“Ekonomi Jungkir Balik, Isu Resesi Memanas, Pemerintah Indonesia Ambil Peran Atau Cari Untung?”
Resesi Dunia akan terus mengancam semua negara sewaktu-waktu hal ini karena negara kapitalis yang terus menciptakan kebijakan-kebijakan sesuka hati sesuai keuntungan negara mereka sendiri, terutamanya Amerika, Nato, PBB, IMF, dan Bank Central the FED Rotchild cs. Mereka adalah penjahat perang global kemanusiaan. Meskipun gagal menjaga amanah sebagai pusat ekonomi global tetapi negara-negara lain akan terus bergelantungan seperti anak kecil yang membutuhkan permen dari mereka, atau seperti musafir yang akan terus menuju sumber air meskipun pada akhirnya si musafir hanya akan jadi pelayan seumur hidupnya karena setetes air tersebut.
Belum lagi konflik dingin antara Rusia dan Ukraina yang belum juga selesai, inflasi akibat Covid di tahun sebelumnya yang belum stabil, juga perubahan iklim. Hal inilah yang memicu harga minyak mentah di seluruh dunia melonjak tinggi, dan menyebabkan harga pangan dan harga komoditas energi ikut naik, juga di ikuti harga barang dan jasa yang semakin mahal.
Salah satu negara yang sangat bergantung dengan dollar adalah negara kita tercinta, Republik Indonesia. Bahkan Presiden Jokowi mengungkapkan bahwa tahun 2023 ini perekonomian dunia akan berada dalam kegelapan. Penyebab utama dari Resesi ini karena inflasi. Dari permasalahan inilah kemudian Bank sentral Dunia termasuk di Indonesia akan mengambil kebijakan untuk mengendalikan inflasi dengan meningkatkan suku buku uang, deposito, dan barang berharga agar masyarakat bisa tertarik menyimpan uang mereka di bank, dan peredaran uang di masyarakat akan berkurang akhirnya harga barang dan jasa akan menurun juga. Hanya saja hal ini tidak berpengaruh di Indonesia, sampai sekarang harga barang dan jasa, bahkan harga beras, sayur dan buah sekalipun yang bisa di hasilkan di Indonesia sendiri harganya masih seperti ketika di masa Covid-19 saja dan anehnya para petani perekonomiannya masih gelap setiap harinya.
Kondisi Isu Resesi Indonesia 2023 Saat ini?
Isu Resesi di Indonesia masih pro dan kontra satu sama lain antara beberapa pakar ekonom dan pebisnis, mereka menyusun narasi berdasarkan hasil pengamatan data, dan akumulasi data lalu menyampaikan opini satu sama lain, dari opini inilah media memberitakan dari dua kubu yang berbeda dan menyebabkan di awal tahun isu resesi memanas.
Sri Mulyani selaku Menteri Keuangan RI mengungkapkan bahwa Indonesia tidak termasuk dalam 1/3 negara di dunia yang mengalami paparan Resesi. Dari pernyataan beliau kita bisa mengambil kesimpulan bahwa Resesi Global tidaklah seburuk itu, bahkan isu resesi Indonesia hanyalah overthinking semata.
Namun di lain pihak, apakah iya? Apakah kita harus santai saja dengan tenang? Kita justru bisa menjadi lengah untuk waspada, padahal pasalnya kondisi geopolitik yang memanas belum selesai.
Resesi itu seperti kereta berkecepatan tinggi yang dipaksa untuk mengerem mendadak dalam waktu singkat dengan cepat. Ketakutan di Indonesia tetap ada dan diminta untuk tetap waspada karena ancaman resesi itu rill dan bukan gertakan semata, bisa sewaktu-waktu berubah. Mungkin saja bisa melemah saat ini, tetapi Indonesia selalu memiliki peluang untuk tumbuh, berubah, dan melakukan transformasi ke posisi yang lebih baik, sebab Inflasi bisa saja naik jika trigger faktor muncul.
Lantas Bagaimana Baiknya Fokus Pemerintah Indonesia Kedepannya?
Jadi sebaiknya mulai saat ini fokus pemerintah diutamakan dengan menentukan solusi yang tepat, pembicaraan kepada publik tentang penyelesaian, sehingga media nasional bisa mengambil peran untuk menyajikan konten edukasi seputar perekonomian yang cukup luas dengan bahasa yang sederhana, dan pastinya harus solutif tentang bagaimana cara UMKM bisa maju? Bagaimana manage keuangan, bagaimana berinvestasi, baik buruknya kredit, dan lain-lain, bukan malah terus menerus membicarakan masalah dan masa-masa gelap yang akan dialami oleh Indonesia. Karena kalangan rakyat kecil hanya akan berfikir acuh, toh dari awal mereka sudah kesulitan. Ketahuilah momok resesi hanya banyak menyebar di kalangan pejabat dan orang-orang kaya, rakyat kecil hanya tahu bagaimana cara bertahan hidup setiap harinya.
Keterampilan sikap untuk resesi adalah keterampilan suatu negara dalam menghadapi Krisis dan menstabilkan inflasi perekonomian. Apa yang harus kita lakukan? Tentu saja dengan menangkap peluang yaitu memulai ekonomi mandiri dan mikro, semakin besar ekonomi industri mikro lebih siaga dan kuat menahan resesi. Hanya saja Pemerintah Indonesia juga tidak boleh lalai dari para pejabat, karena duri dalam daging lebih berbahaya. Jangan sampai pemerintah sudah mati-matian menciptakan banyak solusi tapi para pejabat haus kekayaan mengambil semua hak rakyat maka semua usaha pemerintah untuk melewati paparan resesi dengan selamat tidak akan pernah berhasil. Malah kita hanya akan terbakar efek keserakahan orang Indonesia sendiri. Bangsa yang besar adalah bangsa yang menjunjung tinggi keselamatan dan kesejahteraan bersama.
Besar harapan semoga kita semua bisa melalui masa-masa sulit kedepannya sebagai bangsa yang kuat dalam tantangan resesi Indonesia tahun 2023 jika sewaktu-waktu Resesi benar terjadi bagaimana bangsa Indonesia menghindar dari kereta kecepatan tinggi adalah tugas kita bersama.