-pop dan gending Jawa pasti kita akan lebih tertarik atau bahkan lebih hafal lirik dari lagu K-pop tersebut. Tidak hanya di K-pop saja tapi di semua hal yang berbau budaya asing pasti kita akan lebih tertarik untuk mempelajarinya. Ada juga tarian daerah kita yang tidak kalah unik dan keren dari koreografi K-pop, namun terkadang kita juga lebih memilih untuk mempelajari dance atau koreografi K-pop tersebut. Cara berpakaianpun juga sama, terkadang kita juga secara pribadi menginginkan baju yang terlihat seperti milik orang luar.
Itu semua tidak salah, jika kita ingin belajar budaya orang lain, tidak salah juga ketika kita ingin mengenal budaya lain dan menggembangkan itu dalam diri kita. Namun ingat kita punya Indonesia yang tak kalah keren dari budaya mereka. Kita perlu melestarikannya dan menanamkan itu dalam diri kita juga. Kita boleh jadi fans mereka dan suka mereka tapi jangan pernah berfikir untuk meninggalkan jati diri bangsa kita. Menurut saya budaya adalah sumber kehidupan bangsa, dimana kita dalam kehidupan sehari- hari selalu melakukan budaya-budaya yang ada di daerah kita tanpa kita sadari. Maka dari itu kita sebagai generasi muda dan penyuka budaya luar, yuk kita patahkan pernyataan masyarakat sekitar kita mengenai keraguan terhadap rasa nasionalisme dalam diri kita dengan kita memanfaatkan hobi kita untuk mengenalkan budaya kita pada para idola kita.