Membuktikan Eksistensi Tuhan: Lima Argumen Menarik dari Thomas Aquinas
Sudah sering telinga saya mendengar kalimat seperti ini: “Apakah Tuhan itu ada? Jika Ia ada, apakah ada bukti-bukti tentang keberadaan-Nya? Jika Tuhan itu ada, mengapa masih luka dan kesedihan di dalam dunia ini?” Bagi saya, pertanyaan-pertanyaan ini adalah gambaran tentang kerinduan terdalam manusia, yakni mengalami dan melihat Penciptanya. Pertanyaan yang timbul sekarang adalah apakah mungkin keberadaan Tuhan bisa dibuktikan oleh manusia?
Thomas Aquinas, seorang Filsuf abad pertengahan mengemukakan refleksi filosofisnya untuk membuktikan Eksistensi Tuhan.Pertama, Argumentum Ex Motu. Dalam argumen ini, Thomas menjelaskan bahwa jalan pertama yang paling jelas adalah yang berasal dari realitas gerak. Secara indrawi terbukti secara meyakinkan bahwa di mana pun di dunia ini ada gerak. Ternyata semua yang bergerak digerakkan oleh yang lain. Sesungguhnya tidak ada gerak jika yang digerakkan itu tidak memiliki potensi untuk bergerak seturut yang menggerakkan. Bergerak selalu menurut penggerak yang ada dalam actus. Di sini gerak berarti beralih (dihantar) dari potensi menuju actus. Jadi semua yang bergerak selalu bergerak karena digerakkan dan diarahkan oleh oleh yang lain. Gerak ini tidak bisa berlangsung dalam infinitum karena ini berarti tidak ada penggerak pertama, dan sebagai konsekuensinya tidak ada yang mengarahkan menuju yang menggerakkan itu. Karena itu perlu bahwa menjadi harus menuju ke penggerak pertama, yang tidak digerakkan, dan inilah yang dikenal semua orang sebagai Tuhan.
Kedua, Argumentum Ex Cacusalitate. Dalam argumen ini, Thomas menjelaskan bahwa segala sesuatu yang ada di dunia ini tentu mempunyai asal dan sumber. Sesuatu yang menyebabkan segala sesuatu itu menjadi ada haruslah sesuatu yang bersifat abadi dan tidak diciptakan oleh apa pun dan siapa pun. Sesuatu yang menyebabkan segala sesuatu menjadi ada di dunia ini adalah Tuhan. Ketiga, Argumentum Ex Gradibus Perfectionis in Esse Reductum ad Argumentum Ex Contingentia. Dalam argumen ini, Thomas menjelaskan bahwa kita melihat di dunia ini segala yang mungkin itu ada dan tidak ada, sebagaimana nampak dalam kelahiran dan kehancuran. Segala sesuatu yang mungkin seharusnya memiliki sebab. Namun di dalam sebab-sebab tidak mungkin berlangsung seri gerak tak terbatas (infinitum). Karena itu perlu menerima yang lain yang seharusnya merupakan ada itu sendiri. Dengan ini kita menerima adanya yang lain yang merupakan ada dari dirinya sendiri, yakni Tuhan.
Keempat, Argumentum Ex Gradibus Entis. Dalam argumen ini, Thomas menjelaskan demikian: Jalan keempat diambil dari tingkatan (kesempurnaan) yang ada dalam barang-barang. Sudah pasti bahwa di dalam barang-barang ada tingkatan lebih dan kurang dalam hal kebaikan, kebenaran dan keagungan. Demikian juga dengan segala kesempurnaan lainnya. Akhirnya segala yang paling benar, paling baik dan paling sempurna dan sebagai konsekuensinya merupakan kebenaran tertinggi, seharusnya merupakan ens (ada) yang paling sempurna. Jadi harus sesuatu yang lain yang merupakan sebab adanya dari segala ens, kebaikan dan kesempurnaan apapun. Kesempurnaan itulah yang kita sebut Tuhan.
Kelima, Argumentum Ex Finalitate. Secara jelas kita lihat bahwa segala sesuatu yang tidak memiliki pengertian yakni benda-benda jasmaniah, diarahkan demi tujuannya. Namun segala yang tidak memiliki pengertian tidak bisa terarah kepada tujuannya jika tidak diarahkan oleh yang lain yang berpengetahuan dan berpengertian sebagaimana terjadi dengan anak panah dan pemanah. Karena itu harus ada sesuatu yang lain yang berpengetahuan yang mengatur segala sesuatu yang tidak berpengetahuan menuju tujuannya. Dan itulah yang kita kenal sebagai Tuhan.
Dalam refleksi filosofis Thomas Aquinas, ia memaparkan lima jalan untuk membuktikan eksistensi Tuhan. Meskipun pertanyaan mengenai keberadaan Tuhan sering kali muncul dan sulit untuk dijawab secara definitif, namun refleksi filosofis ini memberikan argumen yang cukup kuat untuk membuktikan keberadaan Tuhan. Namun, setiap orang memiliki kebebasan untuk memilih untuk percaya atau tidak percaya pada keberadaan Tuhan, dan terkadang keyakinan itu sendiri dapat memberikan makna dan tujuan dalam hidup seseorang.