Tuhan yang sering dipertanyakan?
Berbicara mengenai eksistensi Tuhan, merupakan salah satu topik yang selalu menarik untuk dibahas. Topik mengenai ke-Tuhanan sering kali dikaitkan dengan agama, namun coba kita lihat dari beberapa aspek seperti dari segi nasionalisme. Salah satu bukti seseorang dikatakan nasionalis adalah dengan yakin dan dapat mengimplementasikannya pokok ajaran negara tersebut. Indonesia adalah negara berlandaskan UUD 1945 dan Pancasila sebagai dasar negara. Sila satu berbunyi “Ketuhanan Yang Maha Esa” yang berarti secara general negara Indonesia mengakui adanya Tuhan yang satu, maka siapa yang layak disebut sebagai bangsa Indonesia? Itulah yang percaya atas setiap sila yang ada. Bisa dilihat negara dibangun atas dasar seperti apa? Keyakinan adanya Tuhan. Banyak pemikiran yang mengatakan kalau Tuhan ada, kenapa manusia tidak bisa melihat Tuhan? Apakah itu berarti Tuhan tidak ada? Jawabannya manusia tidak bisa melihat Tuhan secara indrawi sebab Tuhan adalah Dzat yang tinggi bukanlah makhluk. Tuhan adalah Maha Ghaib yang berarti dengan sifat tersebut membuktikan bahwa tidak ada yang setara dengan Tuhan. Lantas bagaimana dengan jin yang tidak terlihat? Pun surga dan neraka yang manusia tidak ketahui? Jin, surga, neraka semua adalah makhluk, sedangkan Tuhan bukan makhluk melainkan yang menciptakan makhluk. Hal tersebut jelas membuktikan bahwa konsep hal-hal yang tidak terlihat tersebut berbeda dengan Tuhan.
Eksistensi Tuhan dapat dirasakan hanya dengan satu jawaban yaitu dekat dengan Tuhan. Ibarat kata ketika manusia ingin mencapai kedalam ilmu dan keyakinan akan Tuhan, maka manusia harus mampu mencapai kepekaan batin atas Dzat yang Luhur. Tidak bisa dipungkiri pemahaman dunia barat seringkali ingkar akan adanya Tuhan, bahkan anggapan bahwa yang paling tinggi adalah ilmu pengetahuan, namun seorang ilmuan bernama Imanuel Kant pernah berkata bahwa kebenaran adanya Tuhan adalah kebenaran postulat, kebenaran yang mutlak. Coba kita pahami bahwa adanya pemahaman ilmu karena manusia diberi keistimewaan akal fikiran yang membedakan dengan hewan, maka akal fikiran yang tidak diimbangi oleh kepekaan batin justru mampu menjerumuskan pada pemikiran yang jauh akan Tuhan. Coba sedikit kita renungkan ketika manusia mengalami kepedihan, penderitaan, titik rendah dalam hidup, maka manusia cenderung akan kehilangan arah dan ketika waktu itu tiba segala sesuatu yang manusia rasa ia miliki menjadi tidak bernilai. Hal ini mengapa? Sebab segala sesuatu yang manusia klaim sebagai miliknya sejatinya tidak akan bisa menentramkan hati. Ilmu pengetahuan yang manusia agungkan pun akan sirna dan tidak bermakna ketika hatinya tidak tentram.
Dalam dunia psikologis, Howard Gardner pernah membahas bahwa manusia mempunyai kecerdasan spiritual yang artinya manusia mempunyai kemampuan menyelesaikan dan menghadapi persoalan dalam hidup. Aspek spiritual ini dapat dicapai ketika manusia mampu memperdalam keilmuan, pemahaman dan kepekaan hati, sehingga dengan berjalannya waktu manusia akan merasakan eksistensi Tuhan, bukan sebaliknya ingkar. Semakin jauh mengembara harusnya seseorang semakin tangguh, namun kadang kala gemerlap sesuatu yang bersifat sementara membutakan mata dan jiwa.