Resesi di Indonesia: Fakta atau Sekedar Bualan Belaka?

profile picture Markis
Ekonomi - Dalam Negeri

Sudah delapan bulan berlalu sejak Jokowi menyampaikan statementnya mengenai resesi global yang akan menimpa Indonesia di masa mendatang. Namun kini sudah tahun 2023 tetapi berita ini masih menjadi topik yang sering diperdebatkan oleh masyarakat Indonesia. Banyak yang setuju dan ada juga yang tidak sehingga timbul pertanyaan "Apakah resesi benar-benar terjadi atau hanya bualan belaka?"

Untuk menjawab pertanyaan di atas, kita harus mengetahui pengertian resesi beserta sejarahnya terlebih dahulu. 

Apa Itu Resesi?

Resesi bisa diartikan sebagai sebuah istilah yang digunakan untuk menggambarkan keadaan dimana perputaran ekonomi suatu negara berubah menjadi lambat atau buruk yang setidaknya terjadi selama 6 bulan yang berakibat pada penurunan pendapatan dan tingkat pendapatan domestik bruto (TPDB) negara lebih dari dua kuartal berturut-turut.

Sejarah Resesi Pada Tahun 1998

Indonesia tercatat sudah 3 kali mengalami resesi, yang pertama pada tahun 1963, disusul 1998, dan baru-baru ini pada tahun 2020/2021. Dari ketiga kasus resesi tersebut, tahun 1998 adalah yang paling parah. Nilai tukar rupiah terdepresiasi hingga lebih dari 80% sejak awal Juli terhadap dolar AS. Rupiah dinyatakan ambruk dan berdampak besar pada aspek kehidupan masyarakat yang mengalami banyak perubahan di sektor ekonomi.

Perubahan besar yang terjadi ditandai Dengan menurunnya nilai rupiah terhadap dolar. Beberapa hari setelahnya harga komoditas makanan pokok melambung tinggi diikuti dengan harga perumahan yang semakin meningkat setiap tahunnya yang membuat masyarakat mengalami tekanan batin sehingga aksi unjuk rasa tak dapat dihindari lagi.

Faktor Yang Dapat Memicu Terjadinya Resesi di Indonesia 

Faktor yang dapat menyebabkan resesi di Indonesia ada banyak sekali dan bermacam-macam sehingga saya hanya akan menjelaskan 3 faktor saja pada artikel ini.  

1. Kasus Korupsi Yang Tinggi

Melihat tingkah laku koruptor yang semakin hari semakin beringas, tak heran Indonesia menempati peringkat 102 kasus korupsi terbanyak dari data yang diambil oleh Transparency International pada 2021 lalu. Koruptor menyebabkan kerugian negara dengan meningkatnya hutang dan menurunnya pendapatan negara dari sektor pajak. Itu diperparah dengan kebiasaan para koruptor yang biasa menghabiskan uangnya keluar negeri. Maka dari itu pemerintah harus berani menindak tegas koruptor agar tidak sewenang-wenang terhadap mandat yang diberikan. Dengan diberantasnya koruptor maka saya percaya ancaman Resesi dapat dihindari.

2.  Pandemi Covid-19 

Pandemi benar-benar mengguncang perekonomian Indonesia pada tahun 2020. Angka kuartal 3 bahkan minus 3,49 persen dibanding tahun lalu. Banyak perusahaan lock out dan memilih tidak melanjutkan investasinya di Indonesia. Hal ini kemudian berlanjut dengan meningkatnya angka pengangguran, kemiskinan, dan penurunan daya beli masyarakat.

Meski sudah berakhir, dampak jangka panjang pandemi masih bisa kita rasakan sampai sekarang. Peningkatan harga BBM, suku bunga transportasi, biaya hidup dan masih banyak lagi.

3. Perang Rusia-Ukraina

Serangan militer Rusia terhadap Ukraina semakin memperbesar kemungkinan Indonesia terdampak resesi global. Mengapa demikian? Operasi militer yang dilakukan Rusia membuat banyak negara barat terlebih AS mengecam tindakan tersebut. Akibatnya fatal, AS dan beberapa negara Eropa lain menjatuhkan sanksi kepada Rusia sebagai hukuman. Rusia yang tidak terima membalas dengan membatasi ekspor energi mereka ke negara barat. Dampaknya sangat signifikan, terjadi krisis energi yang berujung pada resesi global di sejumlah negara.

