Manifestasi Tuhan
Yang pertama kali terlintas di pikiran saat membaca atau mendengar kata "Eksistensi Tuhan" adalah merujuk pada keberadaan atau pembuktian (adanya Tuhan).
Sebagai orang yang percaya adanya Tuhan mau apapun agamanya, sebuah pembuktian akan hal itu bisa jadi dirasa tidak perlu. "Saya percaya Tuhan, tanpa harus membuktikan." Terlebih jika dilihat dari perspektif Islam, percaya kepada Tuhan berada di penempatan pertama dalam rukun Iman yang wajib diyakini. Beda hal dengan orang yang tidak cukup puas hanya dengan percaya tanpa bukti, riset untuk mengetahui mencari kebenaran. Hal itu bukan masalah, bahkan bisa menjadi keharusan. Untuk mengenal Tuhan kita lebih dekat, mengenal besarnya kuasa Tuhan, menambah kecintaan kita sama Tuhan. Eksistensi Tuhan bisa kita rasakan dengan mengetahui makna yang Tuhan sampaikan melalui ayat-Nya (ajaran). Bukankah hal pertama yang Tuhan perintahkan kepada kita adalah "membaca". Membaca apapun, termasuk alam semesta dan fenomenanya. Membaca dengan hati dan pikiran yang hidup juga niat yang benar.
"Sungguh pengkhianatan yang luar biasa yang dilakukan manusia adalah ketika ayat yang pertama kali turun adalah iqra' tapi justru yang pertama kali ditinggalkan adalah iqra'."
Sebuah wilayah atau negara yang berdiri pastilah ada yang berkuasa untuk memimpin mengatur. Apa jadinya jika tidak ada pemimpin tidak ada aturan tidak ada yang mengatur dalam kehidupan? Hancur, kacau balau, perpecahan, berbuat semena-mena. Begitupun dengan alam semesta yang terbentang keluasannya meliputi langit dengan milyaran isinya, bumi dengan milyaran isinya. Keduanya, terjaga dengan seimbang. Akankah terjadi begitu saja? sebuah kemustahilan.
Manifestasi Tuhan yang paling dekat dengan kita, adalah kita sendiri. Manusia. Lalu tumbuhan, hewan. Pernahkah berpikir bagaimana semua itu terjadi? Sesederhana, berpikir tentang darimana asal penyebutan nama-nama yang kita ketahui?
"Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda) seluruhnya.." (Al-Baqarah:31)
"Dan di bumi terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang-orang yang yakin. Begitu juga pada dirimu sendiri. Maka, apakah kamu tidak memperhatikan?" (Az-Zariyat:20-21)
"Bagaimana kamu ingkar kepada Allah, padahal kamu tadinya mati (ketika berada di kandungan sebelum empat bulan) lalu Dia menghidupkan kamu (ruh itu datang setelah jasad sehingga ia kemudian hidup) kemudian Dia akan mematikan kamu, Dia akan menghidupkan kamu kembali, dan kepada-Nyalah kamu dikembalikan."
(Al-Baqarah:28)
Dalam tubuh kita ada banyak sistem organ, sel, jaringan saraf yang bekerja tanpa putus tanpa istirahat. Apa kita yang memprosesnya? sedang kita sendiri tidak tau (hanya diberi sedikit pengetahuan) apa yang terjadi di dalam tubuh.
Manusia diciptakan berbeda-beda, bermacam corak warna kulit, suku, bangsa termasuk agama. Ada yang bertanya: Kenapa Tuhan tidak menciptakan satu agama saja, Islam misal? Kalaulah seluruhnya Islam, lantas untuk apa kata orang-orang kafir dalam Al-Quran. Menjadi tidak benar jika tidak ada faktanya.
"..Kalau Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu.." (Al-maidah:48)
Ada yang bertanya lagi: Kenapa ada orang baik juga jahat? Kalaulah seluruhnya orang baik lantas dibuatnya neraka untuk apa. Begitu juga dengan surga. Jika neraka saja yang diciptakan, ketidakadilan bagi orang baik jika imbalan yang diterima sama, jadi orang jahat aja sekalian (bercanda).
