Kepercayaan akan Eksistensi Tuhan
Tidak bisa dipungkiri bahwa manusia terbentuk karena ada campur tangannya tuhan. Bahkan seluruh alam semesta pun terbentuk karena adanya tuhan. Bahkan dalam pancasila pun sudah disebutkan mengakui bahwa tuhan adalah sang pencipta dari segalanya. Tapi tetap masi banyak yang mempertanyakan tentang eksistensi tuhan. Pertanyaan-pertanyaan mengenai jika tuhan ada, bagaimana bentuknya? kenapa kita harus mempercayai atau menyembah yang bentuknya saja tidak kita ketahui? Jika tuhan memang ada, kenapa masi sering terjadi bencana? Dan lain sebaginya.
Bahkan saat kita dalam kondisi tertentu, tak jarang kita turut menyalahkan tuhan atas musibah yang kita alami. Contoh saat kita mengalami kecelakaan, kenapa tuhan tidak membantu kita, saat kita sakit mengapa tuhan tidak mengangkat penyakit kita. Tapi pada saat yang bersamaan tanpa kita sadari saat kita mengharapkan sesuatu, kita juga menyertakan tuhan didalamnya. Seperti ketika kita sakit, dengan spontan kita langsung meminta kepada tuhan agar penyakitnya di angkat. Atau saat kita mendapatkan kabar baik, kita juga terkadang tanpa sadar mengucapkan terimakasih kepada tuhan.
Tapi mengapa masi banyak yang mempertanyakan keberadaan tuhan?
Manusia disebut sebagai makhluk berakal. Kemampuan untuk berfikir sehingga bias mengatur kehidupannya. Menurut Ibnu Khaldun, manusia sama sekali tidak memiliki pengetahuan dan dianggap sama seperti binatang. Untuk mendapatkan pengetahuan, tuhan pun menganugrahkan akal bagi manusia. Ilmu itu dapat diperoleh manusia melalui watak kemampuannya untuk berpikir, dan dengan persepsi manusiawinya dia terbimbing kepada objek-objek, problem, argument, dan metode pengajarannya. Dengan demikian manusia akan memahami perbedaan benar dan salah berdasarkan pemikiran dan risetnya sendiri.
Karenanya manusia bias berfikir luas yang bahkan diluar nalar sekalipun. Pasti ada beberapa manusia yang memiliki pertanyaan luar biasa bahkan sampai tidak masuk akal. Bukan karena dirinya aneh, taoi karena rasa keingintahuan manusia tak terbatas. Termasuk pertanyaan mengenai keberadaan tuhan.
Beberapa orang berfikir jika tuhan ada, mengapa orang jahat masih berkeliaran dimana-mana? Kenapa orang baik selalu mendapatkan masalah, sedangkan orang jahat selalu disertai keberuntungan. Kenapa manusia yang tidak berbuat salah, selalu taat pada tuhan, tetapi masi diberi ujian yang bertubi-tubu. Apakah tuhan kurang puas dengan ketaatan manusia itu atau bagaimana?
Manusia diberi kebebasan untuk memilih jalan yang dia inginkan. Tuhan tidak melarang manusia ingim menjadi orang yang baik atau buruk. Tapi tuhan memberikannya konsekuensi atas hal yang sudah dipilihnya. Setiap manusia sudah memiliki takdirnya masing-masing, tapi bukan berarti kita tidak bias mengubah takdit tersebut. Memang ada beberapa takdir yang tidak bisa di ubah, seperti kematian, kelahiran, jodoh, bencana alam, dan lainnya. Tapi masi ada yang bisa di ubah seperti kepandaian, kesehatan, rezeki, kebijaksanaan. Tuhan memberikan kita kebebasan memilih mana yang kita inginkan.
Semua orang bias terkena musibaha entah itu orang baik, buruk, kaya, atau miskin. Manusia hanya bias berusaha agar musibah yang sudah terjadi tidak terulang lagi. Dengan ini manusia akan menjadi lebih berhati-hati dan berusaha untuk menjadi lebih baik lagi.
Kepercayaan manusia terhadap adanya tuhan timbul karena persepsi diri masing masing. Apakah kita ingin meyakininya atau tidak, itu pilihan perindividu. Manusia cenderung mengingat tuhan saat sedang dalam keadaan sulit, tetapi saat sedang dalam situasi membahagiakan, manusia kerap lupa akan adanya tuhan. bahkan ada kata-kata yang berbunyi ‘dinding rumah sakit lebih sering mendengar doa yang tulus ketimbang dinding rumah ibadah’ dan saya pribadi mempercayainya karena memang terbukti seseorang akan mengingat tuhan ketika dalam keadaan buruk ketimbang dalam keadaan baik.