Dampak Resesi Terhadap Masyarakat Indonesia 

1. Meningkatnya Angka Pengangguran

Resesi akan mengakibatkan semakin banyak perusahaan yang gulung tikar akibat masalah finansial. Arus kas dana yang tidak stabil membuat perusahaan mau tidak mau mem-PHK beberapa karyawan dan memotong gaji serta tunjangan pekerja. Situasi ini dapat membuat para pekerja mengalami depresi dan gangguan mental.

2. Meningkatnya Angka Kriminalitas

Resesi dapat menciptakan mata rantai buruk dengan meningkatnya kasus kriminal. Ketidakmampuan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidupnya menyebabkan kecemburuan sosial  terhadap orang dengan perekonomian yang baik. Terlebih zaman sekarang adalah zaman dimana orang sangat haus akan pengakuan atau hal di luar kendali mereka. Bisa dilihat di media sosial banyak orang memamerkan harta bendanya demi mendapat pujian dari orang lain sehingga menimbulkan rasa ingin memiliki dari orang lain.

Argumen ini didukung dengan data yang didapat dari Kepolisian Republik Indonesia (Polri) yang menghimpun data kasus kejahatan sebanyak 276.507 sepanjang 2022. Meningkat 7,3% dibanding tahun sebelumnya.

3. Menurunnya Pertumbuhan Ekonomi Nasional

Masyarakat menjadi poros roda penggerak perekonomian Indonesia. Merekalah yang paling berkontribusi dalam memajukan perekonomian tanah air. Jika resesi benar-benar terjadi dan menghantam banyak lapisan masyarakat, maka semangat mereka untuk terus menggerakkan roda ekonomi akan pudar dan ini menjadi masalah yang serius karena akan menurunkan pertumbuhan ekonomi nasional.

Ketika perekonomian suatu negara turun, maka penjelasan yang disebutkan pada nomor 1 (Meningkatnya Angka Pengangguran) akan semakin membengkak dan itu dapat menaikan angka inflasi lebih tinggi lagi karena pengeluaran suatu negara lebih besar dari pendapatan sehingga negara terpaksa berhutang kepada negara lain.

Bukti Nyata Resesi Sudah Terjadi di Indonesia

Setelah mempelajari pengertian dan sejarah Resesi di Indonesia, Saya mencoba menganalisa dan mencari tahu jawaban terkait pertanyaan "Apakah resesi akan terjadi?" dengan membandingkan harga bahan pokok pada bulan Januari 2022 dan April 2023 sekarang. Saya tahu ini tidak bisa menjadi acuan, namun apa salahnya mempelajari hal ini secara mendalam?...

Saya mengambil sampel data dari website LP2KP milik kemendag Indonesia. Terdapat daftar bertabel dengan 16 jenis bahan pokok di Indonesia. Dari data tersebut saya mengetahui bahwa 9 dari 16 jenis bahan pokok mengalami kenaikan harga dan sisanya mengalami penurunan.

Selain itu, saya juga menganalisa kenaikan suku bunga di Indonesia. Berdasarkan kutipan yang diambil dari Katadata id pada Oktober 2022, suku bunga di Indonesia berkisar di angka 4,75% lebih kecil dari data yang saya ambil pada Januari 2023, yaitu di angka 5,75%.

Kesimpulan

Pertanyaan "Apakah resesi benar-benar terjadi atau hanya bualan belaka?" kini terjawab sudah. Namun ini hanya pendapat saya. Resesi memang terjadi bahkan sudah lama dari beberapa tahun lalu dan kini berpotensi besar kembali lagi menimpa Indonesia. Namun jangan panik, saya menyarankan untuk menyiapkan dana darurat minimal untuk 6 bulan ke depan. Ingat kita harus selalu waspada dengan segala ketidakpastian yang ada disekitar kita.

139 Agree 19 opinions
0 Disagree 0 opinions
139
0
profile picture

Written By Markis

This statement referred from