LOGIKA BERTUHAN, MENGAKUI KEBERADAANNYA
LOGIKA EKSISTENSI TUHAN MANIFESTASI DARI KESADARAN ATAS LOGIKA EKSISTENSI MANUSIA.
Kesadaran berfikir> ilusi: ketidak tahuan dan kemungkinan (probabily) satu hal yang sama dari kerja otak manusia, namun ada beberapa hal pembedanya, terkait kemanfaatannya dan peruntukannya.
Demikian halnya stimulasi atas perkara eksistensi entitas Tuhan juga ilusi
Kesadaran atas eksistensi manusia didalam ruang dan waktu berimplikasi pengetahuan adanya keterbatasan dan ketergantungan yang tidak seimbang demi makhluk sosial juga bagian dari alam.
Berdasar logika realita demikian, ontologi agama islam> wahyu> ayat pertama hingga turun ayat ke 5: berisi pentunjuk untuk mengetahui asal dan proses hadirnya pengetahuan bagaimana cara mengelola ketidaktahuan, keterbatasan, kemungkinan ketergantungan dan ketidak seimbangan itu.
Hadirnya wahyu/agama diperuntukan manusia sebagai jawaban bersikap atas semua hal itu.
Kestabilan mental bagi individu berTuhan/beragama bisa menimbulkan/memicu timbulnya pikiran dan sikap.
STIMULASI DIRI senantiasa mengembalikan segala sesuatu ada yang terjadi yang jadi fikirannya kepada KEKUASAAN TUHAN
Ekses dari mengakui atau tidak mengakui eksistensi Tuhan
Inti bertuhan adalah ketika manusia melakukan perbuatan positif dimata jagad ini maka walaupun dia tidak mengatakan tidak ada Allah, tidak ada Tuhan tidak mengakui eksistensiNya.
Pada dasarnya dia dimata jagad tetap berTuhan dengan sendirinya.
BerTuhan
BerAgama
Hakekatnya adalah pada aksi nyata dari gerak tubuh dan fikiran yang sinkron dengan jagad raya. Jadi tidak ada istilah manis dibibir tapi bertolak belakang dengan aksi.
“Tuhan itu tidak ada” kata atheis.
Kalau ditanya apa alasannya menyatakan demikian maka kebanyakan akan menjawab karena tidak ada bukti keberadaan tuhan. Kalaukita tanya lagi bukti apa yang dimaksud, maka ternyata yang dimaksud mereka adalah bukti empiris.
Itu artinya terjadi kesalahan dalam memahami maksud dari tuhan yang dijelaskan oleh atheis. Yang dimaksud Tuhan oleh atheis adalah eksistensi ghaib, yaitu eksistensi yang tak bisa diindra secara langsung keberadaanNya, yang menciptakan dan mengatur seluruh alam semesta.
Masalahnya adalah apakah mereka mengerti apa yang dimaksud dengan ghaib tersebut dan meyakininya?
Kita ambil contoh, masa depan adalah perkara ghaib karna kita tidak bisa mengindrai nya secara langsung saat ini. Tapi masa depan itu ada. Misalnya lagi pikiran atau isi hati orang lain. Itu adalah perkara hal ghaib tentang kita karna kita hanya bisa merasakan dan mengetahui secara langsung pikiran/isi hati kita sendiri. Tetapi kita tak pernah mengetahui secara langsung dengan indra kita akan isi hati orang lain.
Kita mengetahui isi hati orang lain itu jika orang lain sendiri menceritakan dan menjelaskan isi hatinya tersebut. Dan disinilah akan muncul yang namanya PERCAYA atau YAKIN. Karna kita tidak bisa merasakan dan mengindrai secara langsung isi hati orang lain, maka kita mengandalkan kepercayaan atas orang tersebut.
Darimana kepercayaan itu muncul? Tentu dari alasan logis bahwa orang yang menjelaskan isi hatinya itu tidak berbohong.
Demikianlah juga persoalan Tuhan dan persoalan lain dalam agama.
Tuhan bukanlah objek fisik yang bisa dibuktikan secara EMPIRIS tapi manusia bisa percaya akan keberadaannya karena memiliki alasan logis dan rasional
Mengakui atau tidak mengakui eksistensi Tuhan efeknya hanya pada: tercover> terselemuti> tertutupi cara pandang dari keseluruhan terhadap jagad semesta ini.
Dalam bahasa agama KAFIR: TERCOVER
Jadi arti kata kafir bukan tidak SEGOLONGAN, bukan tidak SEAGAMA.
~jangan mencari eksistensi Tuhan karna kau tidak akan menemukannya, tetapi carilah eksistensi dirimu, kenali siapa dirimu sesungguhnya. Maka disanalah kau akan menemukan eksistensi Tuhan
Tuhan tidak bangga saat kau berusaha mencari keberadaanNya, saat kau membicarakanNya. Sama sekali tidak. Tetapi Tuhan akan bangga saat kau berusaha mencari siapa dirimu sebenarnya, apa jati dirimu… saat kau telah benar-benar menjadi hakikatnya manusia.
~jangan terlalu serius untuk mencari keberadaan Tuhan. Tertawalah sejenak, alam pikiranmu membutuhkan jeda. Tuhan saja sering tertawa, lalu mana mungkin kita sebagai ciptaanNya terlalu muskil dan asing untuk sekedar tertawa karenaNya.
Tertawalah, Tuhan itu maha santai, maha lucu, lagi maha asyik🥀🍂