"Baik atau jahat adalah pilihan. Manusia diberi akal untuk memilih dan setiap pilihan ada konsekuensi yang harus dipertanggungjawabkan. Konsekuensinya surga atau neraka."
Ada yang bertanya lagi: Kenapa ada penderitaan, kesusahan, kelaparan dimana-mana kalau Tuhan memang ada kenapa Tuhan biarin bukannya Tuhan Maha Baik? Tuhan sudah mengatakan dalam ayat-Nya kalau manusia akan ditimpa dengan ujian itu, pun Tuhan sudah memberikan petunjuk jalan keluar dari ujian itu. Sesungguhnya saat kita melihat dari POV yang positif, ujian itu adalah bahasa kasih Tuhan untuk makhluk-Nya. "Tuhan mengetahui, sedang kamu tidak.."
"Kalaulah Tuhan memperlihatkan imbalan atas ujian yang ditimpakan kepada hamba-Nya selama di dunia, pasti hamba itu akan meminta lebih banyak lagi ujian."
Begitu juga dengan tumbuhan. Bermacam-macam jenisnya. Bagaimana proses mereka bertumbuh dari sebuah biji menjadi tanaman yang indah, ada yang menghasilkan buah. Apa sebab kita yang menanam dan merawatnya? Tidak, kontribusi kita jika diakumulasikan hanya sekitar 20% sisanya Tuhan.
"Dialah yang menurunkan air dari langit lalu dengannya Kami menumbuhkan segala macam tumbuhan.." (Al-An'am:99)
Sama pula dengan hewan. Bermacam-macam jenis. Darat, air, udara. Atas siapa mereka hidup? Bagaimana mereka bisa mencari makan? Ada yang bertanya: Kalau babi itu diharamkan kenapa Allah membuatnya? Justru karena Allah membuatnya, maka ia diharamkan. Untuk apa Allah mengharamkan, kalau barangnya saja tidak ada.
Mereka adalah saksi bisu atas kebenaran adanya (ajaran) Tuhan. Hanya sedikit contoh dari manifest Tuhan yang ada di bumi, belum langit. Dunia ini penuh dengan bukti kebenaran ajaran Tuhan tinggal kitanya mau berpikir atau tidak, merenungi, mengambilnya sebagai pelajaran.
“Seandainya lautan menjadi tinta untuk (menulis) kalimat-kalimat Tuhanku, niscaya habislah lautan itu sebelum kalimat-kalimat Tuhanku selesai (ditulis) meskipun Kami datangkan tambahan sebanyak itu (pula).” (Al-Kahf:109)
Tidaklah Tuhan menciptakan semua ini sia-sia. Tuhan mengetahui sedang kami tidak. Tuhan tidak terbatas sedang kita terbatas. Sangat mudah untuk Tuhan meniadakan yang ada mengadakan yang tidak ada, misal nyawa kita. Karena Tuhan tidak sama dengan makhluk-Nya.
Ada kalanya sebuah pertanyaan tidak memerlukan jawaban atau tidak akan menemukan jawaban. Karena ilmu dan akal manusia sering kali mentok pada titik keterbatasan. Maka, yang kita gunakan cukup iman saja. Kembali ke ajaran Tuhan. Karena, di dalamnya tidak ada sedikitpun keraguan.
Berpikirlah bebas setelah berpengetahuan luas. Karena, kalau berpikir bebas tapi belum berpengetahuan luas maka kebebasan itu akan menghilangkan pertanggungjawaban ilmu. Berpikir bebas tanpa dasar ilmu bisa jadi hasilnya kesesatan atau kebingungan. Karena ilmu adalah kunci utama. Jangankan yang tidak berilmu, yang berilmu pun masih sering kali tersesat, jatuh dalam kesalahan.
" ...Tidak ada pengetahuan bagi kami, selain yang telah Engkau ajarkan kepada kami..” (Al-Baqarah:32)