Eksistensi Tuhan: Sulit Dibuktikan, Sangat Dipercayai

profile picture mzw29
Humaniora - Other

Manusia memiliki akal dan keterampilan yang menjadikannya mampu beradaptasi secara pikiran hampir pada semua permasalahan. Tak terkecuali ketika seseorang ditanya tentang eksistensi Tuhan. Ia akan mengadaptasikan pertanyaan tersebut di dalam otaknya, dan dengan keterampilan berpikirnya ia akan memilih jawaban awal terhadap pertanyaan tersebut. Meskipun ia tidak dapat membuktikan jawaban yang dipilihnya.

Keterbatasan kemampuan dan pengalaman menyebabkan banyak persoalan yang dihadapi oleh manusia tidak bisa teratasi dengan mudah. Terkadang, relasi dan dukungan pihak lain akan sangat dibutuhkan untuk menemukan jalan keluar dari setiap permasalahan. Tetapi, jika permasalahan itu terkait keraguan akan eksistensi Tuhan, maka akan sangat sulit untuk mencari jawabannya. Sebab, semua orang yang dihadapkan dengan persoalan yang sama akan menghadapi kesulitan yang sama untuk membuktikannya.

Pada akhirnya, orang-orang yang meyakini eksistensi Tuhan akan menundukkan akalnya pada dasar keimanan. Ia akan meyakinkan diri sendiri bahwa Tuhan tetap ada meskipun sulit untuk dibuktikan keberadaannya. Keimanan adalah aspek yang membuat banyak orang mempercayai keberadaan Tuhan, meski sulit atau kurang dapat untuk dibuktikan. Atas dasar keimanan, eksistensi Tuhan diyakini sebagai hal yang pasti tanpa memerlukan bukti.

Lantas, bagaimana kita harus menjawab tantangan sebagian orang (yang juga banyak) untuk membuktikan eksistensi Tuhan yang kita yakini tersebut? Maka, tindakan yang paling tepat adalah kita tidak harus menjawab pertanyaan tersebut. Sebab diberikan jawaban seperti apapun, kita akan tetap kesulitan untuk membuktikannya. Tugas kita adalah meyakini keimanan kita dan memperkuatnya dengan beribadah dan berdoa.

Berikut penulis paparkan beberapa logika terhadap eksistensi Tuhan, mungkin tidak bisa dikatakan sebagai bukti, melainkan sebagai penguat pendirian para penganut kepercayaan ini.

  1. Sebuah argumen tentang keteraturan yang ada di alam semesta menjelaskan bagaimana Tuhan harus ada. Alam semesta ini sangat teratur, mulai dari kejadian Big Bang yang terpola hingga terbentuknya galaksi dan planet serta kehidupan di dalamnya. Jika kita mencoba untuk mengkultur bakteri dalam sebuah media, kita harus mengontrolnya agar pertumbuhannya teratur dan memastikan tidak ada kontaminasi, itu pun masih memungkinkan untuk rusak. Apalagi hal yang lebih luas seperti alam semesta, pasti sangat memerlukan suatu “pihak” yang mengontrol dan menjaganya, yaitu Tuhan.
  2. Kompleksitas makhluk hidup yang terbentuk melalui serangkaian peristiwa biologis dan ekspresi genetik tidak mungkin terwujud secara spontan, melainkan seharusnya ada yang merancangnya. Kompleksitas yang rendah seperti bangunan, kendaraan, atau komputer dan robot itu pun harus dirancang oleh manusia, bahkan teknologi partikel nano yang sering dimunculkan di film fiksi ilmiah saja hingga saat ini pun belum terwujud karena sulitnya perancangan. Lantas kompleksitas organisme yang begitu tinggi dapat terjadi tanpa adanya perancang? Disitulah eksistensi Tuhan dijelaskan.
  3. Keberadaan kesempuarnaan menjadi logika sederhana bagaimana eksistensi Tuhan dijelaskan. Tuhan adalah wujud yang sempurna, jika ada yang lebih sempurna dari pada kesempurnaan yang dimiliki Tuhan, maka secara logika Tuhan menjadi tidak ada. Namun faktanya, tidak ada satupun manusia yang bisa membayangkan kesempurnaan yang melebihi Tuhan.
  4. Terakhir, sains modern mengonfirmasi pernyataan yang dimuat dalam kitab suci. Sebagai contoh, kitab suci Alquran (penulis beragama Islam, jadi penulis bersudut pandang sesuai kepercayaan tanpa menyinggung kepercayaan lainnya) memuat banyak pernyataan yang telah dikonfirmasi oleh sains. Misalnya, proses perkembangaan manusia di dalam kandungan, keberadaan lapisan air di luar angkasa, adanya api di dalam lautan, dan sebagainya. Semua pernyataan itu dimuat di dalam kitab suci Alquran belasan abad lalu, dan sains membuktikannya di masa kini. Jika logika kita memikirkan hal ini, maka tidak mungkin pernyataan di dalam kitab suci tersebut dibuat oleh manusia, melainkan oleh suatu pihak yang paling mengenal tentang alam semesta ini, yaitu penciptanya, Tuhan Yang Maha Kuasa.

Argumen-argumen di atas memang tidak bisa membuktikan eksistensi Tuhan dan tidak akan pernah bisa digunakan sebagai bukti bagi orang-orang yang tidak memercayai keberadaan Tuhan sampai Tuhan benar-benar menampakkan diri-Nya di hadapan seluruh hamba-Nya. Tetapi, hal tersebut cukup kuat untuk membangun kepercayaan kita kepada Tuhan, dan meyakini eksistensi Tuhan memanglah harus.

Meski demikian, kelompok yang meragukan eksistensi Tuhan akan membuat bantahan dari setiap argumen, namun rahasia alam semesta masih tetap berupa teori yang terus dikaji. Sampai ada bukti atau fakta tentang eksistensi Tuhan terkonfirmasi atau tidak, maka setiap orang berhak untuk membangun kepercayaannya meski hanya berdasarkan argumen tanpa bukti, atau bahkan keyakinan mutlak pada kitab suci.

Salam Damai, Salam Bhineka.

Terinspirasi dari:

  1. The Existence of God – karya Richard Swinburne: Buku ini menyajikan argumen-argumen filosofis yang mendukung eksistensi Tuhan, termasuk argumen kosmologis, ontologis, teleologis, dan moral.
  2. The God Delusion – karya Richard Dawkins: Buku ini membahas argumen-argumen melawan eksistensi Tuhan, namun juga memberikan tinjauan kritis terhadap beberapa argumen pendukung eksistensi Tuhan.
7 Agree 4 opinions
1 Disagree 1 opinion
7
1
profile picture

Written By mzw29

This statement referred from